Sejak kemarin, mereka memakan hewan buruan yang dimasak seadanya. Begitu memakan buah yang manis, tak disangka rasanya begitu nikmat seperti ini. Rasa natural yang disediakan alam dibanding daging ikan hambar yang tidak matang merata, pilihan yang cukup bagus kalau misalkan mereka tidak mendapatkan supply makanan.

"Kita sudah masuk terlalu dalam ke hutan. Bagaimana?"

Andrew menatap Lasagna, tapi kemudian pria tua itu menatap Ayaka, ingin tahu responnya. Seakan saling paham, Lasagna juga berpikiran hal yang sama dengan Andrew. Mereka sudah terlalu jauh masuk ke hutan. Bagaiamana selanjutnya? Apakah lanjut menantang risiko demi mencari Macaroni? Atau kembali ke gua?

"Hm!?" Dan tiba-tiba, Kasa bergidik lalu menerjang Ayaka.

"Kyah!?" Keduanya jatuh dari batang pohon yang mereka duduki. Ayaka hendak menyeru kenapa tiba-tiba bocah suku pedalaman itu berkelakuan demikian, tapi, Ayaka melihat ada sebuah anak panah menancap di pohon. "AWAS!"

Teriakan Ayaka membuat Lasagna serta Andrew langsung waspada. Semuanya menunduk ke tanah lalu segera merayap mencari perlindungan dari balik pohon.

Anak panah kembali melesat, semakin cepat, dan dekat. Sosok penyerang Ayaka pun menampakkan diri. Mereka bukanlah suku Kasa, melainkan kumpulan manusia berpakaian modern yang datang berempat, bergerombol dan membabi buta menembaki Ayaka dan yang lainnya dengan anak panah. Rupanya, salah satu dari mereka adalah pria yang tadi sempat ditakuti Ayaka. Pria itu berlari, melapor ke kelompoknya dan memutuskan untuk menyerang balik Ayaka dan yang lain.

"Mereka di balik pohon!" Hujan anak panah terus berlanjut, membuat Ayaka dan yang lainnya terjebak bersembunyi. Ayaka memeluk Kasa, sedangkan Andrew dan Lasagna ada di pohon lain yang tak jauh dari mereka.

Sadar melihat mangsa mereka terpisah, tim itu pun lanjut mendekat sambil terus menembaki pepohonan dengan anak panah agar Ayaka dan yang lain tidak dapat membalas serangan atau pun kabur.

"Sial! Bagaimana ini!?" Ayaka menatap Andrew, dan lelaki itu juga terlihat kebingungan. Ia sebenarnya tinggal berlari lurus secepat mungkin dan sesekali menyembunyikan diri di antara pepohonan karena posisinya tepat ke arah kembali ke gua tempat persembunyian mereka. Masalahnya adalah Ayaka dan Kasa yang terjebak.

Ayaka dan Kasa ada di belakang pohon, dan kalau ingin ke arah Andrew, mereka harus menyebrang yang sama saja bunuh diri karena pasti anak panah akan mengenainya kalau berani nekat. Tatapan Andrew ke Ayaka juga membuat perempuan berdarah campuran itu mengerti kalau ia harus ke tempat Andrew, lalu mundur untuk sementara waktu. Tapi sekali lagi, Ayaka terjebak.

Mau tak mau, Ayaka menyiapkan pisau lemparnya di tangan. Kalau misalkan penyerangnya itu mendekat dan sudah dalam jarak serangan, ia akan menyerang mereka. Pertaruhan yang cukup berisiko, mengingat Ayaka tak tahu kemampuan musuh. Meskipun tahu, tetap tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dalam perkelahian bersenjata. Strategi menghindar dan membiarkan tim lain saling mengeleminasi memang strategi teraman, tapi Ayaka sendiri yang mengalami kalau strategi itu tidak akan bisa membawakan kemenangan!

"Hei Lasagna! Kau bisa lari mencari tempat aman lalu menembaki mereka untuk pengalih perhatian!?"

Lasagna lantas meliahat posisi musuh. Ia sudah melihat tiga dari mereka. Salah satunya adalah pria berjaket merah yang tadi ditakuti Ayaka, sedangkan duanya lagi adalah masing-masing seorang perempuan dewasa berumur sekitar tiga puluh tahunan dengan jaket bomber kuning, dan satu lagi seorang pria tua berjas putih seumuran dengan diri Lasagna. Pemanah yang menghujani mereka adalah si pria berjaket merah dan si perempuan berjaket bomber kuning. Sedangkan pria tua berjas putih itu masih berdiri di antara kedua rekannya, mengamati.

"Bisa!" Lasagna mengangguk. Ia kemudian berpaling mencari tempat aman, yang di mana adalah sudut dari balik pohon di mana ia bisa mengambil ancang-ancang untuk membalas serangan panah.

HIDDENVIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang