13. Terima kasih

5.1K 589 28
                                    

Ingat kak! Ini cerita fiksi+fantasy ku, jadi semua bisa terjadi disini.
Jangan heran yah kak:)
Jangan lupa vote dan komentar yah:) entar pikun beneran hihihi...

-Happy reading-
...

Jaemin menatap kosong ke langit yang menampilkan tetesan air hujan dari kaca jendela kamar nya.
Menerawang apa yang dikatakan dokter muda pada nya saat ke rumah sakit bersama manager kemarin malam.

"Ginjal tersebut harus segera diangkat, jika tidak maka anda bisa mengalami resiko yang lebih serius.
Dan kami harap setelah pengangkatan, ada pendonor untuk ginjal kanan anda''

"Tapi dok,. . .Apa hidup dengan satu ginjal itu akan lebih sulit?"

"Benar, anda akan cepat merasa lelah, pusing, mual, dan terkadang sesak.
Karena ginjal yang menyaring darah rusak, tak jarang penderitanya muntah darah kotor.
Namun jika ada pendonor, maka kemungkinan besar anda bisa hidup normal kembali seperti semula"

Jaemin kembali terisak, di saat seperti ini pun tak ada yang merengkuh bahu nya.
Meski semua member sudah mengetahui tentang penyakitnya, namun nyatanya tak ada yang menemaninya dan menguatkan nya. Mereka malah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Inikah yang selama ini Renjun rasakan? Tak pernah di anggap ada, tak pernah meminta perhatian meski dalam keadaan sekarat sekalipun.

Sungguh, ini amat menyakitkan.
Dan hanya orang sehebat Renjun lah yang bisa bertahan.
.
.
.•.
.
.
Renjun menggigit bibir bawah nya dengan cemas.
Pikiran nya melayang pada Jaemin yang tengah berada di dorm seorang diri.
Semalam Jaemin di suruh beristirahat karena hari pengangkatan ginjal kanan nya akan dipercepat.

Ia khawatir jika pria Na itu melupakan obat yang seharusnya diminum nya.
Ia ingin segera pulang, namun acara yang akan mereka bintangi belum juga mulai.

Jika dia kabur, maka para Staff bisa marah besar padanya.
Namun, ia benar-benar khawatir sekarang.
Entah kenapa firasat tak mengenak kan menggerogoti pikiran nya sedari tadi.

saat para staff sedang lengah, Renjun berjalan pelan ke pintu bertuliskan 'EXIT' yang tak terlalu jauh dari ruangan make up.
Setelah sampai diluar ruangan tersebut, Renjun mengambil masker, topi, dan mantel untuk menyamar diri.

Karena dirasa tak mungkin ia membawa mobil, akhirnya Renjun memilih mengambil payung dan langsung menerobos deras nya hujan.

Ia tak peduli dengan baju nya yang sedikit basah.
Ia juga tidak peduli bagaimana omelan sang staf dan manager nantinya.

Jarak antara gadung siaran dan dorm sekitar dua kilo meter.
Agak jauh, namun Renjun terlalu mengkhawatirkan sahabat nya sampai lupa fakta itu.

Mengutamakan orang lain adalah kebiasaan Renjun.

Sekitar 16 menit berlarian menempuh hujan dan becek di jalanan, akhirnya ia sampai di gedung kediaman mereka ber enam.
Dengan cepat Renjun membuka pintu dan masuk.
Dilihat nya suasana yang amat sepi. Seperti nya Jaemin sedang beristirahat di kamar.
.
.
.•.
.
.

*ceklek!

Jaemin menoleh saat melihat pintu kamar nya yang terbuka lebar, ia cukup terkejut dengan kedatangan Renjun yang tiba-tiba.

"Renjun? Kenapa kau disini?" Tanya Jaemin dengan nada yang masih sama dengan hari-hari biasa. Datar.

"Kau sudah makan?" Jaemin mengangguk.

"Sudah minum obat?" Jaemin kembali mengangguk.

Renjun menghela nafas lega nya sembari tersenyum tulus.

"Syukurlah, beristirahatlah" Renjun lantas membalik kan tubuh nya hendak beranjak, namun pertanyaan Jaemin menghentikan langkah nya.

"mau kemana kau?"

Renjun tersenyum, sudah lama sekali Jaemin tak menanyakan hal seperti ini padanya.

"Aku mau kembali ke gedung siaran, acara nya akan dimulai tujuh belas menit lagi" Jawab Renjun seadanya.

Jaemin terdiam sebentar.

"kau. . .rela berlarian ditengah hujan dan meninggalkan siaran mu. . .untuk menanyakan hal konyol itu?" Tanya Jaemin dengan raut yang sulit di artikan.

Renjun hanya mengangguk canggung sembari tersenyum tipis "iya, maaf mengganggu mu. Aku akan kem—"

*Brugh!

Renjun terdiam saat tiba-tiba tubuh hangat Jaemin memeluk tubuh mungilnya dengan erat. Disusul isak kan kecil dari bibir tipis Jaemin.

"Dasar bodoh!  Kenapa kau masih peduli pada orang jahat sepertiku?! KENAPA RENJUN?!" isak kan Jaemin kian menguar keras.
Dia benar-benar tak mengerti dengan hati pria didepan nya ini.

Renjun mengulas senyuman, ia usap pelan punggung bergetar Jaemin.

"karena aku. . .Menyayangi kalian, apapun yang terjadi, aku sudah berjanji kepada Mark hyung untuk jadi kakak yang baik bagi kalian" Jaemin tersedu.
Ia segera melepaskan pelukan nya pada Renjun.

"mungkin penyakit ini adalah balasan untuk ku, dan kau pasti tak akan pernah mau memaafkan orang sepertiku. Tak apa, kau Pantas mem—"

"Aku selalu memaafkan kalian" Ujar Renjun dengan senyuman. Membuat tubuh seorang Na Jaemin bergetar kembali.
Ia peluk lagi tubuh pria yang lebih kecil darinya itu.

"Maaf hiks, maafkan aku! Maaf jika selama ini aku menganggap sepele perhatian mu, terima kasih"

"Tak apa, mari kita lupakan dan buka lembaran baru, ok?"
Anggukan lirih dari Jaemin membuat hati Renjun terenyuh.

TBC.

Ini hasil ngebut, rasanya jariku udah keriting:)

Janji double up nya udah kan?^^

Chap ini aneh ga? Silahkan beri kritik end saran. Aku hargai semua masuk kan kalian😗

Makasih, jaga kesehatan!💚

Uri Renjun ✔Where stories live. Discover now