hey! apa kabar? semoga baik-baik aja ya. Jujur ini cerita uda lumayan lama ada di draft dan aku memutuskan untuk up. Jaga-jaga kalau hilang, nanti akunya nangis wkwkw. Dan lagi aku buat cerita ini karena gabut aja. ini cerita pertama aku, so.. here we go.
fyi, di part awal ini lebih bagus kalau sambil denger music love me like that by Sam Kim. Biasanya "Pada suatu hari" diawali dengan adegan manis, bukan?
Yang aku bayangin dari karakter Nevan Gàrret itu kayak gini.
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Setelah menghabiskan waktu sebanyak 2 jam untuk merapihkan koper dan untuk membersihkan diri. Kanaya memutuskan untuk keluar mencari makan. Alih-alih mencari makan tapi kenyataannya saat ini Kanaya sedang duduk di sebuah cafe ternama. Gaya cafe ini hampir mirip seperti bar. Di pojok kanan ada bar kecil dan ada beberapa tempat duduk yang menghubungkan langsung kepada bartender yang sedang meracik minuman. Lalu juga terdapat tempat duduk dan meja seperti di cafe pada umum-nya. Karena memang cafe ini sedang ramai, Kanaya hanya menemukan 1 set, 2 bangku dan 1 meja sedang. Mau tidak mau ia hanya bisa menempati bangku itu, yang langsung dapat melihat sekumpulan orang bernyanyi di depan sana.
Pesanan Kanaya sudah datang sekitar 10 menit yang lalu, Kanaya menikmati-nya dengan sebuah note yang ukurannya jauh lebih besar dari pada note yang ada di pesawat saat itu. Jari-jarinya bergerak untuk mengambar. Sebuah gambar berbentuk seorang wanita. Entahlah Kanaya hanya mengikuti hatinya saat menggambar. Jadi tidak ada tujuan khusus. Sebut saja Kanaya sedang gabut.
Terlihat ada gerakan dibangku samping. Tentu Kanaya tahu dari ekor matanya. Karena penasaran ia menoleh menatap seseorang yang dengan lancang duduk disebelahnya. Pemuda itu merasa jika dilihat pun dengan reflek menoleh. Sebelum Kanaya membuka suara, ia langsung tersenyum dan sedikit membungkukan badan, "Maaf, tidak ada bangku lain disini– boleh kah aku duduk disebelah mu? hanya sampai salah satu bangku disini kosong dan aku akan pindah." Kesunyian tercipta diantara keduannya. Cukup lama. Dari awal pemuda itu berbicara ia tidak memutuskan kontak mata kelam-nya dengan sepasang mata didepannya ini. Seperti ada benang yang tidak terlihat diantara mereka.
Kanaya sadar terlebih dahulu, ia memutuskan kontak terlebih dahulu. Jujur ia sekarang sedang gugup. Walau pemuda disampingnya ini memakai topi model baseball dan masker hitam yang menghiasi wajahnya, sehingga hanya mata yang terlihat itu sudah membuat ia gugup. Bagaimana jika topi itu tidak ada? selembut apa rambutnya itu. Bagaimana jika masker itu juga tidak ada? mungkin terdapat ukiran bibir yang sangat indah. Dan selembut apa itu? Kanaya mengerjap matanya pelan, "Sialan. Ada apa dengan hari ini" gumamnya tanpa ada yang bisa mendengar. Bentar, Aku-kamu? terlihat sekali bahwa pemuda ini sangat menjaga kesopanannya. Tidak menggunakan gue-lo yang terlalu informal jika baru pertama kali bertemu dengan seseorang. Definisi good boy. Memikirkan itu membuat Kanaya sedikit membahasi bibirnya yang entah sejak kapan terasa kering dengan posisi yang masih sama. Perlahan semburat merah menjalar dikedua pipinya. Menggulum pelan bibir bawahnya dengan atensi yang sudah berubah sedari tadi menatap sekumpulan orang yang sedang menyanyi di atas panggung cafe ini.