14. 1 JANUARI 2019

21 12 0
                                    

"hemm.. gue pikir lo bisa sendiri! Makanya gue ga kesana. Berarti sekarang Lo sendiri gitu?" tanyaku menghela nafas.

"Lo emang parah kak, gue baru pulang juga. Tapi gapapa sih, yang penting lo udah kirimin temen lo buat bantuin gue." Jawab Eline.

"HAH? Siapa? Gue ga ngirim siapa siapa buat bantuin lo." Tegur ku.

"terus? Halah gausah boong deh kak. Makasih ya. Salam buat semuanya."

Telepon itu pun mati.

Percakapan itu timbul dari sebuah telepon singkat antara Aku dan Dia (sepupuku). Saat itu ia baru saja pindah ke Indonesia. Aku sangat ingat, kalau percakapan kami terjadi sekitar pukul 02.12 AM atau pukul dua pagi.

Hari ini, selasa 1 Januari 2019. Dari awal telepon itu berlangsung, Aku sudah heran dengan begitu banyak noise di sekitar Eline. Suara yang sedikit asing bagiku. Namun, seperti suara yang pernah Aku temui sebelumnya. Tidak mungkin rasanya, untuk Ku melaju ke kediaman Eline yang baru saja dia beli untuk menetap di Indonesia. dan karena ucapannya, Aku jadi merasa percaya dengan apa yang dia ucapkan.

Sudah sangat lama sejak pembersihan itu terjadi. Aku sama sekali tak pernah melihat kedua sahabatku yang dulu sangat melindungiku. dulu, saat Aku begitu kecil, mereka lah teman pertamaku di Indonesia. Aku terikat dengan mereka. Dan Aku masih sangat ingat bagaimana awalnya Kami bisa bertemu.

Pukul 08.00 AM, Aku ada janji dengan Eline untuk mengunjunginya di sana. Tak sendiri, Aku ajak Naya untuk sekedar bertemu dan menyapa. Di sepanjang perjalanan, seharusnya Kami bisa tiba lebih cepat. Tapi nyatanya tidak. Sepanjang perjalanan ke sana, selalu saja ada yang menghalau dan mengganggu Kami. Baru beberapa ratus meter saja, Kami sudah mengalami musibah yang sebenarnya tidak masuk akal. Mobil yang Kami gunakan tiba-tiba mati.

"kenapa nyet?" tanya Naya padaku.

"gatau nih mobil tiba-tiba mati. Mungkin ada gangguan mesin kali ya." Ucapku menjawab.

"yaudah periksa aja dulu. Kasian Eline udah nunggu dirumah. Entar malah telat lagi."

(Aku keluar dari mobil dan memeriksa mesin)

"hemm.. ada ini." Ucapku sambil memperlihatkan rambut yang begitu banyak melilit di antara mesin mobil.

Naya keluar dari mobil karena penasaran dengan apa yang ditemukan. Jujur, tidak mungkin rasanya, ada rambut yang begitu banyak melilit di antara mesin mobil yang sebelum berangkat pun sudah di periksa dengan sangat detail. Ini adalah gangguan pertama Kami saat ingin ke tempat Eline.

"yaudahlah, mungkin ada kesalahan waktu di periksa mesinnya tadi. bisa dibersihin juga." "masuk mobil gih. Entar kotor."

Saat Naya berjalan menuju mobil, entah Aku yang saat itu kurang fokus atau memang benar adanya. Aku melihat cara berjalan Naya seperti sangat berat tapi tidak ada apapun yang memegang kakinya. Dan Aku? Aku membersihkan rambut rambut yang ada di antara mesin agar bisa melanjutkan perjalanan kembali.

Ada satu hal yang sangat Aku ingat kala itu. saat Aku selesai membersihkan mesin, lebih tepatnya saat Aku berjalan menuju mobil, ada dua orang Naya di dalam mobil. Posisi duduk mereka sama, apa yang mereka pegang sama, dan semua yang dikenakan juga sangat sama. Jujur Aku takut, tapi tak boleh Aku perlihatkan karena akan memicu Naya bereaksi.

(Aku memasuki mobil dan hanya ada satu Naya disana).

"hem.. lanjut gak nih?" tanyaku.

"lanjut lah nyet. Kan udah janji Kita."

(mobil kembali di jalankan).

Kamu tau? Setiap mobil pasti memiliki kaca tengah untuk melihat ke arah belakang. Dan untuk beberapa mobil, dilengkapi kamera sensor yang letaknya di belakang mobil untuk memantau. Begitu juga dengan mobil Ku.

"nyet?"

"ha? Kenapa?"

