𝚃𝚎𝚊-𝙱𝚛𝚎𝚊𝚔 𝙲𝚎𝚛𝚙𝚎𝚗 "𝚂𝚞𝚍𝚊𝚑𝚕𝚊𝚑 𝙺𝚎𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑𝚔𝚞, 𝙻𝚞𝚔𝚊 𝙸𝚗𝚒 𝙲𝚒𝚗𝚝𝚊"

11 1 0
                                    

Rabu sore ibu tumben menghubungiku. Baru saja kami bertukar cerita di senin pagi dan rasa hangat itu masi ada. Ada haru kemarau panjang menyisip di dalam nada-nada suaranya kali ini. Aku ingat, dulu ibu pernah melontarkan nada yang sama saat mendiang putrinya meninggal, anak perempuan satu-satunya. 

Sebelum ibu menyelesaikan ucapannya, hujan mengguyur di antara nada haru kemarau panjang itu "Nak, ayahmu...ayahmu telah meninggalkan kita, ia dilahap habis penyakitnya dan cerita yang belum selesai ia kerjakan" kata-kata ibu membenturkan luka tanpa rupa di dalam dadaku, sungguh abstrak untuk di gambarkan.

Ayah, atau lebih dikenal dengan sebutan pak sulaiman oleh penduduk kampung sekitar. Aku dan ia tidak begitu dekat, meskipun kami mendiami satu tubuh rumah yang sama hingga bertahun-tahun lamanya hingga aku kuliah dan bekerja di kota yang tidak jauh dari kampung halamanku. 

Bisa dihitung jari waktu yang kami habiskan bersama. Ia lebih banyak menenggelamkan dirinya di tumbukan buku dan mesin ketik di ruang kerjanya di banding harus bercengkerama dengan aku, adik perempuanku dan ibu.

Ayah atau pak sulaiman, lebih dekat dengan para kolega kerjanya dan masyarakat di kampung. Orang-orang bakal menyangka bahwa pasti ia adalah sosok ayah yang sangat sempurna. Ketika aku memasuki bangku SMA, aku jarang menghabiskan waktu di rumah. Sementara ibu mengunci dirinya di taman, merawat tanamannya setelah Ataya, adikku meninggal.

Kami disibukkan dengan kesibukan memahat urusan masing-masing, hingga dinding tebal tumbuh subur di antara kami bertiga. Sejak awal hanya sedikit sekali cinta yang memenuhi kami. Aku, ibu dan pak sulaiman lebih banyak mengejar luka. 

Di tengah kecamuk ilusif yang menerkam, Khalwa hadir menebarkan rasa yang tidak bisa aku terima dari keluargaku. Rasa kasih sayang & peduli yang selalu diberikannya dengan tulus, saat itu kami terlalu muda untuk memaknai cinta tapi kehadirannya memberikan nuansa yang penuh warna dan ceria di bilik-bilik kosong di dalam diriku.

Gelak tawa dan suara parau Khalwa masih tersimpan di antara memori yang susun rapi di antar arsip-arsip ingatanku. Manakala aku hampir remuk ditimpa penolakan pak sulaiman setiap kali kutawarkan kebaikan hati untuk mulai berdamai dan hidup memiliki hubungan normal layaknya ayah dan anak, tapi pak sulaiman malah merendahkanku dan mulai mengata-ngataiku bahwa aku tidak pandai bersyukur. Dia ruang lain ibu hanya terdiam.

Aku makin jarang menampakkan kehadiranku di kediaman pak sulaiman, jarak dan dinding pemisah di antara kami makin tinggi. Pak sulaiman makin akrab dengan rekan menulisnya juga relasi kerjanya , sementara aku makin menyelam dalam ke dekapan hangat Khalwa. 

Sepulang sekolah, kami sering menyambangi aliran sungai, mendengarkan kerasnya nyanyian burung yang bercampur gemuruh derasnya aliran sungai. Tidak lupa juga ku bacakan ia sajak-sajak yang kutulis setiap malam untuk mengutuk kehadiran pak sulaiman di ruang sebelah kamarku yang terlalu asik berdiskusi dengan kertas yang hampir penuh di mesin ketiknya.

Hari berguguran meninggalkan bulan baru lalu menjelma menjadi tahun, entah sudah berapa banyak tumpukan kumpulan sajak dan cerpen yang aku arsipkan di antar buku-buku yang terbaring pulas di dalam kamar kost. Selepas lulus SMA, aku dan Khalwa berhasil diterima di universitas yang sama dengan jurusan yang masing-masing kami idam-idamkan. Aku sendiri, saat itu adalah mahasiswa sastra inggris dan Khalwa memilih psikologi.

To be continued in March 31, 2021 at 08:38 AM

Mr.Tea 29 Maret 2021 [21:20 PM]

Memasuki tahun ke-2, pucuk keakraban di antara kami mulai layu sebelum tumbuh lebih hijau seperti yang telah kami prediksikan. Kami makin jarang menghabiskan waktu bersama, bukan kami tapi akulah yang entah merasa mulai menemukan kenikmatan mengurung diri di antara bilik-bilik kamar kostku atau menyendiri di coffee-tea shop. Meski demikian Khalwa masih tahan dengan sikapku yang mulai menjadi manusia gua.

The Poems Mr.Tea Write at Night [Versi Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang