18. 7 JANUARI 2019 (1)

21 12 0
                                    

"halo nak. Siang ini Kamu pulang sebentar bisa? Eline dari semalam nangis terus. Mama gatau kenapa gitu. Setiap Mama Tanya dan suruh cerita, dia gak mau. Katanya mau cerita ke kamu. Bisa kan nak pulang sebentar?"

"bisa Ma. Sekarang Bryant sama Naya berangkat ke rumah. minta Eline buat di kamar aja ya Ma." Jawab ku.

"Mama tunggu. Hati-hati di jalan."

(telepon itu dimatikan oleh Ibuku).

Hari ini adalah hari ketiga observasiku di rumah Eline. Di hari pertama ku pada tanggal 5 Januari 2019, Aku tidak mengalami gangguan apapun. Di hari kedua ku pada tanggal 6 gangguan Aku alami, tepat di awal hari tersebut. Tetapi, saat malam harinya, menjelang hari ketiga observasi, tidak ada gangguan yang terjadi. Dan sekarang adalah hari ketiga itu.

Beberapa waktu lalu, Aku sempat diberi tau oleh Naya kalau saat pagi hari tadi, sekitar pukul empat pagi, dia mendengar banyak sekali orang yang berbincang di depan kamar tempat dia beristirahat. Beberapa dari mereka ada yang menangis, tertawa, marah, dan ada yang hanya sedekar berbicara biasa. Dan ucapnya beberapa dari mereka terus menyebut namaku dan Eline.

Aku tak tau apa yang dimaksud oleh Naya, karena Aku sendiri tidak mendengar apapun pagi itu. namun, Aku sempat merasakan tubuhku seperti di gores oleh sesuatu yang sangat tajam. "Rasa sakit" itulah yang Aku rasakan. Hanya saja, rasa sakit ini tidak terlalu parah untuk bisa dirasakan.

"kenapa?" tanya nya.

"gapapa. Kita pulang dulu hari ini. Kata Mama, dari semalam Eline nangis terus. Gue takut ada apa-apa sama dia."

(Naya mengganguk dan Kami keluar dari rumah).

Sebenarnya, saat menutup pintu rumah itu saja, Aku sudah merasakan hal yang tidak baik akan terjadi padaku dan Naya. hawa yang terasa olehku sangat berbeda dari biasanya. Saat akan memasuki mobil, seseorang datang padaku dan memberi tau sesuatu hal. Sepertinya dia warga setempat yang mengerti tentang apa yang terjadi di sekitar sana dan sesuatu yang terjadi di rumah Eline. Namanya Pak Ateng. Lelaki berusia 56 tahun dengan cacat di tubuhnya. Aku tau dia orang baik, dari caranya menyapa dan berbicara. Dan Aku tau sepertinya dia mengerti banyak hal tentang apa yang terjadi di sekitar sana sebelum Eline pindah ke Indonesia.

(dia menepuk pundakku).

"dek. Boleh Bapak bicara sebentar." Ucapnya.

"boleh Pak."

"Kita bicara di rumah Bapak saja." Ucapnya sambil menunjuk rumah yang berjarak belasan meter saja dari tempat Kami berdiri.

(Aku menatap kearah Naya sebagai kode untuk Dia masuk duluan ke mobil dan menunggu disana).

Aku baru hari itu mengenal Pak Ateng. Orang yang sepertinya paham akan sejarah tempat yang dibeli oleh Eline. Dia memberi tahuku beberapa hal baru yang mungkin akan sangat berguna untuk Aku menyelesaikan gangguan yang terjadi di tempat Eline dan mengetahui dalang dari semua ini. Aku sudah tidak tahan dengan semua gangguan yang terjadi pada keluargaku. Bertahun-tahun lalu, keluargaku mendapat gangguan dari makhluk yang sama sekali tidak Aku ketahui. Gangguan yang menewaskan sepupuku dan membuat trauma pada banyak orang di keluargaku. Termasuk diriku sendiri. Dan sekarang Aku tidak ingin gangguan seperti itu terulang kembali dan menyebabkan korban baru.

