O7:: Panggilan

754 147 17
                                    

Fajar tiba. Cahaya kemerahan mengintip di ufuk barat, sedikit demi sedikit berpencar mengenai puncak-puncak dedaunan berembun. Zipper tenda kuning terang paling jumbo terbuka. Bare face Sunghoon yang pertama melongo keluar.

Nyala api kecil sisa malam tadi menggerogoti ranting-ranting. Sunghoon mendekat ke sana saat tahu ketiga penghuni tenda medium sebelah terjaga semua. Sambil kedua tangan disimpan di kantong jaket, Sunghoon duduk meringkuk pada balok kayu yang kosong sisi Jungwon. Anak itu lagi serius mengamati sepanci air rebus. Menunggu kapan mendidih.

Gigil kedinginan lolos bebas, Sunghoon menaikkan tudung menyelimuti kepala. Menggosok-gosok tangan diarahkan ke nyala api. "Dingin banget. Kalian nggak dingin apa, ya?" Sunghoon memulai percakapan di sela kegiatannya menghangatkan diri.

"Gak!"

Jay dan Sunoo otomatis melotot menatap satu sama lain sebelum akhirnya melengos muka ke arah berlawanan. Jungwon berdecih, bergumam, "kayak bocil TK." Sebal, ia menambahkan satu dua batang kayu kering pada kobaran api. "Ini kapan airnya mateng?" Jungwon ngoceh-ngoceh marah.

Adegan itu tak ayal Sunghoon tonton. Tenggelam dalam kebingungan, Sunghoon menyikut pinggang Jungwon yang lalu menggeliat geli. "Apaan?!" Ketus Jungwon nyalang.

"Jangan emosi, Won," sambar Sunghoon bergidik. "Tuh dua anak kenapa?" bisiknya melirik diam-diam subjek yang dibicarakan. Sama-sama berwajah kusut tanda ada tali permusuhan.

Sekilas Jungwon memandang Jay dan Sunoo. Dari letak duduk mereka yang berjauhan, jelas ada sesuatu yang terjadi tadi malam.

"Owhh .... Itu."

"Apa?" sambar Sunghoon antusias.

"Tahu apaan." Jungwon mengangkat bahu tak peduli.

"Si anak kambing," cerca Sunghoon mendorong punggung Jungwon ke depan.

Kalau Jungwon tak sigap menyangga kaki, nyaris mukanya berubah semerah cahaya sunrise karena menabrak panci.

"Eh-eh-eh, Jungwon jangan siram gue! Nggak dingin lagi kok!" pekik Sunghoon histeris.

"Apaan," ujar Jungwon kecut. Panci kecil berisikan air mengepul ia tuangkan pada cup ramen.

"Gue mana?"

"Di toko banyak."

Nggak punya hati. Mendengus, Sunghoon melempar pandangan. Mencuci mata dengan keindahan alam hutan di pagi hari. Nyaman, hati suntuk terasa adem.

Sunghoon sempat menggerutu akan kameranya yang tersimpan di tenda. Malas mengambil, ada handphone, meskipun hasilnya tak sebagus lensa DSLR, namun skill pengambilan gambar Sunghoon bukan main. Terbilang bagus bagi pemula.

Sunghoon standby memposisikan kamera ponsel, mencari angle yang cocok. Cekrek! Satu foto tersimpan. Cowok itu menilik penasaran ke depan, pada tumbuhan-tumbuhan menjalar di balik pepohonan. Sesuatu menyentil minatnya untuk mengecek ke sana.

Sejenak Sunghoon melihat teman-temannya yang pada sibuk sendiri. Tak masalah, Sunghoon bangkit berdiri. Saat singgah di tempat keingintahuannya tertuju, yang ia dapat tak lebih dari tanah basah belukar.

Hhhhhhh... Hhhhhhhh....

"Eh?"

Ada yang bergerak, terhalang tangkai-tangkai daun yang merunduk. Dibarengi helaan berat, kecil dan sulit disadari bagi orang awam yang kurang responsif. Penglihatan Sunghoon makin diperjelas. Hitam banyak duri.

"PAGI SEMESTA!"

Cepat-cepat Sunghoon berbalik badan. Sontak terkejut kala tahu ia telah berjalan cukup jauh keluar area perkemahan. Dari celah-celah batang pohon berjejer, Sunghoon dapat melihat kawan-kawannya berkumpul diselingi tawa yang terdengar samar.

Sunghoon memutar tubuh guna mengamati lagi sesuatu apa yang tadi netranya tangkap. Namun, nihil. Itu sudah menghilang. Sunghoon mengerut kening menengadah kepala. Menatap langit-langit ber-gradien gelap dan merah muda, pohon menjulang tinggi bagai gedung di perkotaan. Tampak menakutkan.

"Kak Sunghoon! Mi gue jangan dimakan! Muntahin!"

Deg. Gertakan Jungwon. Cekatan Sunghoon berlari. Menerobos tangkai-tangkai kayu yang seolah-olah membentuk sebuah benteng penghalang, tak mengizinkan ia menuju kembali ke wilayah asal. Ketika nafasnya berpacu tak teratur, Sunghoon berhenti. Keringat sedikit menetes di pelipis.

"Kak? Lo kenapa?" Sang maknae bertanya kebingungan.

Satu per satu Sunghoon menatap wajah penuh tanda tanya yang menodong ke padanya. Berhenti di Kakak tertua yang urung ingin melahap mi karena dilanda penasaran.

"Oh-enggak a-apa-apa! Gue abis nyari spot foto buat koleksi," alibi Sunghoon menyengir sembari menunjukkan ponselnya.

Anggukan singkat yang Sunghoon terima. Tak ada kelanjutan lagi. Topik obrolan berganti merundingkan kapan pencarian  harta warisan Kakek Jake dimulai.

"Kak Heeseung, buatin gue mi!" Perintah Jungwon akibat jatah makannya habis ludes.

"Nih minum aja," balas Heeseung menyodorkan sekotak susu coklat.

"Hei! Punya gue itu!" serbu Ni-ki mencomot kotak susu dari tangan Jungwon.

"Hei!" Tak mau mengalah, Jungwon merebut lagi.

"Hei!" Lagi-lagi Ni-ki merampas cepat.

"Hei!"

"Hei!"

Bolak-balik susu coklat tak bersalah itu berpindah alih. Hingga seseorang mengambilnya dari Jungwon yang baru beberapa detik tersenyum menang.

"HEI!"

Jake tanpa terganggu akan lirikan ganas dua termuda. Menyedot santai susu hasil mengutil. Kepekaannya tinggi soal Sunghoon yang tampak melamun. Seperti tengah memikirkan urusan negara. Terlalu serius.

Yang barusan itu.... Gue salah denger? Isi otak Sunghoon dipenuhi keanehan. Dia yakin, telinganya tak bermasalah. Jelas ia dengar namanya disebut.

Ada yang nggak beres.

:: VACATION ::

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 08, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

VACATION :: EnhypenWhere stories live. Discover now