12

359 29 1
                                    

Albert mondar-mandir dengan gelisah, menunggu sampai pintu di depannya terbuka. Dan tak lama kemudian muncul seorang pemuda seusianya, keluar dari kamar hotel itu. Hampir saja Albert menyerbu pemuda tersebut karena emosi yang meluap, namun untung saja sang manager cepat bertindak, mencegah huru-hara itu terjadi.

"Saya mohon, tenanglah!" pinta sang manager sedikit geram. Ia lalu beralih pada pemuda yang baru keluar dari kamar hotelnya. "Maaf, saya manager hotel ini."

"Baik. Ada yang bisa saya bantu?" ujar pemuda itu sedikit bingung.

"Hmm, begini. Kami lihat Anda datang kesini bersama seorang perempuan. Kami hanya ingin memastikan apakah perempuan yang Anda ajak adalah teman pria ini atau bukan?"

Pemuda itu menoleh pada Albert dengan tatapan tak suka.

"Boleh kami melihatnya?"

"Baik. Silahkan."

Dengan terpaksa pemuda itu mengijinkan. Albert langsung menyerbu ke dalam kamar dan betapa terkejutnya dia saat mendapati Queen duduk sambil meracau di sofa.

"Queen!" Yang dipanggil pun menoleh dan terkikik geli.

"Ahhhh, akhirnya kau menemukanku," racau Queen dan bangkit dari duduknya mendekati Albert.

"Kau mabuk, Queen!"

"Nggak! Siapa bilang? Aku cuma minum sedikit....hikkk!" Queen tertawa kecil.

Albert hanya menggeleng-geleng gemas. Apa Queen pikir ia sedang bercanda? Ayolah! Albert bahkan hampir mati cemas karena memikirkannya.

"Jadi, benar dia temanmu?" tanya si manager pada Albert.

"Iya. Benar, Tuan."

"Kalau begitu saya akan meninggalkan kalian disini. Tolong jangan buat keributan atau saya akan panggil keamanan."

Manager itu pun pergi meninggalkan Albert, Queen, dan si pemuda. Albert mendudukkan kembali Queen pada kursi karena ada hal yang harus ia urus lebih dulu. Ia berjalan mendekati pemuda tadi.

"Katakan, bagaimana Queen bisa bersamamu? Kau yang membawanya kesini bukan?" Albert mencengkeram langsung kerah leher pemuda itu. "Katakan padaku, apakah kau akan berbuat kurang ajar padanya? Ayo, jawaaaabbb!!!" Amarah Albert kembali naik. Matanya memerah. Ia tidak akan terima jika pemuda itu memang punya maksud seperti yang ia kira.

"K-kau salah paham. Aku membawa dia kemari karena melihat dia sedang mabuk. Aku pikir dia tidak akan bisa pulang dalam keadaan tidak sadar, karenanya aku membawa dia kemari." Pemuda itu mencoba menjelaskan. Namun bukannya mengerti, namun Albert semakin naik darah karena ia merasa dipermainkan.

"Apa kau pikir aku akan percaya kata-katamu begitu saja?" geramnya. "Seharusnya kau tanya, apa dia datang ke pesta itu dengan seseorang? Aku tahu pria seperti apa dirimu, brengsek! Kau mau mengambil keuntungan di atas ketidak-berdayaan seorang perempuan."

Albert hampir mengayunkan tangannya namun semua terurung ketika suara dering ponselnya terdengar. Masih dengan mencekal pemuda tadi, Albert melihat siapa orang yang menelpon.

Rupanya sebuah panggilan video dari nomor tak dikenal. Lagi-lagi. Kenapa Albert merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi?

Tanpa pikir panjang, Albert menjawab telpon tersebut. Matanya membulat sempurna saat melihat gambar video pada ponselnya. Seorang wanita diikat dengan mata dan mulut tertutup sambil meronta-ronta. Di sekelilingnya ada beberapa pria bertubuh kekar, dengan seluruh badan hampir tertutup oleh tato, berdiri angkuh dengan gelak tawa mereka.

Tante Tiffany?

Hati Albert mencelos. Ia merasa ngeri dan takut dalam satu waktu. Apa yang orang-orang itu lakukan pada mama temannya? Ia sudah tidak konsentrasi dengan pemuda tadi sehingga tidak sadar melepaskan cengkeramannya karena pilih fokus pada panggilan videonya.

My QUEENWhere stories live. Discover now