01 - GIBRAN ALGEBARA.

1.2K 165 432
                                    

01. Gibran Algebara.

"Sejauh apapun saya lari dari kamu, saya bakal tetap kembali. Kenapa? Karena kamu pelabuhannya, tempat hati saya berpulang."
-GIBRAN ALGEBARA, KETUA ASGARD-

"GIBRAN DAN SELURUH ANTEK ANTEKNYA CEPAT BARIS DI DEPAN LAPANGAN!"

Suara lantang milik Bu Deli -guru bimbingan konseling- menggema di koridor SMA Pradipta. Wanita itu memergoki gerombolan pemuda yang mencoba untuk menghindari upacara bendera. Mereka ketahuan ingin memanjat tembok belakang sekolah untuk bersemanyam di warung tongkrongan sampai upacara selesai.

"Ada Budel, ada Budel, Bos!" teriak Gavin heboh, laki-laki berkulit gelap dengan rambutnya yang keribo.

"Bos, turun aja, bos! Daripada nanti di suruh nyikat wc!" seru Aryo, badannya bongsor dengan rambut sedikit gondrong. Ia melambaikan tangannya, mengintruksikan ketuanya itu untuk turun.

"Sial," umpat Gibran, sang ketua ASGARD, geng terbesar di Pradipta serta paling terkenal seibu kota. Anggotanya meraup hampir semua anak murid Pradipta, tidak mengenal gender atau dari kalangan apa. Intinya, mereka membaur untuk menjadi saudara.

Laki-laki berbadan tinggi besar dengan slayer abu-abu terikat di lengan kanannya itu turun dari atas tembok dengan perasaan dongkol.

"Astagfirullah Nu Gusti Agung! Bukannya baris malah mau kabur! Gak kapok di suruh berisihin toilet, hah!? Pasti ini suruhan kamu ya, Gibran!?" seru Bu Deli mengarahkan kayu panjang di tangannya ke arah bokong mereka satu persatu.

"Bu, jangan marah-marah gitu, dong. Ibu cuman salah paham, kami mau ambil pesenannya Pak Jajang dari warung belakang sekolah. Makanya, tadi saya manjat ke sana," jelas Gibran yang tentunya seratus persen dusta.

"Alasan! Kemarin kamu alasannya mau cosplay jadi spiderman, sekarang alasannya mau ambil pesenan Pak Jajang! Bilang aja kamu itu mau kabur, kan?!" Bu Deli mengarahkan kayunya di depan wajah Gibran, menudingnya.

"Bro, bro, bantuin, bro," bisik Darrel, cowok dengan perawakan punggung yang lebar serta dada yang tegap, serta kalung rantai melingkar di lehernya.

"Aduh, gak berani gue kalau Budel udah kesurupan gitu," tolak Gavin yang bergedik ketakutan.

"Apa kamu bilang, Gavin!? Kamu ngatain ibu?! Kalian semua, ya, mau-maunya jadi antek-antek Gibran! Selain kalian jadi bodoh, kalian bisa kena imbasnya terus! Mau kalian!?" Bu Deli kini menatap teman-teman Gibran yang berdiri di belakang cowok itu.

"Mauuuu, Buuuu. Eh." celetuk Aryo asal, lalu menutup bibirnya keceplosan.

"Ibu ini kayak gak pernah muda aja, anak-anak berandal kayak kami ini emang selalu ada di sekolah, Bu. Kalau kami gak ada, Ibu nggak ada kerjaan, dong," balas Gibran menaik turunkan alisnya membuat Bu Deli makin naik pitam.

"Nah itu, Bu! Bener kata si Bos! Masa Ibu makan gaji buta, kan dosa!" timpal Darrel.

"IKUT IBU CEPET KE LAPANGAN! GAK ADA ALASAN!" teriak Bu Deli membuat mereka semua saling pandang. Berbicara dengan intuisi.

"AYO CEPET, KENAPA PADA LIAT-LIATAN!? GIBRAN CEPET KAMU BIANG KEROKNYA!"

"Siap, Bu, siap!" ujar Gibran semangat dengan hormat lalu berjalan lebih dulu dan ikuti oleh kelima temannya.

"Kualat gak dengerin omongan Sean, ketauan kan kita! Kacau!" keluh Mario. Laki-laki dengan rambut potongan ala oppa korea itu misuh-misuh.

"Yan, lo doain kita biar ketauan, ya?" tuduh Aryo, menyenggol lengan Sean yang keduanya masuk ke dalam kantung celana.

Sean, laki-laki paling waras di antara yang lainnya. Pendiam dan punya insting serta pemikiran logis yang baik. Sebelumnya ia sudah memperingati teman-temannya, namun di tolak mentah-mentah.

LOSING US (DEAR US 2)Where stories live. Discover now