Chãp 2

32 8 31
                                    


Tokk.. Tokk.. Tokk..

Aku terduduk menatap ke arah jendela, mana ada orang iseng yang akan memanjat demi mengetuk jendela. Bergantian mata ku menatap cermin, aku berdiri mulai berjalan mendekati nya.

Langkahku terhenti setelah mendengar teriakan mama, "Alikka! Bisakah kamu memabantu mama di bawah?"

●●●

Kedua kaki ku lincah menuruni anak tangga. Suasana rumah sangat tenteram, papa sedang menonton televisi sedangkan mama sibuk dengan dapurnya. Aroma lezat tercium, aku berani bertaruh mama pasti memasak ayam rica.

Dan benar saja saat aku menginjak lantai dapur, mama sibuk menumis ayam dengan bumbu rica.
"Bisakah kamu mencuci tumpukan piring?" Aku mengangguk, segera melaksanakan perintah nya. Tanganku dengan sigap bermain sabun dan air.

Lima menit berjalan, lunas sudah pekerjaan. Mama menghidangkan  masakannya di piring. Dan aku usai bermain dengan sabun dan air, para piring dan gelas sudah tertata rapi pada tempatnya, bersih mengkilap.

"Alika, bawakan ini ke meja," suruhnya. Aku mengangguk patuh, segera menghantarkan itu pada meja kayu di dekat dimana papa sedang menonton televisi.

'Masih misteri, kasus kecelakaan mobil yang belum ditutup oleh pihak kepolisian. Diduga bahwa kecelakaan ini sudah direncanakan dan bukan kecelakaan tunggal, karena diatas dasari oleh beberapa saksi mata.'

Aku ikut menatap televisi itu setelah menaruh masakan mama. Kasus ini cukup ramai di perbincangkan akhir-akhir ini, bisa dibilang trending topic. Belum habis aku menonton, papa langsung mengganti siaran nya.

"A-apakah masakanmu sudah selesai?" Papa berteriak ke arah dapur.

"Sudah."

●●●

Suasana malam yang indah dengan bintang yang menghiasi langitnya. Sayang jika terlewatkan, tapi mau bagaimana lagi aku harus tidur lebih awal. Besok adalah hari kelulusan ku, tidak bukan itu yang kutunggu melainkan bertemu kembali dengan Rakan.

"Ini jadwalnya meminum obat, ayo segera minum," ujar mama berdiri di samping kasurku. Aku memegang segelas air dan satu pil obat yang ku ambil dari hasil pemeriksaan dokter.

"Aku bukan anak kecil lagi ma, aku pasti akan meminum nya. Sekarang beristirahatlah." Aku tersenyum, masih memegang gelas dan pil obat.

Mama mencium keningku lantas beranjak keluar dari pintu kamar. "Baiklah, selamat malam Alika."

"Selamat malam." Tepat saat mama menutup pintu aku langsung membuang pil obat ke dalam laci nakas.

'Maka dari itu aku memberinya obat tidur, agar dia lebih tenang.'

Pil itu adalah obat tidur, dan aku sama sekali tidak membutuhkannya. Aku merebahkan badan, menatap pada langit-langit kamar, termenung.

Tokk.. Tokk..

Suara itu lagi, aku mendengarnya. Sontak aku berdiri menyalakan lampu penerang dan mulai berjalan mendekati cermin itu. Jantung berdetak kencang, aku menyisir setiap sudut cermin, bersiap atas semua kemungkinan. Aku tepat berdiri di depan nya, mulai mengangkat tangan menyentuh kaca itu.

Tokk.. Tokk..
Dua kali aku mengetuk pelan. Aku berseru tertahan saat ketukan ku dibalas. Didetik yang sama terlihat siluet sosok, semakin lama semakin jelas. Mulai dari kaki , tangan, lekuk badan, terakhir kepala serta wajahnya. Aku menahan napas.

"BUMMM!!" Aku terjatuh ke lantai, tentu saja kaget dengan apa yang aku lihat sekarang. Kedua telapak tangan nya terbuka dia kanan - kiri wajahnya, bersikap layaknya mengagetkan seseorang. Tunggu, dia berusaha mengagetkan ku? Juga dengan suara "BUM"?

Ceŕmin {Eñd}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang