INTERVAL

331 11 0
                                    

Tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil yang hanya memiliki luas tanah 65 meter dengan luas bangunan yang tidak beda jauh, tak serta-merta menyurutkan kebahagiaan Ana dan Azhar yang telah setengah tahun masuk ke dalam gerbang pernikahan. Suatu ikrar cinta yang hakiki. Cinta yang direstui baik oleh dunia, maupun oleh Allah Sang Maha Pemilik Dunia.

Semua pekerjaan rumah mereka bagi berdua, menyapu, mengepel rumah, mencuci baju, menjemur, menyetrika, memasak, hingga mencuci piring mereka lakukan bersama-sama. Saling pengertian satu sama lain. Terlebih, ketika Ana dinyatakan hamil oleh dokter, sebagian besar pekerjaan rumah dilakukan oleh Azhar. Dia sangat menyayangi dan mencintai Ana. Tak sedikitpun dia memberi peluang untuk Ana mengalami kelelahan selama proses kehamilan.

Ana memutuskan untuk berhenti bekerja di apotek milik Bu Yusni selepas menikah dengan Azhar. Itu adalah suatu keputusan yang besar karena memang bekerja sebagai apoteker merupakan harapannya dari jauh-jauh hari. Akan tetapi, demi baktinya pada suami dan ingin melayani suami dengan segenap hati, waktu, perasaan dan cinta, maka Ana rela kehilangan cita-citanya itu. Lebih lanjut, Ana rela kehilangan tambahan penghasilan yang sebenarnya bisa membantu perekonomian mereka. Azhar senang mendengar keinginan Ana untuk tinggal di rumah saja.

Sore itu, seperti biasa sepulang dari kantor, Azhar duduk di depan TV sambil disuguhi teh hangat manis dengan beberapa potong kue yang disediakan istrinya. Waktu menunjukkan pukul 4 sore, Azhar tidak pernah membuang-buang waktunya jika jam kerja sudah selesai. Dia akan langsung pulang walaupun banyak teman-temannya yang selalu mengajak untuk kongkow-kongkow terlebih dahulu. Apalagi, ditambah dengan Ana yang tengah dalam kondisi hamil 4 bulan, Azhar selalu merasa ingin berada di samping Ana.

Sambil menonton TV, mereka melakukan perbincangan dan diskusi kecil. Ana menyandarkan kepalanya di pundak Azhar sambil menggandeng tangannya. Azhar merangkul Ana, mengusap-usap kepala perempuan yang telah sah menjadi istrinya itu. Tangan satunya dia gunakan untuk mengelus-elus perut Ana yang sedikit mengalami perubahan bentuk karena terdapat janin di dalamnya.

Saat mereka menikmati suasana mesra dan hangat itu, datang seorang tamu mengucap salam dari depan.

"Asalmualaikum...Asalamualaikum...Asalamualaikum..." Salam dari seorang perempuan dari luar rumah.

"Walaikumsalaam... Biar Ana aja Mas yang ke depan!" Jawab Ana sambil bergegas berjalan menuju pintu depan rumahnya.

Saat Ana membuka pintu dan menemui tamu yang menunggu di luar itu, Ana mengenal sosok perempuan tersebut. Sudah cukup lama dia tidak bertemu dengannya sejak hari itu. Perempuan itu datang seorang diri, diantar sopir pribadi yang menunggu di depan jalan.

"Bu Sarah?"

"Ana, boleh Ibu masuk dan bicara, Sayang?" Tanya Bu Sarah.

Ana mempersilakan Bu Sarah untuk masuk ke ruang tamu. Azhar bertanya pada Ana siapa yang datang, lalu lekas menemui Bu Sarah dan duduk di hadapan beliau. Bu Sarah meminta Ana untuk duduk di sampingnya. Melihat itu, Azhar kemudian berinisiatif masuk ke dalam untuk mempersiapkan sajian berupa teh hangat.

"Apa kabar, Na? Gimana sudah mulai isi?"

"Alhamdulilah kami sehat-sehat. Sekarang Ana sedang hamil 4 bulan, Bu. Ibu sendiri sehat?"

"Waah... Syukur alhamdulillaah. Dijaga ya kandungannya! Makan makanan yang sehat. Jangan terlalu capek, apalagi baru 4 bulan. Masih harus hati-hati. Ibu juga sehat-sehat." Seru Bu Sarah sambil menerima secangkir teh yang dibawakan oleh Azhar. Kemudian Azhar pun duduk bergabung bersama mereka.

"Hmm... Maaf, Bu. Kabar Kak Rendra bagaimana? Sehat juga kan?" Tanya Ana.

Helaan napas panjang muncul dari relung-relung mulut bu Sarah. Beliau mulai menenangkan dirinya, memfokuskan pembicaraan yang sebenarnya ingin dia mulai dari tadi. Sedikit demi sedikit dia dapat berbicara dengan tenang dan lancar.

FARMAKOLOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang