Part 2.A

7 3 0
                                    

"Pacaran lama bukan jaminan setia. Jaga mata sayang"






" Dapet apa  3 hari gue disini, kenapa Bagas bisa berubah gitu ya hmm"

Teona menopangkan dagunya, ia duduk di teras rumah Bagas sesekali melirik ruang tamu. Berharap pangeran kuda putihnya turun dari khayangan.

" Terus gue ngapain disini kalau yang gue cari udah ga peduliin gue, " Monolognya.

"Pulang aja kali ya? "

Sadar akan apa yang ia katakan, Teona segera menampar pipi mulusnya.
" Ckck susah susah rayu bokap buat sampe ke Bandung, masa gue harus nyerah gitu aja. "

Cklek

Tak lama kemudian terdengar langkah kaki, dengan semangat 45 Teona berdiri dari duduknya dan menghampiri Bagas.

" Hai mau makan ya? Kamu rapi banget-- mau kemana? "

Aku-kamu..

"Gue mau ngajak lo jalan - jalan, lo cuma tiga hari kan disini? " Tanya Bagas.

"Wah kemana tuh, iyaa aku cuma 3 hari disini. "

"Yaudah ayok"

Bagas menarik tangan Teona, sampai di depan motor ia segera memasangkan helm berwarna pink ke kepala gadis itu.

Teona terkesiap, insting perempuannya meluap ke permukaan.

"Ini helm siapa? Kok udah ada di motor kamu? Habis boncengin cewek ya?? Ngaku gakkk" Tanyanya beruntun.

Bagas menurunkan kaca helm gadis itu, ia berdeham sejenak. "Enggak! "
" Ini helm punya mama tadi gue pinjem,"

"Ohh gitu--" Sahut Teona sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

" Awas ya kalau aku sampe tau kamu bonceng cewek. Aku cuekin kamu seumur hidup."

Bagas terkekeh kemudian menjawab, "Yakin bisa cuek sama gue? Naik cepet!"

Ck. Decak gadis itu. Namun tak urung ia mengaitkan tangannya ke pinggang Bagas.

"Ga bakal bisa cuek, apapun kesalahan kamu rasanya berat banget buat ga maafin."

Bagas tersenyum, ia meminta maaf tentang prilakunya saat pertemuan mereka tadi, " Maaf ya gue tadi kurang ajar banget sama lo. "

"Gapapa sayang, " Kata Teona kembali mengeratkan pelukannya.

Motor Ninja berwarna hitam milik Bagas membelah jalanan di Bandung malam ini, jalanan ramai di hiruk pikuk kota Bandung yang menjadi saksi dari setiap kegiatan yang orang orang lakukan.

"Kita mau kemana? "

"Mau ke Alun - alun, kita makan wedang jahe disana. "

"Yeayy asik" Kata Teona senang.

Akhirnya mereka sampai di Alun - alun Bandung.
Bagas melepaskan helm dari kepala Teona dan segera mengajak gadis itu ke salah satu angkringan di pinggir jalan.

"Mang pesen wedang jahenya dua, terus sate telur puyuh sama sosisnya 10 tusuk."

Bagas dan Teona duduk bersebelahan, mereka menghadap lapangan luas tempat dimana orang orang banyak berkumpul.

" Sekarang ada konser ya? Rame banget " Tanya Teona.

Bagas mengangguk, " Iya ada. Itu yang nyanyi namanya Damar Marcelo, satu sekolah sama gue."

Teona memperhatikan laki laki yang rambutnya dicepak dan sedang bernyanyi itu, lumayan tampan tapi penampilannya sedikit seperti --

Ehm..

Jamet.

Teona menggelengkan kepalanya, ia kembali menoleh ke arah Bagas. "Kenapa? Dia genteng kan?" Tanya Bagas.

Teona bergidik ngeri, "Bisa bisanya kamu enteng nyebut dia ganteng. "

Bagas terkekeh, Teona ini menurutnya sangat lucu.

Baru akan ingin menjawab, Mamang pedangang wedang jahe menginstrupsi kegiatan mereka.

"Ini den wedang jahenya dua, wah wah aden ini. Pacarnya beda lagi ya sekarang" Katanya yang dibalas pelototan tajam dari Teona.

Bagas tersenyum menenangkan, " Mamang bisa aja, pacar saya mah cuma satu mang. Yang ini. " Ucap Bagas sambil mengangkat tangan Teona.

" Ooh gitu, yang kemarin siapa? Sama sama cantik. Kalau anak jaman sekarang bilangnya apa ya----
Aaaaaa fucekboy, jangan begitu ya den."

Bagas tersenyum kikuk sambil mengangguk, "Dimakan wedang nya"

Teona menghela nafas pelan, tentu saja. Bagas pasti sudah bertemu dengan perempuan yang selalu ada untuknya saat ini.

Ternyata--

Pacaran lama itu bukanlah sebuah jaminan, untuk setia.

Cih!





Tbc.

Du har nått slutet av publicerade delar.

⏰ Senast uppdaterad: Nov 03, 2022 ⏰

Lägg till den här berättelsen i ditt bibliotek för att få aviseringar om nya delar!

After We Broke UpDär berättelser lever. Upptäck nu