Berlayar Tanpa Peta

76 16 18
                                    

Senja beranjak menuju gelap ketika sekelompok mahasiswa yang melakukan perjalanan dengan kereta menyelesaikan salat maghribnya di seat

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Senja beranjak menuju gelap ketika sekelompok mahasiswa yang melakukan perjalanan dengan kereta menyelesaikan salat maghribnya di seat. Mereka Harris, Rendi, Janu, dan Nanda. Berangkat dari Jakarta, mereka berniat menyambangi Yogyakarta untuk memanfaatkan waktu libur yang tersisa sebelum hari-hari di semester baru yang menyibukkan tiba.

Salah satu yang duduk di dekat jendela, Nanda, mengeluarkan sekotak bekal yang berisi empat potong sandwich dan menyodorkannya pada cowok yang duduk di sebelahnya lebih dulu.

"Jan, mau nggak?" tawarnya.

Janu mengambil dua potong sandwich, yang kemudian salah satunya diberikan pada Harris yang duduk di hadapannya. "Nyokap lo yang bikin?"

Nanda mengangguk sambil ganti menyodorkan kotak bekalnya pada Rendi. "Tadinya gue nggak mau, tapi nyokap gue maksa."

"Nyokap gue juga bawain gue makanan," kata Rendi sambil mencomot potongan sandwich-nya dari kotak bekal Nanda, menyisakan potongan terakhir untuk laki-laki itu. "Gue keluarin entar aja kalau amunisi di tas Nanda ludes."

Harris tertawa pelan. "Eh, Tante gue tadi nge-chat. Katanya, kalau mau jalan, kita disuruh bawa mobilnya aja."

"SERIUS?"

"Iya, tapi masalahnya... gue lupa bawa SIM A."

Janu buru-buru mengecek dompetnya, mengeluarkan sebuah kartu dari dalamnya. "Gue bawa."

"Good job," puji Harris. "Nanti kita istirahat dulu di rumah tante gue. Jalannya besoknya aja biar nggak kecapekan."

"Ke mana aja nih kita?" tanya Rendi.

"Bebas. Mobil ada, duit ada, kamera ada."

"Kameranya siapa?"

Nanda langsung menepuk tas kameranya. "Gue lah. Siapa lagi di sini yang demen poto-poto kalau bukan gue?"

Harris, Rendi, dan Janu kompak tepuk tangan.

Gerbong kereta masih ramai. Anak-anak kecil berlarian di celah antara bangku di salah satu sisi dengan sisi lainnya. Tawanya mengudara. Obrolan penumpang lainnya pun turut memecah keheningan. Bau makanan di gerbong menyeruak, termasuk aroma Pop Mie yang menusuk tajam di hidung. Suasana yang familiar, Harris sering menemui fenomena serupa ketika dia dan keluarganya pulang ke Yogyakarta dengan kereta.

Dulu, sebelum papanya lebih suka mengendarai mobil sendiri dengan alasan lebih leluasa.

"Night view Malioboro seru nih kayaknya," celetuk Nanda yang lagi asyik scrolling ponselnya, sibuk berselancar di internet untuk mencari tempat wisata menarik di Yogyakarta.

Rendi yang juga menemukan destinasi menarik lewat internet tidak mau kalah. "Museum Merapi atau Ledok Sambi juga oke nih. Oh, pantai juga wajib didatengin sih," katanya. "Jelajah Jogja, yok!"

Sebuah PerjalananDonde viven las historias. Descúbrelo ahora