9

293 21 0
                                    

Sampai tengah malam, Queen masih belum bisa tidur. Matanya sulit terpejam karena masih teringat kejadian tadi. Sekali lagi hatinya bertanya-tanya. Kenapa Albert sampai menciumnya? Itu bukan ciuman kasih sayang antar sahabat, tapi lebih mengarah pada emosi yang ditunjukkan pada lawan jenis terhadap perasaan lebih yang ia punya. Apakah Albert punya perasaan khusus padanya? Tidak! Albert tidak tampak seperti itu. Mungkin ciuman tadi hanya nafsu sesaat yang sempat hinggap dan hilang dalam sekejap.

Queen berusaha menepis praduga dalam benak dan pikirannya. Tapi tetap saja ia tak mampu menghilangkan bayangan itu. Dan wajahnya akan kembali memanas jika terus mengingatnya. Queen menggeram sendiri. Ia memaki dirinya yang juga tak mampu menahan gejolak sehingga harus ikut terseret ke dalam buaian memabukkan yang diberikan sahabatnya itu.

"Aku harus melupakannya! Harus melupakannya!" Queen menepuk keningnya beberapa kali, kesal karena tetap tak mampu melenyapkan bayangan tersebut.

Di tempat lain, Albert juga mengalami hal yang sama. Ia dicekam rasa bersalah dan takut. Bagaimana ia akan menghadapi Queen esok hari? Dan pada akhirnya mereka baru bisa memejamkan mata menjelang dini hari.

♡♡

Megi menghubungi Albert terkait hukuman yang ia terima. Sedikit menyesalkan kelalaian sang putra karena terbawa emosi sehingga harus menerima akibat yang fatal dari tindakannya. Tapi apa boleh buat, Megi juga tak bisa menekan Albert, terlebih memojokkannya. Setidaknya mendengar putranya dalam keadaan baik-baik saja sudah membuat ia gembira.

Sampai siang hari Albert menunggu Queen datang ke unitnya. Hal rutin yang biasa dilakukan gadis itu tiap hari. Tapi nyatanya Queen tak menunjukkan batang hidungnya bahkan hingga tengah hari. Albert yakin kalau gadis itu masih tidak ada jadwal kuliah pagi sampai siang ini. Tapi kenapa hingga matahari sudah mencapai ubun-ubun kepala, ia masih belum juga muncul? Apakah Queen sakit?

Albert berniat mendatangi Queen di tempatnya. Ia hafal di luar kepala akan sandi kamarnya, sehingga tak sulit untuknya masuk ke dalam. Hanya saja sayang sekali orang yang dimaksud tidak ada di tempat. Albert lalu mencoba menelpon Queen. Hampir beberapa saat lamanya ia menunggu sampai Queen mengangkat panggilan darinya.

"Kau dimana? Aku ke tempatmu tapi kau tidak ada."

"....."

"Kapan kau pulang?"

"....."

"Baiklah, hati-hati dan jaga diri baik-baik. Kalau ada apa-apa cepat hubungi aku."

Dan panggilan itu pun berakhir. Albert merasa aneh saja dengan sikap Queen yang tak biasanya pergi tanpa berpamitan. Apakah itu karena kejadian semalam? Queen sengaja menghindarinya?

Benar saja dugaan Albert. Queen memang menjaga jarak dengan mencoba menghindar. Selalu saja ada alasan untuknya mengelak jika ditanya. Semua berlangsung sampai dua hari berikutnya. Albert tak sekalipun melihat keberadaan sahabatnya. Hingga ia merasa kesal sendiri dan pada akhirnya harus mencari cara untuk bisa bertemu gadis itu.

Albert terpaksa harus menunggu seharian di tempat Queen hingga malam tiba. Sementara itu, Queen harus sembunyi-sembunyi untuk kembali ke apartemennya. Ia harus menunggu malam larut baru berani pulang. Dan pergi lagi pagi-pagi buta. Jika tidak, Queen takut bertemu Albert nantinya. Sungguh ia masih belum sanggup menampakkan diri di depan Albert. Ia masih merasa malu dengan kejadian malam itu sampai tak berani untuk tatap muka.

Queen bernapas lega saat kakinya melangkah masuk ke dalam unitnya. Rasanya seperti bermain kucing-kucingan dengan Albert saat ini. Dan itu membuatnya tidak nyaman.

Bersamaan dengan menyalanya lampu, ia mendengar suara yang pasti membuatnya sangat terkejut.

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu." Tubuh Queen kaku di tempat. Tak menyangka kalau orang yang dihindarinya telah menanti di dalam sambil menyandarkan kepala, dengan mata setengah terpejam.

My QUEENWhere stories live. Discover now