CHAPTER [1]

4 1 0
                                    

" Ko bisa sih cewe sebaik dan secantik Milka ada disekolah ini. Dan gue baru tau pula. Sial. Dan parahnya lagi gue ke jebak. Sama perasaan asing gue sendiri. Sialnya double kill."

- Derlangga Alam Semesta

☔☔☔

Setelah kejadian di rooftop kemarin, membuat Alam hari ini benar-benar kehilangan moodnya. Untung saja hari ini pelajaran olahraga, jadi Alam tidak masalah kalau harus membolos. Olahraga kali ini gabungan dengan kelas lain. Jumlahnya hampir 6 kelas, Rehan terus menerus memaksa Alam agar tetap di lapangan. Sudah cukup minggu kemarin ia di hukum mengepel hampir seluruh sekolah gara-gara meninggalkan jam pelajaran olahraga. Membuatnya terpaksa pulang ke rumah jam 11 malam, tak hanya itu ia di marahi abis-abisan oleh kedua orangtuanya. Uang jajan dipotong, belum lagi kendaraan di sita. Untung saja ia bisa mengibuli kedua orangtuanya saat mamanya Vita akan menyita handphonenya juga.

"Plis tetep disini aja Lam." Bujuk Rehan terus menerus sembari sebelah tangannya menggelayut manja ditangan Alam. Hal itu membuat para siswi dari kelas lain melirik tajam, sesekali ada yang tertawa dan ada juga yang blak-blakan menyindirnya.

Alam jengah sendiri dengan aksi Rehan yang kelewatan batas. Ia jadi risih sendiri. Apalagi sekarang hampir semua pasang mata menyaksikan apa yang sedang Rehan lakukan. Alam malu, tentu saja.

"Lepas tangan lo dari gue!" Ucap Alam penuh penekanan. Raut wajahnya terlihat sudah memerah, marah.

Rehan tak mendengarkan ucapan Alam, ia semakin menjadi-jadi merapatkan tubuhnya. Mengeratkan kedua tangannya di tangan Alam.

"Biasanya lo juga betah nyet disini. Adem gini banyak yang bening. Lah sekarang kenapa? Oke kalo kemaren-kemaren kita cabut karna gaada yang bening. Tapi kena imbasnya aing lagi monyet. Sekarang lo liat sono, cewe banyak. Cantik-cantik lagi. Lo ga tertarik gitu?" Kata Rehan panjang lebar. Air muka Alam sudah berubah dari yang tadinya memerah sekarang jadi dingin. Ia membenci dirinya jadi pusat perhatian, rahangnya mengeras. Ia sudah sangat marah.

"Yaudah lepas dulu." Jawab Alam dingin, tak peduli lagi.

"Tapi pas gue lepas jangan kabur lo." Ucap Rehan memperingati dengan mimik wajah dibuat sangar. Rehan sudah tak peduli jika dirinya jadi samsak dadakan Alam.

"Hm." Jawab Alam dengan deheman.

Baru saja Rehan melonggarkan pegangannya, Alam lebih dulu menepis hingga detik berikutnya Alam lari dari pantauan Rehan. Rehan yang belum sepenuhnya sadar langsung meneriaki Alam.

"SIALAN LO ALAM. WOI BALIK GA LO. MONYET." Teriak Rehan membuat seisi lapangan menatap Rehan heran. Laki-laki itu tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang. Ia langsung mengejar Alam. Sebagian dari mereka bahkan ada yang bisik-bisik, tapi karna sudah tak peduli dengan keadaan sekitar Alam maupun Rehan tak mendengarkannya. Bahkan jika disebut bisik-bisik jauh sekali, lebih tepatnya menyindir.

Alam lari hingga tak melihat siapa yang ada di depannya, hingga ia menabrak seorang gadis dengan rambut ia kuncir asal-asalan. Gadis itu sedang membawa sebuah bola. Akibat tabrakan yang cukup keras, membuat bola yang gadis itu pegang terlempar jauh, dan setelahnya gadis itu terjatuh di ikuti oleh Alam yang juga jatuh diatas tubuh gadis itu. Keduanya jatuh menghantam lantai panas lapangan yang biasa di pakai untuk upacara. Hal itu membuat Milka meringgis menahan sakit.

Alam belum sepenuhnya sadar, saat dirasa tubuhnya hanya merasakan empuk ia langsung tersadar, dan menatap nanar kearah Milka-gadis itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dengan langsung Alam bangkit dari tempatnya. Mengulurkan tangan kearah Milka, Milka menatap uluran tangan itu. Selanjutnya ia langsung menepis kasar, membuat Alam menaikan satu alisnya tanda ia heran.

Alam SemestaWhere stories live. Discover now