My Sweet Snows

619 85 32
                                    

HAPPY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

Enjoy It

"M-maaf karena hyung datang terlambat lele-ya hiks... Jebal ireona, jangan membuat hyung takut, hm?"

Jisung terisak lirih, memeluk erat tubuh mungil si manis kesayangan nya. Sepasang netra indah yang telah menjadi favorite nya itu terpejam begitu rapat. Enggan terbuka walau ia terus memohon dan memanggil dengan lirih namanya. Seolah si manis sengaja ingin menyembunyikan cahaya dari dark blue ocean nya.

"S-sayang please, i'm here sweets you're save now. Maaf hiks,, h-hyung minta maaf lele-ya... Lele pasti sangat ketakutan kan, to-tolong maafkan hyung. Ayo bangun dan sambut hyung lagi..."

Namja itu terus melirih, tidak perdulikan rintihan kesakitan dari eksistensi dua orang lainnya yang tengah sekarat disana. Lantai kayu rumah kecil itu kini benar-benar dipenuhi genangan darah.

Kapak pemotong kayu didekat Jisung tampak mengerikan. Benda itu sepenuhnya tertupi cairan kental nan anyir milik dua orang manusia yang tengah sekarat disana.

Park Jisung, tidak dapat menganyunkan benda itu dengan bebas dan leluasa lagi kala beberapa saat lalu pandangan nya kembali menangkap eksistensi dari sosok tubuh mungil yang meringkuk lemah di pojok ruangan dengan bersimbah darah pada perut kanan nya itu sudah tidak lagi terjaga. Merah pekat dengan kurang ajar telah menodai sang salju putih kesayangan nya disana.

.
.

Langkah kaki yang ia seret dengan pelan tepat terhenti. Saat dihadapan kini tampak eksistensi dua orang yang ia ingat merupakan anggota mafia yang ditugaskan untuk memburu nya.

Dua orang yang serba hitam itu menyeringai kala target buruan nya kini tepat didepan mata. Yang satu memegang revolver ditangan kanan sedang satu lainnya menggenggam sebilah pisau.

Park Jisung mendongak, memperlihatkan sepasang jelaga hitam yang balik menatap tajam sosok keduanya. Tangan yang sedari tadi memang menyeret kapak itu terlihat mengerat.

Pada situasi ini Park Jisung sudah berada diluar kesadaran nya. Tidak lagi dapat berpikiran jernih. Kini yang terlintas dalam benak namja itu pun hanya keinginan kuat untuk membantai dan membunuh.

Hingga, saat kendalinya mulai lepas dia benar-benar membantai habis kedua musuh disana hanya dengan mengandalkan sebuah kapak pemotong kayu bakar. Tidak lagi peduli akan dirinya yang juga mendapat beberapa luka goresan pisau dan luka tembakan.

Seolah kebal akan rasa sakit, Jisung terus menyerang bagai orang kesetanan. Semakin mengayunkan benda tajam itu tak tentu arah kala dua lawan nya perlahan mulai tumbang dihadapan dengan keadaan lemah sekarat penuh dengan darah. Sampai ketika, di penghujung titik penghabisan, Jisung menangkap lirihan halus yang memanggil namanya begitu pelan.

❤All About Us❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang