O4::Sampai

578 155 14
                                    

Ketika Kakak-kakak berdebat perihal mencari jalan keluar, para yang muda menunggu dan memutuskan tak mau terlibat. Mengusulkan pendapat akan percuma jika mereka subjeknya. Bagi Kakak-kakak sekalian lebih baik kerja keras dengan tangan sendiri menyelesaikan persoalan di lingkaran pertemanan. Ikut campurnya yang muda bagai injakan beruntun untuk martabat. Sebuah ketidakbecusan, siapa yang harusnya menjaga dan siapa yang harus dijaga.

"Bosen! Lama banget mereka," gerutu Niki sembari memandang oknum-oknum yang berunding. Seakan tak ada akhir, Niki mendengus kasar.

"Nggak mau bosen 'kan, Nik?" Sunoo merespons.

"Mau lah." Niki capek soal kejemuan. Dia menoleh ke tempat duduk Sunoo.

"Ayo, fotbar, minimal lima puluh lah, kapan lagi 'kan kita bisa sebebas ini buat selfie-selfie tampan," ujar Sunoo sambil alisnya naik-turun.
"Waaahhh ...." Niki sepertinya terhanyut godaan Sunoo. "Enggak." Wajahnya seketika datar. Sunoo merengut kecewa.

"Mau di manapun, kapanpun, saat keadaan sehari-hari atau bahkan genting Kak Sunoo nggak pernah ngelewatin yang namanya ambil foto, udah kayak kewajiban, sehari nggak selca nggak afdol," oceh Niki kesal yang membuat Sunoo menyengir menggaruk kepala.

"Lo yang suka manjain followers IG yang jauh banget, tanpa peduli atau bisa jadi kelupaan sama yang udah deket banget." Niki melengos turun dari Jeep.

Sunoo melongo. "Niki mau kemana?!"

"Merenung!"

Mata Sunoo tak menyingkir dari presensi anak Jepang itu. Baru saat Niki duduk di batu besar yang terletak tak jauh dari lokasi, hanya berkisar beberapa meter, Sunoo bisa menyisihkan rasa khawatirnya sejenak.

"Dia kenapa, sih? Kok kebawa perasaan, aneh," tuai Sunoo sambil memeriksa galeri ponselnya yang kebak wajah sendiri.

Jungwon yang sejak tadi diam menatap Sunoo. "Lo Kak, nggak peka. Dia yang usaha kasih perhatian lebih buat kakaknya, tapi yang dikasih perhatian nggak ngerasa penting cuma nganggap angin lalu, gimana nggak kesel? Kakak-kakak semua yang aneh plus bego, maaf kasar." Jungwon memalingkan muka sebelum dikendalikan emosi.

"Niki cuma mau membalas kebaikan kalian, itu doang."

Sunoo tak menyahut. Bahkan tetap fokus tanpa mengalihkan perhatian pada handphone-nya. Itu di luar, nyatanya pikiran dan hati berkelana kemana-mana.

"Gue ingin peduli, tapi kenapa selalu penolakkan hasilnya? CK!" Niki mendumel. Lemparan batu kerikil lampiasan kemarahan.

Tak dikira, di depan sana ada sesuatu yang bergerak. Benda besi bermesin, itu mobil Jeep! Dan hanya Niki seorang yang menyadarinya.

"Kak, ada yang lewat!" teriak Niki menunjuk semangat. Keselamatan mereka yang terpenting. Kejenuhannya bisa dilanjut nanti.

::VACATION::

"Kalian anak kota? Ke hutan mau ngapain?"

Pria bertopi merah, bercelana longgar, dengan kaos putih polos yang dimasukkan. Busana berpakaiannya seperti paman berumur. Namun, sangat tampan dan terlihat masih muda. Mungkin itu alasan kenapa dia minta dipanggil Kakak Ganteng, daripada menyebut nama asli.

"Kita ke sini berniat nyari agensi, Kak, merekrut diri jadi trainee," sahut Heeseung asal.

Meskipun secara senang hati telah dibantu, tapi tak dipungkiri status pria itu asing. Tak boleh ceroboh membocori urusan kelompok. Berbohong untuk keselamatan itu baik. Tapi tolong, alasannya yang etis dong.

VACATION :: EnhypenWhere stories live. Discover now