"coba liat ini deh. Kok sensor kamera nya nyala?"

"ada sesuatu kali dibelakang. Gapapa lah. berarti sensornya berfungsi."

Jujur sampai saat ini, Aku tidak tau apa yang ada di belakang mobil saat itu. tapi sepertinya dialah yang melakukan gangguan saat Kami menuju tempat Eline.

Bukan hanya itu saja gangguan yang Kami alami saat di perjalanan. Baru selang beberapa menit dari lokasi tersebut, entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja belatung berserakan di dekat pedal gas mobil. Yang pertama tau akan hal itu sudah jelas Naya. Dia berteriak sangat kencang dan menunjuk tempat belatung itu berserakan. Sontak, mobil Aku hentikan di salah satu rumah warga yang ada di dekat sana.

Semua mulai tak beres. Seperti ada sesuatu yang tidak menginginkan Kami untuk datang ke rumah Eline yang baru saja dibeli nya beberapa waktu lalu. Mobilku dibantu warga setempat untuk dibersihkan. Dan Kami bisa melanjutkan perjalanan.

"Awas ada orang nyebrang." Teriak Naya sambil menarik setir mobil ke arahnya.

"kenapa sih? Gak ada apa-apa lho. Bahaya gilak main tarik tarik aja setirnya. Bisa celaka entar." Ucapku yang jujur saat itu tidak melihat apapun melintas di depan mobil Kami.

Naya menangis "beneran tadi ada orang nyebrang. Cewek pake baju merah. Masa gak liat sih. Entar kalo nabrak gimana? Mau jadi pembunuh?"

"eh udah udah gausah nangis lah. iya maaf Gue gak percaya sama Lo tadi." "udah nangisnya. Kita lanjut lagi."

Apa yang dilihat oleh Naya terlihat juga saat Kami sampai ke rumah Eline. Wanita berbusana serba merah mengintip di lantai dua rumah itu. lalu menghilang saat Aku menatap ke arahnya.

"hai kak. Lama amat dah sampenya. Katanya cepet." Ucap Eline menyambutku dan Naya.

"gausah banyak tanya. Yang penting kakak sampe." "nih kenalan dulu sama macan putih."

"namanya macan putih?" tanya Eline.

"bukan bukan. Nama Gue Naya. salam kenal ya Eline. Gue udah denger banyak cerita tentang Lo dari Bryant."

"oh gitu. Salam kenal juga kak." "jadi, kak Naya itu cewe nya kak Bryant?"

"enggak enggak. Gue sama Bryant itu temen dari kecil. Sampe sekarang masih sahabatan."

"kak Bryant cemen banget gak berani dor ke Kak Naya."

"bukan gitu. Tapi emang Kami berdua yang gak mau pacaran." Samber ku.

"iyap. Pacaran tu banyak drama dek. Jadinya gak asik." Ucap Naya.

Percakapan santai yang Kami bangun saat baru sampai di rumah itu adalah hal pertama yang membuat kesan mistis tiba-tiba hilang dari pikiranku. Walaupun tidak bertahan lama.

Saat masuk ke rumah itu, tak hanya Aku tapi juga Naya. Kami mencium bau yang sama. Sulit dijelaskan bau apa itu. bahkan sampai usiaku sekarang. Aku yang teringat dengan pembicaraan pagi itu secara langsung menanyakan padanya. Karena Aku benar-benar tidak meminta siapapun untuk datang membantu Eline pagi itu. dan Eline menjawab dengan hal yang berbeda.

"pagi tadi katanya ada yang bantu Lo ya?" tanyaku pada Eline tanpa ada basa basi.

(Naya menatap penasaran dengan hal itu).

"iya. Emang kenapa? Kan itu temen Lo kak." Jawab Eline.

"sekarang Lo liat mata Gue. Gue serius atau bercanda?"

(Eline hanya menatap dan tidak menjawab apapun).

"Gue gak minta siapapun untuk bantuin Lo pagi tadi. walaupun gue minta orang buat bantuin Lo, gak akan ada orang yang mau dateng jam segitu ke sini cuman untuk hal yang sebenarnya Lo bisa sendiri."

"tapi Eline beneran dibantuin sama orang tadi pagi kak."

"iya Gue percaya Lo gak akan bohong ke Gue. Coba Lo ceritain ciri-cirinya ke Gue biar Gue tau."

"cewek, tinggi ke gini. Cantik. Rambutnya hitam panjang tapi berantakan. Pakaian nya merah semua. ada bekas luka di lehernya. Sama ada cowok juga masih kecil."

TRY TO COME BACK HOME [END]Where stories live. Discover now