1.Renjun yang tegar

10.1K 715 25
                                    

Bulan telah menggantikan posisi matahari yang bertugas menyinari bumi.

Waktu yang biasa makhluk hidup gunakan untuk mengistiahatkan otak dan tubuh mereka setelah seharian beraktifitas.

Renjun, remaja yang sekarang menjadi seorang idol terkenal.
Remaja yang selalu mengembangkan senyum tulusnya di depan jutaan mata penggemar.
Remaja yang juga menyimpan luapan beban terpendam.

Ia melirik jam tangan di tangan nya. Pukul sepuluh malam, dan dia baru saja menyelesaikan latihan tambahan hari ini.

Letih, lelah, mengantuk, dan pening membuat nya sedikit terhuyung saat hendak menghampiri mobil milik nya.
Ia sempat menelfon managernya untuk minta menjemputnya, namun manager nya tak bisa menjemput karena ada urusan.
Jadilah ia mengendarai mobil sendirian.

Ia sempat memikirkan para member di dorm, lalu terfikirkan olehnya untuk membeli beberapa camilan untuk teman-teman nya itu.

Renjun memasuki sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa camilan dan bahan makanan yang bisa ia masak saat sampai di dorm nanti.

Sebuah senyum terukir di bibir tipis nya kala bayangan wajah para member yang berbinar saat melihat makanan dihidangkan di atas meja.
Namun, itu hanya angan-angan Renjun semata. Kenyataan nya, Renjun sangat paham.

Renjun menyodorkan black card nya kepada tukang kasir yang telah mentotal belajaan nya.
Tak lupa tersenyum ramah, namun sayang nya senyum itu tertutup masker.

Itu lah Huang Renjun.

Setelah kembali ke dalam mobil, Renjun kembali melajukan mobil nya dengan kecepatan rata-rata.
Ia memikirkan para member yang pastinya belum makan malam. Mengabaikan rasa nyeri yang terus menyerang kepala nya.

Sesampainya di dorm, Renjun mengambil belanjaan nya dan membawa turun kantong kresek tersebut.
Ia tatap bangunan di depan nya.
Bangunan yang ia dan para member tempati untuk saling berbagi rasa. Tempat yang mereka gunakan untuk melewati  keadaan suka maupun duka.

Bangunan yang dulunya selalu menjadi tampat berbagi kehangatan dan tawa. Yang kini telah berubah menjadi istana es yang dingin nan sunyi.

Renjun menarik nafas panjang sebelum membuka gagang pintu bangunan tersebut.
Saat pintu tersebut terbuka, hal pertama yang Renjun lihat adalah tatapan tajam dari para member dan wajah merah padam yang di tunjukan padanya.

Renjun mencoba bersikap biasa saja, namun perasaan nya berkata sebaliknya.

Ia tersenyum "kalian sudah makan? Aku membeli ba—"

"Katakan padaku, KAU YANG MERUSAK SKETSA KOREOGRAFI KU KAN?!!" Bentak Haechan dengan nada yang amat keras. Tatapan nyalang ia layangkan kepada remaja berwajah lelah tersebut.

Renjun menggeleng ribut,

"Apa maksudmu Haechan-nie?"
Haechan mendecih, ia sodorkan kertas berukuran 10×30 cm tersebut pada Renjun.
Kertas itu sudah koyak karena sebagian nya terkana air kopi.

"Aku tidak—"

"Tidak usah mengeles hyung! Kami benar-benar sudah muak dengan semua drama yang kau buat! Aku sangat kecewa padamu! Kau berubah hyung kau berubah!" Renjun tercekat, rasa sesak itu mulai menghimpit dadanya, membuatnya sedikit kesusahan untuk mengambil napas.

"Tapi benar-benar bukan aku yang membuatnya seperti itu. Aku bersumpah"

"Tapi kau yang terakhir kali memasuki kamar ku untuk membersihkan nya kan?!" Renjun kembali tercekat.

"Aku memang masuk ke ruang media mu, tapi aku tidak merusak sketsa itu"
Memang dia yang terakhir memasuki kamar milik Haechan, namun dia tidak akan merusak apa yang teman nya itu sudah kerja keras kan. Dia tidak mungkin melakukan itu.

"SUDAHLAH! AKU SANGAT KECEWA PADAMU!! JIKA SAJA MARK HYUNG MASIH ADA DISINI, DIA PASTI SUDAH SANGAT KECEWA MELIHATMU!" Haechan berbalik, meninggalkan Renjun dan member lain nya yang sedari tadi sibuk menonton perdebatan itu dengan luapan emosi.

"Teman-teman kalian percaya pada ku kan?" Tanya Renjun penuh harap, meski ia tau jawaban yang akan Jeno, Jaemin, Chenle, dan Jisung ucapkan. Setidaknya ia mencoba membela dirinya yang tak salah apa-apa.

"Jangan harap kami mau mempercayai orang licik sepertimu!" Ujar Jaemin lalu melenggang pergi ke kamarnya

"Hyung kenapa kau selalu membuat kami kecewa?" Tanya Chenle sembari mengepal tangan nya, namun Jeno segera menarik tangan Chenle lalu melempar tatapan sebelum melenggang pergi. Jisung menyusul paling terakhir

Renjun terpaku, tangan dingin nya terulur untuk mencengkeram dada sebelah kirinya yang terasa sangat nyeri.

Lelehan bening itu mulai mengalir tanpa seizin darinya.
Menjadi saksi bahwa Renjun kembali gagal membuat mereka bahagia. Untuk kesekian kalinya.

'Mark hyung, aku harus bagaimana? Aku menyayangi mereka'

Tubuh itu meluruh, bersandar pada tembok dingin dibelakang nya.

Hanya tembok yang bisa menjadi sandaran untuknya, setidaknya agar jiwa penuh luka itu tak ambruk ke tanah.



TBC

Hai... Seperti yang aku bilang kalo aku akan merevisi ceritanya. Jadi ada beberapa kalimat, percakapan, dan kejadian yang ku ubah🙂

Karena apa? Karena aku lupa alur yang dulu😭

Fullsun Haechanie🌻: Halah! Bilang ae Authornya pikun

Hehehe...yaudahlah ya, segitu aja🙂 jangan lupa dukungan nya lewat vote dan komentar hehe:)

Sebenarnya, aku ga yakin klo ini bakal serame lapak yang dulu😭 jadi terkadang aku hilang semangat huhu😭

Tapi aku bakal usahain buat kalian💗 makasih udah setia dukung dan masih simpen cerita yang dulu di libary:) aku sayang kalian.

Meskipun nantinya yang baca cuma satu atau dua orang, aku ga peduli🙂 karna tujuan ku adalah menamatkan cerita ini dan menghibur pembaca🙂💗

Makasih:)

Uri Renjun ✔Where stories live. Discover now