Prolog dan Chapter 1

153 2 7
                                        

😊🙏
Hai salam kenal, teman..
Cerita ini berdasarkan kisah nyata. Adapun nama dan tempat disamarkan untuk melindungi privasi. Tujuan penulis adalah supaya pembaca apat mengambil hikmah dari kisah ini.
Selamat membaca..
💮💮💮


Prolog

Menjadi insecure dan tak berguna saat mendapati sebuah kenyataan bahwa sebagai seorang yang pernah mengenyam bangku kuliah, namun kini hanya bekerja sebagai kasir toko. Pekerjaan yang bisa didapat oleh seorang dengan lulusan SMA sekalipun. Banyak pergunjingan yang berlalu di telinga Anita yang sering membuatnya ingin pergi. Ya, setidaknya itulah yang sedang dipikirkan oleh Anita.

Termenung sembari memegang barcode reader yang terus menyala saat barang berlalu di depannya sebagai kinerja sensor. Hari ini pelanggan tak begitu ramai mengingat waktu shift siang yang sedang menjadi jadwal Anita. Terutama kini waktu ashar telah berlalu, semakin sunyi saja karena hanya menyisakan dua orang saja yang bertugas di toko.

"Huhh..," Anita menghela napas.

Aku akan bercerita tentang kisah Anita yang lolos dari pekerjaan terlaknat di dunia ini. Penipuan berkedok penyaluran kerja sebagai perawat anak. Dia bercerita padaku tahun lalu, tentunya dengan permintaan namanya disamarkan. Mari ikuti kisahnya, semoga menjadi pembelajaran berharga. Berharap dengan cerita ini, tidak ada lagi orang yang menjadi korban dari penipuan itu. Ada hal yang mengherankan di mana justru banyak yang masih bertahan untuk menjadi budak perusahaan itu. Tak tahu memang nyaman atau terpaksa karena tuntutan hidup. Sebenarnya yang menjadi alasan utama bertahan untuk mereka yang ingin pergi adalah ijazah yang terikat kontrak kerja selama satu tahun.

...

Chapter 1

Anita namaku. Mungkin aku salah satu orang yang kurang beruntung hidup di dunia ini. Ah, tidak. Aku tidak bisa mengatakannya demikian karena aku tak mau itu menjadi sebuah doa. Setidaknya aku masih diberikan keberuntungan berupa keselamatan. Penipuan yang pernah melandaku memang membuat rasa geram tersendiri. Namun akan sangat kekanakan jika aku terus mengingatnya sebagai kesakitan dan kemalangan. Maka kuputuskan akan menceritakan kisah ini pada siapapun yang membaca ceritaku. Cukup hingga aku manusia terakhir yang menjadi korban penipuan itu.

Kisah itu berawal dari rasa bosan yang terus melandaku dan membuatku tak bersemangat untuk bekerja. Entahlah aku sebut apa ini, apakah bekerja atau pelarian dari gunjingan keluarga karena masih menganggur usai wisuda. Sekitar dua bulan aku menjadi beban keluarga dengan berusaha ke sana dan ke mari mencari pekerjaan.

Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan sebagai kasir sebuah toko di pinggir jalan. Kusingkirkan gengsi yang ada demi dapat bisa mendapatkan uang secara mandiri. Namun karena kurangnya pengelolaan yang baik, akhirnya hanya menjadi mampir saja uang gaji yang didapatkan. Selalu saat akan keluar dari pekerjaan itu, terimingi oleh gaji akhir tahun di mana bonus menunggu dan lebaran saat mendapatkan THR. Haha.. memang bodoh aku saat itu.

Tak terasa dua tahun berlalu. Aku mendapatkan kabar lowongan kerja dari temanku. Sebuah perusahaan perawat anak di sebuah kabupaten di Provinsi Yogyakarta. Sistemnya penyaluran kerja tergantung klien yang memesan.

“Hanya mengurus anak. Gajinya lebih banyak dari pekerjaan kamu sekarang. Makan dan tempat tinggal sudah pasti ditanggung sama klien yang pesan jasa,”

“Lumayan ya, bisa nabung aku,”

Aku tergiur dan memutuskan untuk resign bekerja. Meluncurlah ke Yogyakarta untuk menemui asrama itu. Bersama temanku yang bernama Yana. Dengan mobil travel pesanan Yana, kami sampai setelah menempuh perjalanan 2,5 jam diselingi dengan makan siang di perjalanan. Lumayan membuat kepala pening saat turun dari mobil itu karena ini merupakan perjalanan jarak jauhku beberapa tahun terakhir.

