Special Chapter - Mas & Adek: Rest Your Bones

641 65 6
                                    

Hari ini bukanlah hari yang bisa dikatakan lancar dan baik. Ketika June mencoba mengambil kesempatan yang diberikan oleh perusahaan tempatnya mengabdi beberapa bulan lalu, ia pikir dirinya tidak akan menemukan masalah yang berarti.

Tentu saja dirinya sangat keliru, karena bagaimanapun kedudukannya lebih tinggi, kendala pekerjaan yang ia temukan pasti akan lebih besar. Apalagi dirinya jelas bukan tipe atasan yang lepas tangan begitu saja, dan membiarkan para karyawannya yang melakukan semuanya. 

Tentu tidak seperti itu.

Sempat membuatnya kemudian tidak ingin meneruskan semuanya dan memilih resign.
Oh ayolah... Jangan berpendapat bahwa June lemah atau bagaimana, karena rasanya itu adalah hal yang lumrah untuk siapa saja. 

June merasa dirinya tidak berkompeten. Merasa bahwa masih ada orang lain yang lebih pantas untuk kedudukannya kini. Merasa menjadi penghambat. Dan seolah lupa ada banyak pertimbangan maka perusahaan memilihnya untuk menduduki jabatan tersebut.

"Adek...?"

Teguran lembut Bobby kemudian seakan membantunya kembali kepada kenyataan. Mereka berdua tengah di dalam sebuah antrian restoran cepat saji. Seperti biasa, kendati jalan raya sore hari akan padat, se-hectic apapun, Mas Bobby-nya akan menyempatkan diri untuk sekedar menjemput pujaan hatinya itu, karena semenjak June terlihat semakin sibuk dengan pekerjaannya, tidak terlalu banyak waktu untuk mereka bersua.

Bobby memilih mengerti, walau rindunya terkadang tidak bisa diajak berkompromi.

June tidak menjawab, ia hanya balas menatap laki-laki tampan yang memiliki tatapan tajam bak elang itu memperhatikan wajah gusarnya sedari tadi.

"Ada sesuatu?"

Tanpa sadar June menganggukkan kepalanya, lalu sedetik kemudian menggeleng. Ia malu rasanya harus terus-terusan menyandarkan tubuh dengan segala bebannya pada Bobby, padahal sudah bertahun-tahun Bobby dijadikannya sebagai penawar segala permasalahannya.

"Hey..." tegur Bobby lagi, sambil mengusap lembut pipi June. Tidak peduli sekeliling mereka yang bisa saja melihat. Malu? Untuk apa? June kekasihnya. Bukan lagi sekedar adik ketemu gede.

"Silahkan mau pesan apa?"

"Mas, pesan dulu makanannya," jawab June karena tanpa sadar mereka sudah menjadi urutan pertama dalam antrian. Membuat Bobby kemudian tanpa pikir panjang menyebutkan pesanan mereka. Favoritnya, juga favorit June yang ia sudah sangat hapal diluar kepala.

"Mas... Aku mau eskrim..." pinta June dengan sedikit berbisik, Bobby menarik kedua sudut bibirnya. Manjanya itu, menjadi salah satu alasan Bobby betah sekali untuk tetap berada di samping June, ia merasa dibutuhkan.

"Ada lagi?" tanyanya masih dengan intonasi lembut, sambil mengusap punggung June. Ah, mau seperti apapun suaranya memang selalu lembut untuk June.

June menggelengkan kepalanya pelan, dan tersenyum tipis sesudahnya.

Kalau boleh jujur, ia sudah sangat ingin sampai di rumah, merebahkan tubuhnya lurus-lurus, tidur, melupakan sejenak permasalahan kantornya tadi.

Sambil memeluk tubuh Bobby...

Tapi ternyata laparnya lebih tidak bisa ditahan sehingga Bobby akhirnya membawanya kesini.

Bobby melahap hidangan mereka tanpa melepaskan pandangannya dari gelagat June yang menurutnya aneh. Sumpah mati, ia penasaran, namun ia juga tidak ingin memaksa June untuk bercerita. Bobby tidak ingin menjadi kekasih yang menyebalkan.

Walau bertahun-tahun ia mengaminkan dirinya bahkan bisa lebih dari sekedar menyebalkan.

"Nanti malam, mas nginep, kan?"

Lucky Man - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now