十三 (shi san) - Dream

662 243 13
                                    

Hua Lijun POV (Dalam Mimpi)

Asem! Asem! Asem! Asem!

Sudah seharian penuh diriku menerima siksaan buruk dari kesialanku di dunia nyata, dan sekarang di dalam mimpi pun aku harus mengalami nasib sial?

BISA-BISANYA DIRIKU MIMPI DI KEJAR SETAN ARGHSHSJJSHZ!!!

Beberapa kali aku menolehkan kepalaku ke belakang untuk memeriksa jarak antara diriku dengan setan-setan mengerikan yang mencoba menangkapku, dan semua ini sama sekali tidak berhasil! Mau seberapa kencang aku berlari mereka semua akan langsung menyusulku tanpa memerlukan banyak waktu.

Eh tapi … ini kan cuma mimpi, itu artinya apabila aku gagal menghindari mereka maka tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada diriku di dunia nyata, kalau begitu ngapain juga aku membuang-buang tenaga untuk menghindari mereka, tinggal pasrah aja mah gampa—

Di saat aku hendak membalikkan badanku untuk menyerahkan diri, tiba-tiba di hadapanku muncul sebuah alat musik pipa yang terlihat tidak asing di mataku, aku merasa seperti pernah melihat desain yang terlukis di atas kayu tua alat musik tersebut, namun aku tidak ingat dimana aku pernah melihatnya.

Tapi ya bodoh amatlah, siapa yang akan memikirkan desain lukisan disaat seperti ini.

Dengan cepat aku meraih pipa tersebut kemudian memetik senarnya untuk melawan makhluk-makhluk tersebut. Dan luar biasa! Bukan hanya mereka yang langsung terhempas mundur dalam sekali petikan senar, tetapi diriku pun langsung terkejut saat mendengar suara kencangnya.

Apa pipa ini memiliki fitur speaker dari dunia modern? Tidak mungkin lah ya, tapi kenapa suaranya bisa sekencang itu?

"Untung saja kau berhasil mengalahkan mereka."

Diriku sontak tersentak kaget dan langsung menolehkan kepala ke arah sumber suara. Sepasang mataku menatap bingung pada seorang kakek tua berjenggot panjang yang sedang menatapku dengan senyum di bibirnya. "Asal kau tahu, kalau kau di bunuh oleh mereka maka kau akan mati di alam mimpi dan tak bisa kembali."

Wow, untung tadi aku tidak menyerahkan diri, kalau tidak aku benar-benar tak tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Oh ya, karena kau masuk ke alam mimpi ini berarti kau telah menemukan benda itu bukan?"

"Benda?"

"Alat musik pipa yang ada di tanganmu sekarang."

Seketika pandanganku langsung mengarah ke alat musik pipa yang kupegang saat ini dan tiba-tiba kilas balik kejadian di dalam gua langsung memenuhi otakku. Haduh, kalau tahu benda ini seburuk itu seharusnya tidak kubuka petinya. "Iya, saya menemukannya di dalam kotak peti tua."

"Nah, selamat! Sekarang kau adalah tuannya!" ujarnya senang, "Karena kau adalah Tuannya, maka kau harus melawan setan-setan di mimpi ini setiap malam hingga semua setan yang diam di dalam alat musik ini menjadi patuh padamu."

Ah … ahahaha, aku tak tahu harus berkata apa. Setelah menanggung alat musik ini sekarang aku harus menanggung setan di dalam alat musik ini juga? Yang benar saja! Dikira aku orang yang peduli dengan benda seperti ini.

"Maaf penatua, tapi saya tidak mau," balasku, "Saya sama sekali tidak tertarik dengan benda ini karena itu boleh saya meninggalkannya saja?"

"Hmmm … coba kau letakkan pipanya di tanah," ucap penatua tersebut. Aku pun mendengarkannya dengan meletakkan alat musik pipa ini ke tanah, namun sekali lagi sial ….

Dia tidak mau meninggalkan tanganku.

"Ahahaha, tampaknya alat musik ini ingin kau yang menjadi tuannya, kusarankan sebaiknya kau mengambilnya karena kalau tidak maka alat musik ini bisa marah lalu menimbulkan bencana."

