Skit 3 - HeartBROKEN PlaYBoY

604 74 20
                                    

Bobby sedang mengikuti mau Ibu-nya pada hari minggu yang tidak terlalu terik ini. Cuaca semakin terlihat mengerikan. Banjir mulai dimana-mana, lalu ia diikut-sertakan ke dalam kesibukan keluarga besar mereka mempersiapkan pernikahan Jared dan Rayya.

Tidak masalah ia pikir, sekalian mengalihkan pikirannya sejenak dari June yang masih senantiasa memenuhi isi kepalanya.

Menyedihkan.

Ia mengemudikan Mitsubishi Triton-nya yang berwarna hitam itu. Bagasi belakangnya yang terbuka diisi dengan berbagai macam alat yang dibutuhkan di aula pernikahan. Seluruh anggota keluarga disibukkan bermacam-macam persiapan, lalu ia kebagian tugas menjadi layaknya seorang kurir. Ambil ini dari sini, atau ambil itu dari sana.

Membuatnya lagi-lagi berpikir, mempersiapkan pernikahan ternyata seseru ini.

Lalu— ah, tidak perlu rasanya ditulis lagi disini bahwa yang kembali terbayang wajah siapa.

"Adek enggak datang, ya?"

Atensinya terbagi, Ibu kemudian duduk menyilangkan kaki, mengikuti gestur anak semata wayangnya. Sudah lama sekali rasanya ia tidak duduk berdampingan seperti ini, tentu saja tidak termasuk saat mereka di dalam mobil ketika perjalanan kemari.

"Sibuk, bu," jawab Bobby sekenanya.

"Katanya karena kamu enggak ngajakin."

Tubuh Bobby tersentak, memandang wanita yang ia kasihi itu meminta penjelasan.

"Ibu tau dari mana?"

"Anaknya sendiri yang bilang, katanya, mas Bobby enggak ngajak, bu, malu kalau tiba-tiba udah disana. Nanti malah ngerepotin."

June bilang begitu?

"Ibu bohong, ya?"

"Ngapain ibu bohong??"

Kepalanya menggeleng. Tidak mudah memang serta merta memaksakan segalanya kembali seperti semula. Karena ini sebenarnya tergantung dirinya. June bahkan tidak mengetahui apapun tentang perasaannya.

Yang June ketahui hanyalah Bobby yang berubah dan mulai tidak peduli kepadanya. Padahal tidak seperti itu.

"Percintaan anak muda," kata Ibu-nya lagi.

"Siapa, bu?"

"Ya kamu, sama Adek."

Bobby memberikan sang Ibu sebuah senyuman yang jarang sekali ia perlihatkan ketika mereka sedang berkomunikasi, "Ketahuan banget, ya, bu?"

Wanita paruh baya itu lalu mengusak rambut anak laki-lakinya yang ia sendiri tidak paham warnanya apa, "Ibu pikir cuma June yang bisa bikin kita mengetahui kabar satu sama lain, semenjak dalam beberapa tahun ini kita bertemu muka hanya beberapa kali."

"The power of Adek," jawab Bobby bergurau.

Tak pelak membuat Ibu kemudian tertawa renyah, "the power of love, mas," jawab beliau tak terduga, Bobby lalu tertegun meresapi kalimat wanita paruh baya itu barusan.

"Kamu pikir apa yang membuat June mau bertahan disampingmu bertahun-tahun?"

Bobby menggelengkan kepalanya. Jangan tanyakan mengapa, karena memang ia memilih tidak lagi mengambil kesimpulannya sendiri.

Rasanya mengerikan kalau lagi-lagi ia salah tanggap kali ini.

"Ya, cinta. Ya, sayang. Apalagi?" Ibu lalu menjawab pertanyaannya sendiri setelah melihat Bobby memilih untuk diam saja.

"Enggak mungkin, bu," elaknya.

"Lalu kamu?"

Bobby menatap ke arah mata Ibu-nya kali ini, seolah bersiap-siap mendengar pertanyaan selanjutnya. Pertanyaan sederhana yang maknanya tidak sederhana sama sekali.

Lucky Man - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now