2. Pagi dan tragedi

5.6K 653 21
                                    

Vote dan komen nya bah🙂 hehe.

...
|Happy reading|

Renjun memotong beberapa sayuran hijau yang hendak dimasak nya.
Bibir tipis itu sesekali terlihat bersenandung ceria.

Ia berniat memasak sarapan untuk teman-teman nya.
Selalu seperti ini setiap paginya.

"Letak kan disini, dan selesai!" Monolong nya dengan wajah yang sumringah.
Dilihatnya para member yang menuruni tangga untuk sarapan.

Jika sudah seperti ini, Renjun akan membawa jatah sarapan nya ke balkon kamar.
Dia tak ingin membuat nafsu makan para member hilang hanya karena keberadaan nya.

Renjun paham, dan Renjun akan mencoba yang terbaik untuk membuat para member merasa nyaman.

"Selamat sarapan, jangan lupa pukul dua siang ada pemotretan di gedung utama" Hening. Tak ada yang menyahut apa yang diucapkan Renjun.
Sakit, namun Renjun sudah terbiasa. Seperti sudah menjadi tamparan rutin baginya.

Setelah berlalu nya Renjun ke dalam kamar, para member langsung saling bertegur sapa.
Suasana yang tadinya hening sekarang menjadi hangat dan renyah. Tanpa adanya Renjun tentu nya.

Renjun sempat menghentikan langkah nya saat mendengar tawa hangat dari bibir teman-teman nya.
Sebuah senyum tipis ikut tergambar di bibir nya.
Merasa bahagia karena berhasil membuat para member tak lagi terusik karena nya.

Renjun pun melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Pria itu menghela nafas panjang lalu mendudukan tubuhnya di kursi balkon.

"Tuhan kumohon, jangan menyiksaku untuk hari ini" Monolognya sembari manatap langit pagi yang sedikit berawan.
Renjun hanya bisa berharap dan berdoa, agar Tuhan menguatkan nya untuk apapun yang akan terjadi hari ini.

Renjun pun mulai memakan sarapan nya dalam diam.
Hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang saling bertubrukan dalam ruangan tersebut.

Lima menit sarapan Renjun berjalan dengan tenang tanpa ada hal yang mengganggunya.
Namun semakin lama Renjun merasakan gelayar tak nyaman dari kepala nya. Kepala nya mulai berdenyut-denyut kembali.

"Shhh..." Pria ringkih itu berdiri, meletak kan piring dengan nasi goreng yang tersisa di atas meja.
Ia berjalan tertatih dengan tangan kanan yang terangkat untuk menyangga kepala nya, sementara tangan kiri ia gunakan untuk berpegangan pada meja, tembok, atau benda apapun yang bisa ia jangkau.

Renjun membuka laci kamarnya, mencari kantung kecil yang bisa menolong nya saat ini.
Namun nihil, tak ditemukan nya kantung tersebut.
Ia terus mencari ke seluruh bagian kamarnya, barangkali ia hanya lupa meletak kan nya di sekitar kamar.

Hingga ia teringat bahwa ia meletak kan nya di laci dapur karena sempat ia konsumsi saat bangun tidur.
Terpaksa, dengan sekuat tenaga ia melangkah keluar kamar.
Memutar kenop pintu putih itu, keluar, lalu menutupnya kembali.

Renjun berhenti sejenak saat dirasa sakit kepala nya semakin menjadi-jadi.
Ia memijat pelipisnya lalu sedikit menyandar pada tembok luar kamarnya.

Ketika ia kembali melangkah kan kakinya untuk menuruni tangga, tiba-tiba saja kakinya terasa sangat lemas dan mati rasa.
Denyutan dikepalanya juga ikut memperkeruh siksaan ditubuh Renjun saat ini.

Renjun menyerah, membiarkan tubuhnya luruh begitu saja di atas tangga.
Matanya memberat, seluruh tubuhnya terasa nyeri dan sakit.

Pria itu tak bisa mempertahankan kesadaran nya lebih lama lagi.

Renjun samar-samar mendengar teriakan seseorang yang memanggil namanya.

Sebelum kegelapan itu datang lalu menyelimuti mata indah nya. Membuatnya hilang kesadaran.