"nama Bapak, Ateng sujiro. Bapak warga asli sini. Kamu panggil saja Pak Ateng." "kalau Bapak boleh tau. Kamu ke rumah itu buat apa?" tanya Pak Ateng.

"sebelumnya. Nama Gue Bryant pak. Gue ke rumah itu, karena Gue pengen tau siapa yang gangguin Sepupu Gue. Rumah itu belum lama ini dibeli sama sepupu Gue karena pindah dari Amerika ke sini. Dan Gue pengen coba cari tau tentang gangguan yang dia alami." Ucapku lagi sambil menunjuk ke arah mobil. "itu sahabat Gue Naya. saat Gue pindah ke Indonesia, dia orang pertama yang jadi teman gue."

"Oh begitu. Jadi yang membeli rumah itu sepupu Kamu toh. Hebat ya masih muda sudah bisa beli rumah." "umurnya berapa?"

"tahun ini tujuh belas." "Ada apa ya Pak? Kok tiba-tiba manggil?" tanyaku.

"sebelumnya. Dek Bryant sudah tau tentang rumah itu?"

"belum. Emang ada apa?"

(kemudian dia menceritakan sejarah rumah tersebut yang tidak bisa Aku beri tau padamu).

Aku kembali ke mobil setelah selesai berbicara dengan Pak Ateng. Apa yang Pak Ateng katakan, dan ceritakan, membuatku merasa kalau semuanya ada kaitan dengan hilang nya Mang Ujang beberapa tahun lalu. Karena, tanggal yang diberi tau oleh Pak Ateng tentang kejadian dirumah itu, adalah dua hari setelah Mang Ujang kabur dari rumahku.

Sebelum pergi dari rumah Eline, Pak Ateng memaksaku untuk membawa katong kecil yang Aku tak tau apa fungsinya. Tapi, Aku tak menerimanya karena menurutku itu tidak ada fungsi apapun.

Di perjalanan kembali kerumah, gangguan yang pernah terjadi pada mobilku kembali terulang. Mesin nya tiba-tiba mati di tempat yang sama saat kejadian pertama beberapa hari lalu. Apakah Aku diam saja? Jelas Aku sangat marah. Tapi, saat Aku cek mesin mobil, tidak ada apapun disana. Suara bisik terdengar di telingaku saat Aku menutup kap mesin mobil. Suaranya tidak jelas tedengar, tapi sangat jelas dapat dirasakan bahwa itu sebuah bisikan.

Kami melanjutkan perjalanan kembali kerumah. Sebuah Dejavu, hal yang sama persis terjadi seperti saat pertama Aku ke rumah Eline. Lagi-lagi, ada belatung di pedal gas mobilku. Kalimat yang sama terucap dari bibir Naya ketika melihat hal itu. mobil ku berhenti di salah satu rumah warga. Beberapa warga membantu untuk membersihkan, dan apa yang dikatakan oleh warga juga sama persis dengan waktu itu.

Berjalan beberapa meter, setir mobilku ditarik oleh Naya, dengan alasan yang sama. Dia menangis dengan wajah yang sama, dan apa yang Aku katakan juga sama. Semua itu sangat aneh bagiku. Tidak mungkin waktu bisa terulang kembali dengan kejadian yang sama persis.

Pukul 12.30 PM, Kami tiba dirumahku. Dan disitu Aku melihat Eline duduk menangis di ruang tamu. Dia bercerita tentang apa yang terjadi padanya malam itu. dan Aku bercerita tentang apa yang diberi tahukan oleh Pak Ateng sebelum berangkat. Di situasi ini, Aku sempat ingin menyerah dan membiarkan semuanya terjadi. Tapi, untungnya hal itu tidak terjadi. Harapan yang terlihat di wajah mereka seperti sesuatu yang harus Aku tuntaskan. Semua tanggung jawab itu ada padaku. Dan hal ini harus bisa Aku selesaikan sebelum kembali masuk sekolah.

TRY TO COME BACK HOME [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang