1# Saat Damai Berada

86 29 32
                                    

Photo Source : depositphotos.com

Hewan - hewan sedang diurus oleh ayahnya yang adalah seorang peternak, yah itu adalah pekerjaan umum penduduk disini yang notabenenya adalah kelas menengah kebawah. Tapi tidak hanya itu, ayahnya menjualnya kepada pabrik dan perusahaan yang biasa mengolah daging menjadi sebuah produk. Dia senang jika ayah membelikannya daging yang diisi dalam kotak. Rasanya enak karena dengan sekian bahan tambahan tapi rasanya juga familiar karena dagingnya dari peternakan sendiri. Ayah sangat baik kepadanya, hampir setiap saat dia dapat yang dia nginkan. Kadang dia merasa ayahnya terlalu baik kepadanya yang bersikap seperti anak umumnya.

"Kalya, tolong Ibu untuk membawa biji - bijian dan sayuran ini ke pasar. Kalau ini laku akan Ibu berikan beberapa hasilnya untukmu".

Baru saja dia selesai memasak untuk persiapan makan malam dan Ibunya memanggil dia. Oh ya, makan malam dimasak biasanya sekarang sekitaran siang menjelang sore dan disimpan dulu di sebuah lemari di ruang makan dan disitu ditaruh diatas sebuah tungku batu bara menyala agar tetap hangat sampai malam tiba. Dia melamun melihat Ibunya, entah apa yang dia pikirkan. Ibunya memanggil sekali lagi

"Jangan hanya melamun, cepat keluar dan bawa ini"

Euh? Kalya sadar dari lamunan dan menggelengkan kepala lalu menuju Ibunya dan segera mengangkat tas yang terbuat dari ranting itu bersama Ibunya ke pasar. Sambil berjalan keluar dari halaman Kalya melihat ayahnya yang sedang menggembalakan hewan - hewannya dari dekat pagar pembatas hingga pintu kandang sambil kejar - kejaran. Dia suka bermain dengan hewan - hewan itu, itu sangat membuatnya senang. Hanya mereka bertiga di rumah tapi akan segera menjadi empat karena Ibunya sedang mengandung. Kalya juga sayang Ibunya, dia sedikit lebih tegas dari ayahnya tapi itu tidak masalah karena mereka berdua sama - sama sayang kepadanya.

"Ibu, bagaimana rasanya perut Ibu?" tanya Kalya dengan penasaran untuk pertama kali soal kandungannya

"Ah... Kal, kadang agak mual dan nyeri karena dia menendang - nendang dari dalam" jawabnya dengan ekspresi senang sambil membelai perutnya

"Belum lahir sudah nakal, awas saja kalau sudah lahir nanti dan dia menyakiti Ibu..." balasnya menyeringai memandangi Ibunya

Kalya dan Ibunya sudah setengah jalan menuju ke pasar. Semakin dekat ke pasar semakin ramai terlihat pemandangan dan orang - orang. Dia menunjuk ke arah toko mebel dan bangunan lainnya sembari Ibu bercerita apa saja tentang yang kutunjuk. Dia selalu berekspresi senang saat melihat kerumunan dan keramaian. Tibalah kami di pasar dan ada seorang pria dewasa namanya Aleg. Aleg ini adalah kenalan Ibu dan Ayahnya yang bekerja di pasar sebagai preman setempat, dia memajaki siapa saja yang dianggap sasaran tapi dia tidak akan pernah melakukannya kepada mereka karena dulu dia hanya pengemis lemah dan sering diberikan Ayah atau Ibunya Kalya makanan atau pakaian bekas dari rumah. Dia sendiri kenal Aleg dari kecil dan sering memberikannya sepotong atau beberapa buah dan umbian. Bertahun - tahun dan dia hanya bisa jadi preman, terserahlah... Asal perbuatannya tidak melibatkan keluarga itu atau sampai diberi peringatan oleh pemerintah. Aleg menghentikan langkah mereka,

"Hey Kalya dan Bu... Ah aku lupa lagi padahal sering ketemu" sapanya dengan menyeringai sedikit bingung

"Rosee", jawab Ibu Rosee

"Ya itu maksudnya. Berjualan lagi yah?"

"Yah sebenarnya bisa kuserahkan kepada Des yang ada dekat kios ku itu tapi mumpung hari ini sedang tidak sibuk di rumah dan suamiku menawarkan diri untuk mengerjakan sebagian pekerjaan rumah jadi aku berjualan dulu"

"Ay, oke"

"Ay?"

"Artinya ya, itu saja bingung"

Servant To The Master (Pindah Akun)Where stories live. Discover now