Skit 4 - Let iT Go

874 70 13
                                    

Masih hujan. Udara masih dingin. Di antara mereka berdua pun masih ada jarak yang membeku, yang sebenarnya akan mencair kalau salah satu saja mau mengalah untuk memberikan kehangatan. Entah mungkin hanya lewat sebuah senyuman, atau dengan satu kata saja.

Namun alih-alih seperti yang diucapkan oleh bibirnya tadi, kini June malah diam. Ia betah membisu. Menampilkan raut bingung, namun juga menahan banyak sekali perasaan.

Pun, begitu juga dengan Bobby. Lebih tepatnya, ia belum sempat menyusun kalimat apa yang baik, yang tidak menimbulkan semakin banyak kesalah pahaman lagi. Dan yang lebih penting, agar perasaannya bisa tersampaikan sempurna.

Bahwa kini, ia menginginkan June utuh, tidak ada yang disembunyikan, dan tidak lagi berusaha menyembunyikan semuanya seperti kemarin-kemarin.

Ia ingin dengan gamblang mengatakan bahwa ia—

"Mas mau mandi dulu?"

Akhirnya ada suara lain selain suara hujan di antara mereka.

Mandi?

"Aku buatin air hangatnya juga, kalau mau?"

Tidak, ini sebenarnya hanyalah hal biasa. June bahkan sering sekali menyiapkannya air hangat, untuknya mandi kalau sekiranya dibutuhkan. Seperti saat ini, kehujanan rasanya menjadi alasan yang cukup untuk June menawarkan hal itu, bukan?

Hanya otak Bobby yang bermasalah.

"Boleh," Bobby hanya bisa menjawab sepatah kata itu saja, karena— ya Tuhan, haruskah ia berterus terang sekarang bahwa jantungnya bahkan hampir saja loncat keluar hanya karena sesedikit gestur yang June lakukan dihadapannya?

Bobby terlalu percaya diri kali ini, maka sedetik kemudian ia malah mendekatkan tubuhnya, mengusik June yang sedang memenuhi wadah air untuknya memasak air, memeluk tubuh tinggi itu.

Hanya memeluk awalnya, namun yang kemudian terjadi adalah, Bobby menempelkan ujung hidungnya di perpotongan leher June, yang berkali-kali ia bilang wangi.

Aroma tubuh June terasa sangat adiktif untuk tubuhnya, bahkan hal itu sudah ia rasakan reaksi-nya setelah menyempurnakan masa pubertasnya disekeliling laki-laki manisnya saat dirinya beranjak dewasa.

"Mas—"

"Sebentar, sayang," jawab Bobby dengan suaranya yang mulai berat, dan tidak karuan, "begini aja, dulu. Kangen."

Kangen?

June juga merasakan hal yang sama, namun bukan itu saja.

Kejadian dirinya menyentuh Bobby saat malam itu mulai berkelebat lagi. Membuat kemudian sekujur tubuhnya meremang, dan ikut menegang di beberapa bagian.

June kemudian berbalik, tidak berniat menahan dirinya lagi.

Seperti melemparkan tubuhnya begitu saja pada batas jurang, ia lalu berkata, "Mas boleh cium aku lagi, kalau mas mau."

Ia yakin sekali kalau wajahnya sudah sangat memerah, bahkan ia bisa merasakan panasnya sudah menjalar hingga telinga, namun ia tidak berniat untuk melewatkan kesempatannya kali ini.

"Cium kamu lagi?"

June menganggukkan kepalanya. Matanya balas menatap sayu mata laki-laki yang terlihat sedang kebingungan itu.

"Lagi."

"Kamu tau kalau aku pernah cium kamu waktu tidur???"

Hah?

"Hah??"

Keduanya terdiam. Raut wajah masing-masing meminta penjelasan.

"Cium aku waktu tidur?? Kapan???"

Lucky Man - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now