Di Bawah Pohon Rorenix

55 18 2
                                    

Kala angin malam berdesir pelan, meniupkan daun-daun biru terang yang berguguran. Dedaunan bak cahaya di malam hari menerangi gelap di kota Luxi, salah satu kota metropolitan kerajaan Luxunia. Sudah bukan hal aneh ketika pohon terbesar yang ada di kerajaan itu memancarkan cahaya biru yang indah saat malam tiba. Pohon yang dianggap kramat dan berada di sebelah selatan Taman Rorenix.

Di bawah kilauan Pohon Rorenix yang seperti kristal, seorang pria tengah menengadah. Netra cokelatnya memperhatikan gerakan dedaunan biru dan bunga rorenix yang menjuntai ke bawah. Salah satu tangannya memegang ujung tongkat hitam yang berbentuk kepala burung. Tak ada sepatah kata pun yang diucapkan, tetapi dari sorot matanya ia memang mengharapkan sesuatu. Bagi orang lain jika seandainya mengetahui keinginan pria itu, mungkin akan dianggap mustahil. Akan tetapi, baginya bisa saja ada harapan jika Rorenix Tree Spirit mau mendengar.

Suara langkah kaki di belakang pria itu, membuatnya menoleh. Alangkah terkejutnya ia saat melihat seorang perempuan yang sudah lama sekali tidak ia lihat. Perempuan dengan mantel abu-abu, rambut cokelat panjang bergelombang di ujungnya, dan mata sebiru langit. Tubuh perempuan itu masih sama seperti terakhir kali pria itu lihat, mungil, tetapi jauh lebih kurus.

"Ka-kau? Eh, sudah lama sekali tidak bertemu," kata perempuan itu tampak sama terkejutnya.

Awalnya si pria memperhatikan ekspresi orang di hadapannya, tetapi beralih menatap pohon rorenix. "Aku baru saja kembali dari perantauan."

Perempuan itu berdiri di samping si pria, lalu menengadah. "Begitu ya. Lalu, apa yang kau inginkan dari Rorenix Tree Spirit?"

Suara tawa pelan terdengar, membuat si perempuan menoleh dengan ekspresi heran. "Kau memang tidak berubah ya, Lis? Langsung menanyakan tujuanku kemari."

"Maaf, aku-"

"Bingung harus berkata apa?" potong si pria.

Perempuan itu memalingkan wajah sembari berkata, "Berhenti membaca pikiranku."

Lagi-lagi pria itu tertawa pelan. "Sebenarnya, aku tidak mau datang kemari. Bagian utara Rorenix Park memberikanku kenangan buruk. Empat tahun lalu, kita berdua kehilangan orang yang kita cintai. Tapi, kupikir Rorenix Tree Spirit bisa memberikan sedikit harapan untukku, mungkin juga dirimu, Lis."

"Aku pun mengharapkan yang serupa," ujar perempuan tersebut seolah mengetahui yang diinginkan si pria. Tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya yang saat ini sedang menatapnya, ia berkata pelan, "Rorenix Tree Spirit, entah sudah keberapa kali aku meminta. Jika seandainya aku diberi kesempatan lagi, aku ingin mengubah penyesalanku. Aku tidak sanggup lagi memiliki perasaan ini. Aku ingin mengubahnya, tidak peduli berapa pun yang harus kukorbankan."

"Aku ingin mereka kembali," tambah pria itu seraya memejamkan mata.

Embusan angin malam kembali meniupkan dedaunan dari pohon rorenix bercahaya, bersamaan suara gesekan dedaunan yang amat menenangkan di telinga. Kemudian, tiupan angin itu membawa dedaunan bercahaya melingkar di atas kepala dua orang yang sedang meratapi keinginannya. Mewujud sesosok wanita dengan gaun biru terang, rambut seputih salju, dan mata sewarna dedaunan pohon rorenix. Di kepalanya bertengger mahkota yang terbuat dari akar-akar, sedangkan di dahinya terdapat simbol daun.

Setelah anginnya berhenti, wanita yang kini melayang mengulurkan tangannya untuk mengangkat dagu si perempuan. Tatapan teduh si wanita melayang justru mengejutkan perempuan bermantel cokelat.

"Ro-rorenix Tree Spirit?!" pekik perempuan itu.

"Wahai anakku, aku sudah mendengarnya. Kau tidak pernah menyerah untuk keinginan, kuhargai itu. sekarang katakanlah, wahai anakku, apa kau ingin mengubah penyesalanmu dengan imbalan kau kehilangan sesuatu yang berharga?" ujar Rorenix Tree Spirit.

Tanpa berpikir panjang, perempuan itu mengangguk cepat. "Iya, apa pun itu ambil saja."

Tentu saja hal ini membuat si pria di sampingnya terkejut, ia lantas bertanya, "Kau serius, Lis?"

Namun, sebelum lawan bicaranya membuka suara,Rorenix Tree Spirit melayang mundur. Kedua tangannya direntangkan dan anginkembali berembus. Dedaunan biru bercahaya kembali bergerak memutar disekeliling mereka. "Baiklah, akan kuberikan keinginanmu. Tapi, wahai anakku,apa pun yang kau lakukan kau tetap tidak bisa mengubah masa lalu lebih dariyang seharusnya. Kembalilah saat cahaya menyilaukan terlihat di depan matamu."

Stay With MeWhere stories live. Discover now