•••

"Mau kemana?" Tanya Doyoung yang mendapati Mark sedang mengambil mantel musim dingin nya.
Pria Kanada itu menoleh lalu menyengir bodoh.

"Aku ingin berkunjung ke dorm Dream, sudah lama aku tidak berkunjung kesana" Jawab Mark seadanya.

Doyoung mengangguk.

"Hyung mau ikut?" Tawar Mark

"Tidak, sebenarnya aku ingin ikut, tapi aku punya jadwal live bersama Taeyong pagi ini, lain kali saja ya?"

"Baiklah, aku duluan hyung" Mark melangkah keluar ruangan.

"Ya, Berhati-hatilah" Ucap Doyoung sembari menyesap cappuchino dari cangkir nya.

Mark berjalan menuju mobil milik managernya. Sengaja meminjam karena mobilnya sedang tidak ada di dorm.

Pria berdarah Kanada itu mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.
Sesekali bersenandung ria sembari mengetuk-ngetuk kan jemari nya di atas stir mobil.

Senyum merekah di bibirnya kala melihat gerbang bangunan yang ditujunya belum terkunci.
Pertanda bahwa pemilik bangunan tersebut belum pergi.

Mark memarkirkan mobilnya di taman sederhana bangunan yang disebut dorm tersebut.
Ia menuruni mobil lalu mengeratkan mantel hangat nya.

Perlahan ia mengetuk pintu tersebut, tak lupa dengan senyum cerah yang merekah dibibirnya.

*Ceklek

"Mark hyung!" Sorak Jisung sembari mengembangkan senyuman nya, ia peluk tubuh makhluk se-gender di depan nya.
Sungguh, Jisung ataupun Mark sama-sama saling meridukan.
Tak heran karena jadwal mereka sama-sama padat. Sub unit mereka pun berbeda.

"Dimana yang lain?"

"Di dalam, mereka sedang sarapan hyung. Ayo masuklah" Mark mengangguk lalu memasuki bangunan tersebut. Bangunan yang ia dan keenam adik nya itu gunakan untuk melewati suka duka bersama.

"Hai, mana sarapan untuk ku?" Goda Mark yang berhasil mengalihkan atensi ke empat adik nya itu.

Jeno, Jaemin, Haechan, dan Chenle tersenyum sumringah.
Mereka merasa sangat senang karena Mark sempat mengunjungi mereka.

"Duduklah hyung" Ujar Haechan sambil menarik kursi yang selama ini sering kosong saat sarapan.

"Bagaimana kabar kalian?" Mark membuka obrolan, Jaemin menyahut "Baik hyung, kami masih seperti biasa"

"Ya, benar" Timpal Jeno.

"Baiklah, tapi dimana Renjun?" Semua manusia di ruangan itu diam seketika, wajah yang tadi sumringah menjadi tebal dengan awan mendung.

"Dikamarnya" Jawab Chenle dengan sebal, ia memainkan makanan dipiring nya.

Mark mengela nafas pelan "Sebentar ya, aku akan menemuinya"

Baru saja Mark berdiri dari duduknya, terdengar benturan keras dari lantai atas.
Buru-buru mereka memeriksa asal suara tersebut.

Dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Renjun yang tengah terkulai di atas tangga dengan kepala dan hidung yang mengeluarkan darah segar.

"Renjun!" Dengan cepat Mark menopang tubuh ringkih pria itu di pahan nya. Menepuk-nepuk pipi itu perlahan.
Namun nihil, tak ada respon dari sang empu.

Disaat Mark sedang gelagapan, yang lain hanya melihat adegan itu dengan muka datar. Tak ada rasa iba sedikitpun yang diarahkan untuk Renjun.


TBC

Hai^^ aku cepetin up nya karena besok aku offline wkwkw╥﹏╥ kuota ku abis karena liat drama nya Doyoung sma anime hororಥ‿ಥ dan sumpah aku nyesel huhu.

Maaf ya cuma bisa mentok segini doang😭 maaf klo jelek.

Aku ngebut ngetiknya huhu╥﹏╥.

Semoga kalian suka:)

❤ kalian

Eh iya!
Renjun live kemaren😭 Aq ambyar huhu😭❤ /nangis ampe kejungkal

Uri Renjun ✔Where stories live. Discover now