2

587 36 0
                                    

Queen heboh sendiri. Sejak tadi ia sangat gelisah, mondar-mandir tidak jelas. Albert yang sedang menonton tv sambil menikmati pop corn di tangannya sesekali melirik bingung pada gadis itu.

"Kau tidak capek bolak-balik kesana-kemari terus?" tegur Albert merasa lelah sendiri.

Namun hanya decakan kesal yang terdengar dari gadis itu.

"Cckkkkk, kemana sih mereka? Ditelpon nggak aktif? Apa hand phone sudah tidak penting lagi?" Queen menggerutu sendiri.

"Mungkin mereka lagi keluar." Albert menimpali. Ia tahu siapa yang Queen bicarakan. Gadis itu memang sedang berusaha menghubungi papa dan mamanya terkait kabar yang disampaikan Albert.

"Terus, memang kalau keluar nggak bisa bawa ponsel? Gimana kalau ada telpon penting? Dari kantor? Dari Paman Samuel, atau Tante Keyra, mungkin?"

Albert hanya tersenyum geli. Mulutnya tetap tak berhenti mengunyah jagung oven tersebut. Rasa gurih dari bumbu ayam panggang sangat menggelitik lidahnya.

"Palingan cuma kamu yang telpon, makanya mereka nggak mau bawa ponsel." Albert memanas-manasi. Dan memang terpancing. Queen mendengus semakin kesal.

"Lalu kalau aku yang telpon, mereka tidak mau angkat gitu? Takut aku ganggu? Memang aku siapa mereka sampai mereka tak ingin aku mengganggunya!"

Queen melempar bantalan sofa ke arah Albert. Sepertinya pemuda itu cocok jadi pelampiasan kekesalannya saat ini. 

"Kok jadi marah ke aku sih?"

"Habisnya kamu juga nyebelin! Udah tau orang lagi kesal, malah ditambahi!" Dua kali Albert kena lemparan empuk dari Queen. Untunglah pemuda itu cepat menghindar.

Dan pada saat itulah wajah Queen terlihat ceria. Sepertinya salah satu nomor yang ditujunya telah tersambung.

"Ma,"

"Hai, Sayang. Kau menghubungi Mama dari tadi ya? Maaf, Mama pergi keluar dengan Papa barusan. Dan lupa nggak bawa ponsel."

Ternyata memang benar dugaan Albert. Queen sempat melirik pada pemuda itu dan dibalas serupa olehnya. Namun Queen segera mengalihkan pandangannya.

"Pergi kemana?" tanya Queen belum ingin pada tujuannya.

"Ke dokter."

"Mama dan Papa sakit?" serbu Queen tak sabar.

"Enggak. Kami nggak sakit. Sehat malah."

"Terus?"

"Ehmm itu--," obrolan tersebut terjeda sejenak. Mama Queen seakan ragu mengatakan yang sebenarnya. "--Mama pergi ke dokter kandungan."

"Jadi benar berita itu? Mama hamil?"

"Ah, Sayang. Darimana kamu tau kalau Mama hamil?"

"Albert yang bicara." Yang di sebut seketika menepuk keningnya sendiri. Sembari menyeru dalam hati.

Astaga, kenapa kau tidak bisa menjaga rahasia temanmu ini, Queenza???

"Katanya denger dari Tante Megi." Queen makin sengaja membuka kebenaran. Melihat wajah Albert yang merah karena malu juga kesal, membuatnya ingin balas menjahili.

"Hmm, rupanya kabar menyebar dengan cepat." Terdengar desahan dari seberang telpon. "Maafkan Mama, Queen. Mungkin kabar ini tidak membuatmu gembira."

"Siapa bilang? Aku senang kok. Aku sudah lama ingin punya saudara."

"Tapi bukankah ada Jay? Dia saudaramu juga, Queen."

My QUEENWhere stories live. Discover now