13. it's literally them

273 45 2
                                    

"I was dancing in the rain...."

Draco bersedekap di depan pintu halaman belakang manor, menonton putri seorang Lestrange menari-nari ditengah hujan sore itu. Ia hanya mengenali Alena sebagai pureblood dari gaun warna hijau mint yang belum digantinya, seakan yakin siapapun yang melihat Alena dalam keadaan begini akan ragu kalau gadis itu termasuk salah satu The Scared twenty eight.

"Sangat menikmati ya," cibir Draco disela suara rintikan hujan.

"Ini menyenangkan, Draco." Alena menutup matanya seraya menghadap ke langit, membiarkan air hujan menerpa langsung kulit wajahnya.

Draco menghela napas. Kalimat apa yang diharapkannya dari seorang gadis penyuka hujan ketika hujan itu turun bak menyambut penggemarnya?

"Baiklah, sudah cukup. Bisakah kau masuk kedalam sekarang dan mengganti pakaian mu?" pinta Draco lebih terdengar seperti perintah bagi Al.

Alena tidak menggubris membuat Draco berdecak sebal. Menyadari kekesalan laki-laki itu, Alena membuka matanya menatap Draco dengan wajah tertekuk nya.

"Jangan marah marah, Drake, nanti cepat tua," ucap nya santai. Draco kembali berdecak. Alena melanjutkan kegiatan nya tanpa menghiraukan Draco di depan pintu. Ingin rasanya ia menarik Alena dari halaman lalu menguncinya di kamar gadis itu. Demi Merlin, Alena jadi sangat menyebalkan bila bertemu dengan hal yang disukainya.

Draco kemudian mengambil napas panjang, menghembuskan perlahan berusaha rileks.

"Alena Rhea Lestrange, dengan segala hormat aku meminta secara langsung padamu agar masuk kedalam sekarang juga. Aku tak ingin ayahmu mencabut nyawaku begitu tau putrinya sakit karena mandi hujan ketika berlibur di Malfoy manor," ujar Draco panjang lebar, menggunakan sisa kesabaran yang ia punya.

Mendengar kalimat penuh tekanan itu justru membuat Al tertawa, kapan lagi ia bisa melihat seorang Malfoy memohon padanya?

"Lucu ya," Draco mencibir melihat Alena malah menertawakan nya.

Al kini duduk di bangku taman, posisinya menghadap manor sehingga ia berhadapan langsung dengan Draco walau tak lagi di satu atap. "Kenapa kau ingin sekali aku masuk saat tahu aku menyukai hujan dan saat hujan sedang turun?"

"Kalau kau sakit nanti siapa yang akan repot?" Baiklah Alena paham dia peduli, tapi gengsi pria ini justru membuatnya terlihat menyebalkan.

"Aku tidak akan menyusahkan mu. Kau pergilah masuk, aku masih mau disini," ujar Al, memainkan kakinya pada genangan air.

"ck Alena, kau tidak mengerti maksudku. Aku sama sekali tidak ingin mengganggu mu, tapi saat ini kau adalah tanggungjawabku. Aku yang akan ditanyain mengenai keadaan mu, lagipula kau sudah cukup lama berada diluar. Sekarang, ayo masuk!"

"Aku bisa mengurus diriku sendiri, Draco"

Draco menepuk jidatnya frustasi, "Kau menyebalkan Al, Sungguh"

"I know right," kekehnya.

Beberapa saat Draco menunggu, berharap gadis itu akhirnya lelah lalu berjalan mendekat dengan sendirinya. Tapi semakin lama waktu berjalan Alena tak kunjung menghentikan bermainnya, hujan turun makin lebat seakan mendukung kegiatannya.

Draco tak bisa membiarkan Al tetap diluar, rasa khawatir itu tak mengizinkan.

Ia kemudian menerobos hujan mendekati Alena yang sedang berusaha meraih apel hijau paling rendah dari pohonnya. Alena berpaling mendengar suara langkah mendapati Draco berjalan ke arahnya.

"Drake, bisa ambilkan itu," pinta nya saat Draco sudah berdiri disebelah nya.

"Tidak." Draco menarik lengan Al, membawanya menuju manor.

It's me,not another | slow-upWhere stories live. Discover now