12. Sirius Black?

319 38 8
                                    

Hari sudah larut malam. Senyap nya suasana tak mampu menyadarkan Alena dari kegiatan membacanya, justru semakin menghanyutkan.

Buku edisi terlengkap tentang ramuan -kata seseorang- milik Draco yang dengan sukarela ia pinjamkan setelah kegagalan pertama Al di kelas ramuan kemarin menyita sedikit jam tidurnya.

Lupakan ambisinya masuk tiga besar, kini ia lebih berambisi mendapatkan outstanding di kelas Snape.

Sudah dua jam sejak jam malam berlaku, namun lihatlah gadis menyedihkan ini bahkan baru sanggup membaca seperempat isi buku. Dan hanya setengah dari yang ia baca dapat dipahaminya.

"Sungguh rumit," gumamnya. Al akhirnya menutup buku memutuskan untuk tidur.

Ini hampir tengah malam.

Alena beranjak dari ruang rekreasi menuju kamar. Suara langkahnya terdengar menggema. Alena bukan manusia terakhir yang belum tidur karena membaca, setidaknya ada enam orang lagi masih berkutat dengan tumpukan buku di bawah sana.

Buku tadi ia letakkan di atas nakas. Al menghela napas panjang. Melihat langit malam sebelum tidur sepertinya ide bagus. Maka Alena membuka jendela kamarnya, segera ia disambut hamparan langit malam bertabur bintang.

Damai.

Ia selalu menyukai malam yang tenang. Langit bertabur bintang jadi nilai tambah. Hanya ketenangan yang dirasa sampai pemandangan janggal seekor burung raksasa melintas membuyarkan lamunan.

"And what the hell was that?" Al menyipitkan mata, menajamkan pandangan. Usahanya memberitahu clue lainnya.

Seseorang menunggangi burung tersebut.

Otaknya bekerja cepat, mencari sesuatu yang bisa membantunya melihat. Al yakin seribu persen ada orang yang mengendarai burung raksasa itu atau.....seekor Hippogriff?

Al mengacak nakas Mandy mencari teropong yang biasa digunakannya saat menonton Quidditch. Dapat. Alena segera menuju jendela mengarahkan dengan benar teropong nya..ah ya teropong Mandy yang dipinjam nya.

"The hell..."

Sungguh pemandangan yang tak bisa dipercaya. Orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah Harry dan Hermione.

Dan ada seseorang lagi diantara mereka. Al tidak mengenalinya tapi penampilan berantakan pria berumur di atas sana pastilah seseorang yang tak bisa mengurus dirinya dengan baik.

Siapa lagi yang harus ia curigai selain tahanan Azkaban yang kabur merangkap sebagai pamannya dan Draco bernama Sirius Black?

Tidak mungkin Filch, apalagi profesor Lupin. Ukuran Hagrid juga tak se normal itu.

"Kau harus menjelaskan tentang ini, Mione"

Maka malam itu tidurnya dihantarkan oleh daftar pertanyaan atas pemandangan langit malam ini.

°〽°〽°〽

"Hermione."

Gadis dengan rambut mengembang tersebut berpaling dari bukunya. "Alena? Tumben pagi-pagi buta begini, di perpustakaan?"

"Ah kelas ramuan kemarin ya? Aku tahu beberapa buku tentang ramuan, mau ku ambilkan?"

"Tidak, Mione." Al mecegat tangan Hermione. Mencegahnya bergerak dari duduknya.

"Aku ingin bertanya dan kau harus menjawab," ucapnya to the point.

Raut wajah Hermione jadi lebih serius, "Dan apa itu?"

Alena menoleh kanan kiri memastikan keadaan.

"Ada apa sih, Al-"

"Tadi malam," potong nya cepat, sukses merubah raut penasaran Hermione menjadi kaku.

It's me,not another | slow-upWhere stories live. Discover now