Part 1

11 3 0
                                    

MOS
.Menjadi Orang Spesial.

Waktu lo baru lulus SMP apa yang lo pikirin? Lo ngerasa gak kalau SMP itu masa masa paling enak enaknya. Maksud gua ya--SMP itu seru. SMP itu pertama kali ketemu temen yang menurut gue bener bener temen. Dan SMP adalah dimana awal mula Teona Anastasya ketemu sama pacarnya.

Bagas Navindra. Dia ganteng, cool, idaman cewe satu sekolah, kesayangan guru, kapten futsal, dan banyak lagi kriteria di wishlist yang Teona punya tentang Pacar Idaman ada dalam diri Bagas.

 Bagas, dia menyukai makanan yang Teona buatkan. Disela kegiatan Teona menjadi tim redaksi di SMP, ia selalu menyempatkan diri untuk membuatkan Bagas makanan. 

" Tupperwarenya dibalikin, jangan dibawa pulang kayak kemarin Mama marahin gue." Kata gadis itu sambil mengeluarkan sebuah kotak makanan berwarna pink. 

"Yang kemarin belum gue cuci lagi, tunggu besok ya. Gue balikin," kata Bagas kemudian berbalik kembali ke kelasnya.

"Bagas!" kata Teona yang membuat langkah Bagas berhenti.
"Apa?" tanya laki - laki itu. 

Teona mengibas - ngibaskan tangannya karena gerah yang ia rasakan "Lo ga ngajakin gue makan gitu? Capek juga nih dari tadi mikir buat Mading." 

Tanpa sepatah katapun, Bagas melanjutkan langkahnya dan diikuti Teona dari belakang dengan tampang cemberutnya. 

Sampailah mereka di taman belakang sekolah, taman itu terlihat sangat sepi. Jarang sekali ada siswa yang berani kesana karena menurut gosip, pohon beringin besar yang ada disudut taman itu ada penunggunya. 

Tapi Bagas dan Teona menampik hal itu, karena bagi mereka urusan perut adalah yang nomor satu. 

"Sini gue bukain," Teona mengambil alih dan segera membukanya. "Tadi dikulkas itu cuman ada ayam terus terong sama eum ini apa sih namanya---" 

Bagas memperhatikan Teona yang masih sibuk menjelaskan apa yang gadis itu masakan untuknya, " Gue kalo putus sama lo gak bisa makan masakan lo lagi dong." 

"Lo mau putus sama gue?" Tanya Teona kemudian.

Bagas terekeh, ia mengulurkan tangan untuk merapikan rambut Teona. " Ya enggak, kan gue cuma tanya aja. Kalau kita putus lo masih mau gak tetep masakin makanan buat gue?" 

Teona menggeleng, " Situasi dimana kita putus dan gue tetep masakin lo makanan adalah waktu kita udah nikah! enak aja udah putus minta makan.." jawab gadis itu. 

Bagas terkekeh, "Suapin gue," 

ck! Teona berdecak " Bayi gede sayang, sini makan aaa" 

" Bay the way lo lulus dari sini mau lanjut dimana?" Tanya Teona di sela kegiatan mereka.

Kaki Teona terasa keram, gadis itu meletakan kakinya di atas pangkuan Bagas dan meminta untuk memijitnya "Kalau gue mau sekolah di Bandung lo ijinin gak?" 

Teona kemudian bertanya, " Kalau gue gak ijinin, lo tetep sekolah disana gak?" 

Bagas menghela nafasnya, tangannya masih setia memijit kaki Teona dengan gadis itu yang juga tetap menyuapi Bagas makanan. "Papa pindah tugas kesana, mau ga mau gue harus ikut." katanya sendu.

"Terus kalau gitu lo ngapain minta ijin ke gue!" sewot Teona. 

"Kan minta ijin dulu sayang, biar kamu ga kaget.." 

"ck! pinter amat ngelesnya Mas-- Kalau emang harus disana ya gue ijinin aja. Asalkan kita masih tetep jaga komunikasi dan yang paling penting Lo gak boleh selingkuh !"

Bagas tersenyum senang, " Siap kanjeng !" katanya sambil memberikan hormat kepada Teona. 

"Tapi kalau gue selingkuh?" 

Teona tersenyum mengejek, " Gue gak suka orang yang selingkuh, kalo lo selingkuh gue rebut balik! Karena Bagas itu punya Teona"

*******

Hari ke-149. Besok genap  5 bulan lamanya Teona tak bertemu dengan Bagas setelah hari kelulusan di SMP. Bagas memutuskan untuk melanjutkan SMAnya di Bandung sedangkan Teona di Jakarta. Tiga bulan pertama berjalan sangat baik, mereka masih saling berkomunikasi  dengan chatingan 24/7 dan di tengah malam melakukan video call. 

