Anak Tumbal Pesugihan #2

Start from the beginning
                                    

"Mending suruh pindah, Hen. Jangan di sana."

"Kenapa emangnya?"

"Takut ada yang marah ntar."

"Woi, jangan di sana!" Hendra berteriak pada ketiga temannya.

"Napa!" sahut Tama.

"Kenapa, Mir?" tanya Hendra.

"Ya, bilang aja nanti ada yang marah, gitu."

"Banyak setannya!" teriak Hendra.

"Gak ada apa-apa kok!" sahut Tama.

"Iya, gak ada apa-apa!" timpal Wilson.

"Gak berhasil, Mir," ucap Hendra.

"Lu ngapain bilang banyak setannya," balasku.

"Tadinya biar mereka takut. Eh ternyata enggak." Hendra terkekeh.

"Stress si Hendra," ledek Wildan.

Kami bertiga terpaksa berjalan ke pohon besar itu. Yang ternyata merupakan pohon beringin.

Ada satu sosok besar yang menjaga pohon itu. Bentuknya seperti Genderuwo, tapi ukurannya cukup besar. Bulunya pun berwarna merah. Daritadi ia menatap salah satu dari kami, Andi.

_______

"Kamu bisa melihat saya?" tanya Sosok itu sambil menatapku dengan matanya yang merah.

"Iya," balasku.

"Apa mereka teman-temanmu?"

"Iya."

"Suruh mereka pergi dari sini!"

"Apa mereka membuat masalah?"

"Tidak, tapi jika nanti membuat masalah, saya tidak segan-segannya memberi teman-temanmu pelajaran."

"Baiklah, kami akan pergi."

________

"Jangan di sini. Pindah, Yuk!" ajakku.

"Jelasin dulu dong, di sini ada apa aja," sahut Tama.

"Ada banyak pokoknya." Kulihat Genderuwo Merah itu mulai tidak nyaman. Ia terus mendengus di dekat Andi.

"Leher gw kaya panas gitu," ucap Andi.

"Makanya, pergi dari sini. Sebelum ada yang marah," ucapku sambil menatap si Genderuwo Merah.

Tama dan Wilson sudah berdiri, tapi tidak dengan Andi.

"Kenapa, Ndi?" tanya Wilson.

"Badan gw kerasa berat banget, gak bisa berdiri," balasnya.

"Seriusan?" Tama menarik tangan Andi tapi tak mampu membantunya berdiri.

"Itu kenapa, Mir?" tanya Hendra.

"Kan daritadi dah gw bilang, pergi. Ngeyel sih!" Aku melihat Genderuwo Merah itu menahan tubuh Andi dengan kakinya yang besar.

________

"Lepaskan teman saya. Kami sudah mau pergi," ucapku pada Genderuwo Merah itu.

"Kalian tidak boleh pergi, sebelum menyerahkan anak yang sudah kalian ambil," balasnya dengan wajah memerah.

"Anak?" Aku bingung apa maksudnya.

"Ya, anak."

"Anak apa?"

"Kamu jangan pura-pura tidak tau!"

"Saya benar-benar tidak tau!"

"Maksudmu anak ini?" Si Kingkong muncul. Ada seorang anak perempuan yang bersembunyi di balik tubuhnya.

"Oh, ternyata kerjaan kamu!" Aku kesal.

"Balikin aja, Kong. Jangan cari gara-gara," sambungku.

Si Kingkong menggelengkan kepala.

"Kasian, Mir. Makhluk jelek itu ngurung anak ini, untuk dijadikan makanan," balasnya.

"Jika tidak dilepaskan, akan kubawa salah satu temanmu sebagai gantinya," ancam si Genderuwo Merah.

"Eh ... jangan! Udah Kong, kasih aja anaknya!"

"Tidak, Mir!" Si Kingkong tetap keras kepala.

________

"Aduh, sakit!" teriak Andi.

"Mir, bukannya bantuin malah tidur!" ucap Wildan.

Aku membuka mata. "Kagak tidur gw, Dan!" balasku.

"Ya udah bantuin cepetan!"

"Mir! Yeee ... malah ngelamun nih anak!" Wildan menepuk tanganku.

"Lu jangan ganggu napa, Dan. Gw lagi konsentrasi nih. Soalnya sosoknya bukan sembarangan."

"Sosoknya apaan sih?" tanya Hendra.

"Genderuwo Merah, penjaga pohon ini. Asli kuat banget dia!"

"Dada gw sesek, Mir!" teriak Andi. Kulihat Genderuwo Merah itu mulai memeluk tubuh Andi dengan sangat kencang.

Kini aku benar-benar dilema. Di satu sisi Andi harus segera dibantu, sebelum si Genderuwo Merah itu bertindak lebih jauh. Namun, di sisi lain, sangat sulit membujuk si Kingkong untuk melepaskan anak itu.

BERSAMBUNG

CERITA AMIRWhere stories live. Discover now