Hana dengan tiba tiba memeluk Vano membuat Pria yang ia peluk sedikit heran dengan sifatnya.

"Dapat" gumam Hana, saat menemukan apa yang ia cari.

Dengan cepat Gadis itu mengambil pistol yang ada di balik jaket Vano. Sekarang Vano mengerti mengapa Hana memeluknya dengan tiba tiba. Ternyata hanya ingin mengambil pistolnya. Kenapa tidak langsung minta saja?

"Sampai jumpa di neraka, Carlos"

Dorr!!!

Dorr!!!

Dua peluru berhasil menembus kepala Carlos di detik yang sama nyawa Carlos melayang. Hana membalikkan badannya menatap Vano yang menaikkan alisnya.

"Ini pertama kalinya aku membunuh seseorang. Tapi, aku puas. Rasanya aku sudah tenang" kata Hana, Vano memilih diam.

"Aku ingin memeluk mu, Al"

Tanpa menunggu jawaban dari Vano. Hana sudah nyosor duluan. Vano diam, sedikit terkejut dengan sikap Hana yang seperti. Namun tak lama Vano membalas mendekap Hana erat. Para anak buah Vano pun keluar, Vano mengkode mereka untuk pergi saat Hana menembak Carlos.

"Terima kasih, terima kasih telah mengerti keadaan ku seperti ini"

Vano dapat merasakan jika Hana mulai menangis.

"Terima kasih, sudah mencari ku selama itu"

Vano mengusap punggung Hana, entah kenapa dengan wanita ini.

"Terima kasih, karena telah menerima segela kekurangan Ku"

"Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan, tap--"

"Terima kasih banyak, Al. Aku tidak tahu harus berapa banyak terima kasih yang ku ucapkan. Aku mencintai mu"

Akhir kata yang mengejutkan bagi Vano. Kata cinta yang pertama kali Hana ucapkan. Hana terisak di dalam pelukannya. Wanita aneh ini memang cengeng.

"Ti amo" balas Vano dengan senyum kecil.

Bukannya barhenti menangis. Malah tangisan Hana semakin menjadi jadi. Vano tertawa kecil. Ia menggendong tubuh Hana. Hana menerima saja, karna jujur ia tidak mampu berdiri lagi setelah mendengar balasan cinta Vano. Ahh, malu...

"Kita pulang" bisik Vano. Hana mengangguk saja.

Semua orang yang Vano lewati menunduk hormat, namun tak langsung kembali tegak seperti biasa. Kali ini ada peraturan lain. Saat Vano bersama Hana, tidak ada seorang pun dari anak buahnya melihat wajah cantik Hana. Vano tidak anak rela berbagi. Itu sebapnya anak buahnya baru berdiri tegak saat Vano telah memasuki mobil.

Destiny Hana

"Daddy!! Vino ada pertanyaan!!".

Teriak Vino saat keluar dari lift, Hana dan Vano yang ada di sofa ruang tamu menghela nafas. Tidak, hanya Vano. Karna Hana sangat senang putranya itu datang.

"Pertanyaan apa?" tanya Vano setelah Vino duduk di antaranya dan Hana.

"Begini, Dad. Satu menit berapa detik?" tanya Vino memulai.

"Enam puluh, Vino"

"Kalau satu Jam? Berapa menit"

"Sama Sayang. Enam puluh menit" kali ini Hana yang menjawab pertanyaan Vino.

"Kau sudah tahu tentang itu, boy. Lalu kenapa tanya lagi?" tanya Vano heran. Tak salah, memang benar Vino mengetahui hal itu.

"Bukan itu inti dari pertanyaan ku, Dad"

"Baiklah, jadi apa?"

"Kenapa, harus Enam puluh menit, kenapa harus Enam puluh detik? Kenapa, Dad. Daddy bisa jawab?"

"Hmm,,,, Enam puluh adalah angka yang di pilih oleh bangsa Babilonia. Hm, alasannya, Karna mudah di bagi. Enam puluh bisa di bagi dua, tiga, empat, lima, enam. Sangat simpel. Tidak serumit yang orang orang bayangkan" Vano menjawab dengan cepat. Sama sekali terlihat tak tampak berpikir.

"Lalu kenapa kenapa Satu hari Duapuluh empat jam? Kenapa tidak Enam puluh juga?"

"Dua belas basis perhitungan bangsa Babilonia. Dua belas juga angka yang sangat mudah di bagi. Hingga Dua belas mewakili matahari terbit dan terbenam dan jika di kali dua akan menghasilkan angka Dua puluh empat"

Vino terlihat membulatkan mulutnya dengan kepala yang ia anggukkan mengerti.

Sementara Hana menggeleng geleng melihat kedua orang di depannya ini. Topik yang sering di tanyakan Vino itu rata rata bisa di bilang berat. Tidak cocok untuk anak seusinya. Oleh sebap itu ia selalu bertanya pada Vano apa yang membuatnya penasaran. Dan menurut Hana itu sangat bagus.

"Mom. Mommy bisa berapa bahasa?" tanya Vino pada Hana yang mengusap rambutnya.

"Hm, delapan" jawab Hana.

"wow, sangat banyak. Apa apa saja, Mom?"

"Awalnya hanya enam bahasa yang Mommy fasih. Yaitu, Bahasa inggris, Italia, Belanda, Spanyol,  Arab, dan Indonesia. Namun tiga tahun ini Mommy belajar bahasa, Korea dan China. Untuk Kerea, Mommy butuh Enam bulan. Tapi untuk China, Dua tahun lebih Mommy belajar. Itupun belum fasih. Bahasa China lumayan sulit"

Vano mengangguk angguk. Sementara Vino berdecak kagum pada sang Mommy.

"Mommy keren!" kata anak itu mengacungkan kedua jempolnya. "Kalau Daddy berapa?" kini beralih ke Vano.

Tidak ada jawaban dari Vano membuat Vino dan Hana menggeram kesal.

"Berapa, Dad?" kata Vino gemas pada sang Daddy yang memakan snack yang biasa Hana makan.

"Al, berapa??" Hana ikut membujuk Vano. Namun masih seperti tadi, biam.

"Berapa, Dad--"

"Daddy tidak tahu Vino" akhirnya Vano menjawab, bukannya puas, Vino dan Hana seketika memukul Vano karena kesal.

"Sudah? Daddy benar banar tidak tahu berapa bahasa yang Daddy kuasai" kata Vano setelah Vino dan Hana memukulnya.

"Astaga, memangnya sebanyak apa hingga kau sendiri lupa?" Hana benar benar tak mengerti dengan jawaban Vano.

"Aku tidak tahu, Hana"

"Coba sebutkan apa apa yang Daddy tahu"

"Indonesia, Inggris, Belanda, Korea, Jepang, China, Italia, Spanyol, Thailand, Arab, sudah. Daddy sudah tidak tahu lagi" Vano hendak berdiri namun Hana dan Vano menariknya kembali duduk.

Dengan menghela nafas pelan. Mencoba mengasah kesabarannya untuk Hana dan Vino.

"IQ Daddy berapa, huh?"

Vano menggigit bibirnya ingin sekali rasanya memakan anaknya satu ini. "Tidak perlu tahu" lalu Vano berlalu pergi dan mengurungkan diri di ruang kerjanya.

"Daddy!! Mana bisa begini!! Dad!!"

♡♡♡

Hihihi.... Update donggg

Mulai sekarang Monday akan Update setiap hari senin. (Sama kayak nama ku, Monday. Hihihi....)

SEPERTI BIASA. VOTE AND KOMEN!!

Destiny Hana [✔]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