Empat  bulan kemudain Bagas sedikit sulit dihubungi, ketika Teona bertanya maka laki laki itu akan menjawab 'tadi buat tugas kelompok, sampai ketiduran di rumah temen maaf sayang.'
Alasan itu sering Teona dengar sampai ia bosan. 

Hari ini, dengan tekad penuh ia meminta ijin ke Papanya untuk ikut ke Bandung. Lumayan ada waktu 3 hari karena sekolahnya menerapkan sistem fullday school. Jumat, sabtu dan minggu.
Dengan sedikit Drama ala Teona, Papanya kemudian mengijinkan gadis itu untuk ikut. 

Di perjalanan senyum Teona tak pernah luntur, sesekali Teona bersenandung. Ia melihat tupperwere yang ia bawa diatas pangkuannya. Bagas pasti menyukai ini. 

Jarak kantor cabang yang akan dikunjungi Papanya dengan rumah Bagas tidak terlalu jauh. Orang tua mereka juga sudah saling mengenal, jadi kemungkinan Teona akan dititipkan disana. Dari jarak 5 meter Teona melihat rumah bercat putih yang minimalis, sesuai dengan alamat yang pernah Bagas berikan. 

Mobil berhenti di depan gerbang, lalu disambut oleh seorang security yang berlari terpogoh pogoh untuk membuka gerbang. 

"Selamat datang, pak Suryo." sapa satpam itu kepada Papa Teona. 

Pak Suryo mengatakan kepada anaknya jika ia sudah menghubungi Serena, mama Bagas. "Jaga diri baik - baik ya, Serena saya titip Teona." 

Serena mengangguk " Iya Mas, sudah lama juga Teona tidak bertemu dengan Bagas. Oh ya Teona bagas masih main basket sama temen - temennya. Nanti sore bakalan pulang." Kata Serena kemudian megangguk. 

Serena sudah menganggap Teona seperti anaknya sendiri, Papa Bagas-- Andi sudah kenal sangat lama dengan Suryo sehingga sama sekali tak mempermasalahkan hubungan kedua anak mereka. 

"Nah Teona, kamu istirahat di kamar tamu dulu ya. Tante mau kedapur bawa makanan yang kamu bawa ini pasti enak." 

" Iya tan, makasih ya."

Teona segera memasuki kamar dan melakukan ritual mandinya. 

Pukul 6 sore, deruman motor Ninja terdengar memasuki pekarangan rumah. Serena yang mendengar itu segera berlari menyambut anaknya, melihat sang mama yang begitu semangat menyambutnya membuat Bagas mengerutkan dahinya bingung. 

"Mama kenapa senyum - senyum?" Tanya Bagas.

"Mama punya kejutan loh buat kamu, sini deh." Serena menarik tangan Bagas menuju dapur, di pantry bagas melihat seorang gadis yang belum ia temui 5 bulan lamanya. 

"SURPRISEE!!" teriak Serena sampai mengagetkan Teona. 

Teona berbalik dan melihat Ibu dan anak itu diujung pintu dapur. Dengan sedikit canggung Teona melambaikan tanggannya " Haii" katanya pada Bagas. 

Bagas tepaku, Teona terlihat berbeda gadis itu lebih cantik dan lebih dewasa. Tanpa berkata apapun Bagas pergi dari sana. Terasa seperti Dejavu, Bagas yang pergi dan Teona tetap mengekorinya dari belakang. 

Laki - laki itu naik ke lantai 2 rumahnya, Teona sampai hampir tersandung. "Hih Bagas tungguin gue!" 

Segera laki laki itu memasuki kamar, dan hampir saja Teona dapat menyusul tapi Bagas segera menutup pintu tepat di depan wajahnya. 

Bagas sungguh aneh, Teonapun mengetuk pintu " Bagas gue bawain makanan, di dapur udah gue angetin abis mandi langsung ke bawah ya. Dan-- gue disini juga ga lama. Cuma 3 hari aja, gue harap kita bisa manfaatin waktu itu." 

Dengan perasaan kecewa, Teona berbalik dan memutuskan untuk turun. Meninggalkan Bagas dibalik pintu kamar itu. 







Tbc.
Paipai

After We Broke UpWhere stories live. Discover now