Arghshsjaj, kenapa alat musik ini mirip dengan anak bayi hah?! Fyuh, sabar Hua Lijun, sabar. "Penatua, tolong pahami kondi—"

"Bagaimana kalau begini! Kau bawa alat musik itu dan lawan semua setan mimpi yang diam di dalam alat musik, jika kau berhasil menyelesaikan semuanya maka aku akan mengabulkan satu permintaanmu," tawarnya.

Ini tawaran bagus dan langka, aku harus menerimanya. "Baiklah, kalau begitu saya ingin penatua membantu saya kembali ke tempat saya yang semula jika saya berhasil mengalahkan mereka semua, bagaimana?"

"Hmm … sepakat! Aku akan mengembalikanmu ke asalmu jika kau berhasil mengalahkan mereka."

Senyuman pun hadir di bibirku, akhirnya aku bisa kembali ke duniaku yang sesungguhnya dan meninggalkan dunia yang dipenuhi dengan kesialan ini.

Penatua tersebut membalikkan badannya dan hendak pergi, namun sebelum dia benar-benar pergi, aku dapat mendengar kakek itu berkata, "Sedikit informasi, semakin banyak setan yang kau taklukkan, semakin kuat setan selanjutnya yang akan melawanmu."

Hmm … kok tiba-tiba aku takut?

_______________

"Hah …."

Aku nenarik nafas dalam-dalam dan berusaha memperbaiki siklus pernafasanku kembali. Rupanya kakek tua itu tidak bermain-main saat berkata kalau setiap setan mimpi yang datang selanjutnya akan selalu lebih kuat dibanding dengan setan mimpi yang telah kukalahkan sebelumnya.

Mataku menatap lurus ke arah makhluk-makhluk berupa nengerikan yang tampak berbaring lemah di tanah setelah kukalahkan dengan susah payah. Aku memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya kesadaranku pun kembali ke dunia nyata.

Yap, mengalahkan setan mimpi ini sudah menjadi pekerjaan malam hariku selama satu minggu, tidak ada malam dimana aku dapat tidur dengan tenang tanpa mengalahkan setan-setan itu. Namun jujur saja, saat ini aku mulai merasa sangat khawatir dengan kondisi.

Kalian bertanya khawatir kenapa? Itu karena lama-kelamaan setan-setan tersebut semakin sulit untuk kubunuh, bahkan sekarang aku tak yakin kalau malam selanjutnya diriku akan mampu melawan mereka dengan tingkat kemampuan yang lebih tinggi lagi.

"Belajar ilmu baru."

Hah … kuharap aku tidak mendengar suara ini karena setiap kali suara ini muncul pasti ada saja kerjaan untukku. Dengan malas diriku membalikkan badan dan menatap seorang pria tua yang berjalan membungkuk dengan tongkatnya sembari menatap ke arahku.

"Ilmu baru?" balasku malas.

Dia menganggukkan kepalanya, "Kau lihat ukiran-ukiran di tembok ini?" tanyanya yang kubalas dengan anggukan. "Semua lukisan ini adalah teknik-teknik dari alat musik yang kau pegang itu, dengan mempelajari semua teknik yang dilukiskan oleh sepanjang dinding gua maka kemampuanmu akan menjadi sangat kuat."

Ya, aku tak peduli dengan masalah kekuatan, yang kupedulikan di sini adalah KAPAN! DIRIKU! BISA! KELUAR! DARI! SINI!

"Baiklah, terima kasih atas sarannya penatua, saya akan mencoba yang terbaik!" balasku sambil memasang senyum terpaksa sebelum akhirnya diriku membalikkan badan dan berjalan dengan pasrah.

"Hahh … aku lelah."

_________________

Selamat hari Raya Idul Adha!

Maafkan diriku hari ini updatenya agak malem gegara barusan ada acara keluarga hehehe.

Btw, diriku mo bilang makasih banyak sebanyak-banyaknya buat kalian yang sudah setia nungguin updatean cerita ini selama aku hiatus satu bulan lebih (ʃ⌣́,⌣́ƪ)

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

Mr(s) Evil Cultivator 先生修魔者Where stories live. Discover now