021.A4.08

13 5 3
                                    


Selepas menulis yang tadi, aku jadi terus ingin menulis perasaanku. Walau memang aku tahu tidak ada yang peduli sama sekali. Hanya diriku yang bisa tahu dengan aku, jadi aku tidak berharap lebih dari ini. Sudah cukup kenyataan menghancurkan mimpiku. Bukan, nyatanya aku yang bodoh dan naif dibandingkan kenyataan.

Terpikirkan kembali dengan motivasi ingin mati. Aku mulai berpikir caranya mati dengan instan tanpa berlama-lama. Bagaimana dengan merokok? Tapi ini masa pandemi, dan dirumah aku tidak sendirian. Bau rokok juga sulit ditaklukan.

Bagaimana jika aku beralasan untuk jogging dan melangkahkan diriku ke jalan raya untuk mati dengan cepat? Aku berharap dapat mati dengan cara yang tidak terlalu menyakitkan. Membayangkannya saja membuatku merinding sendiri. 

Hanya satu opsi yang kupilih. Lewat makanan, dengan begitu tubuhku akan rusak perlahan-lahan. Mungkin berakhir dirumah sakit? Aku tidak peduli. Mencekik leher dan memukuli kepala itu sudah membuat kesedihanku sedikit lepas. Walau belum semua.

Jika aku berdoa memohon mati, akankah dikabulkan oleh yang Maha Kuasa?

my note.Where stories live. Discover now