Gerbang perusahaannya terbuka lebar hingga membuat akses mobil sangat mudah masuk. Pak sopir masuk dan memberhentikan mobilnya di depan pintu perusahaan yang menjorok ke dalam berjarak dua meteran. Dia membantu menurunkan barang-barang kami.

“Barang-barangnya sudah diturunkan. Saya tinggal dulu ya, mba,” ucap sang sopir mobil travel.

“Iya, pak. Terima kasih,”

“Terima kasih,”

Perlahan kami memasuki pintu kaca depan yang bermodel seperti di supermarket Indoapril. Di dalam ruangan berukuran 3 x 4 meter itu terdapat tiga orang yang sedang menghadap komputernya masing-masing. Dua laki-laki dan satu perempuan yang berada di tengah keduanya. Seorang laki-laki yang duduk lurus dengan pintu masuk menyambut kami dengan senyum. Mungkin yang kurasa lebih kepada Yana yang memang sudah komunikasi dengannya.

“Silakan duduk, mba,”

Dua bangku menghadap seorang wanita yang masih sibuk dengan komputernya itu. kami duduk di bangku itu. Tepatnya laki-laki yang menyambut kami hanya basa-basi memperkenalkan diri dengan nama Agus, selebihnya mengecek berkas yang harus dibawa sebagai persyaratan. Lalu kami duduk di depan wanita yang kemudian memperkenalkan dirinya. Namanya Anisa. Ia menggeser komputernya untuk dapat melihat kami berdua.

“Selamat siang, dengan siapa?,”

Kami memperkenalkan diri masing-masing sembari dirinya melihat berkas kami. Ada rasa takut yang berusaha kutepis karena telah jauh dari rumah yang artinya aku akan hidup secara mandiri. Aku tidak bisa secengeng untuk menuntut banyak hal yang tidak sesuai denganku. Tapi untuk kembali pun tak mungkin kulakukan karena aku bahkan masuk ke dalam dunia asing itu.

“Saya sudah melihat berkas kalian. Setelah itu, kalian boleh mengisi formular sambil saya jelaskan lowongan yang ada di sini,”

Sembari mengisi formulir, Wanita itu menjelaskan sistem kerja dan lowongan apa saja yang ada di asrama itu. Ah, entahlah aku bahkan tak tahu apa yang dia bicarakan. Sungguh terasa seperti tidak sadar. Antara mengantuk dan kepala pening. Mungkin karena efek perjalanan panjang, nyawaku belum kumpul.

“Bagaimana, apakah ada pertanyaan?,” pungkas Bu Anisa.

Aku hanya menggeleng. Kemudian menandatangani formulir beserta berkas yang sebelumnya bahkan belum kubaca. Tak lupa aku menyerahkan ijazah terakhirku.

Lalu Pak Agus datang untuk membantu kami membawa barang-barang kami dan menunjukkan kamar asrama yang akan kami tempati. Berjalan ke luar dari pintu utama menuju pintu samping. Ada gerbang kecil dari besi yang menjadi akses menuju ke kamar asrama.

Ada dua pintu yang terbuka. Kami dibawa menuju pintu kedua. Di sana banyak pasang mata yang menatap kami. Rasanya seperti kurang bersahabat. Satu kamar dengan 16 orang perempuan dengan kamar tingkat. Di sana tersisa dua kasur yang masih kosong. Kami pun menempatinya. Dua kasur bersebelahan dengan lokasi paling ujung dan jauh dari pintu akses ke ruangan lain namun paling dekat dengan pintu luar.

“Di sini saja cukup,” ujar Yana.

“Iya,” sahutku.

Kami berkenalan dengan penghuni kamar itu. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang berasal dari luar Jawa. Ada Emha dan Ayu dari Pacitan, Resti dari Depok, Kadek dari Bali dan Ocha dari NTB. Ah ada satu lagi yang akhirnya dekat dengan kami karena menyukai hal yang sama, yaitu Kpop. Namanya Hani. Lainnya aku lupa karena mereka tak begitu lama berada di asrama.

💮 Hidup adalah pilihan 💮

D21 (Based on True Story)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora