SSA : 2. Bikin Cucu

24.4K 1.5K 226
                                    

Sebelum baca, vote dulu yuk!Happy reading 💙

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum baca, vote dulu yuk!
Happy reading 💙

🏠

Dengan terpaksa, acara malam tahun baru harus pindah ke ruang keluarga karena tiba-tiba hujan mengguyur cukup deras. Semua orang berkumpul. Para orang tua duduk di sofa, sementara anak-anak duduk lesehan di karpet. Di tengah-tengah mereka, ada sate kambing dan jagung bakar yang tidak lagi terlihat berselera.

Mendadak, rasa lapar berubah kenyang. Suasana di antara mereka pun agak tegang. Kanaya duduk bersila di sebelah Satria. Sesekali mereka saling lirik, lalu menatap gelisah orang tua mereka. Terutama, para ibu.

"Untung Rania kasih tahu Mama soal rencana liburan kamu sama Satria, jadi kami bisa ambil keputusan. Coba kalau nggak? Kalian pasti nekat pergi berdua," ucap Sinta.

"Apa salahnya sih, Ma, kalau Nay pergi liburan sama Satria? Sesekali boleh dong, kami pergi liburan cuma berdua," seru Kanaya tak mau kalah.

"Oh, ya jelas salah," sahut Sinta cepat. Kanaya hampir membalas ucapannya, tetapi dengan segera dia melanjutkan, "Kalian ini sudah dewasa. Bukan anak-anak lagi. Kalau kalian pergi berdua, terus nanti pulang jadi bertiga. Gimana?"

Seketika Satria tersedak udara di sekitarnya, sementara Kanaya tertawa jengkel tak menyangka pikiran mamanya akan sejauh itu. Lebih tepatnya, sekolot itu.

"Kamu baik-baik aja, Satria?" tanya Rama. Senyum tipisnya muncul di sudut bibir melihat respons sahabat putrinya.

"Iya, nggak apa-apa, Om," sahut Satria cepat sambil berdeham. Perbincangan malam ini sungguh berat. Sampai-sampai ia terlalu sering menghela napas.

"Mama jangan bercanda, deh. Garing, sumpah," sewot Kanaya.

"Bunda, jangan aneh-anehlah. Ya?" rayu Satria dengan senyum dan tatapan puppy eyes.

"Lagi pula, gila aja Kanaya kepikiran kayak gitu sama Satria. Nggak mungkinlah. Duh, amit-amit," sambung Kanaya lagi.

Satria tertegun, lalu menatap Kanaya yang bersungut-sungut. Segitu jijiknya Kanaya sama aku sampai bilang amit-amit?

"Mungkin kamu nggak kepikiran, Nay. Tapi Satria?" Kali ini, Nurul angkat bicara. Ia mendapati putra bungsunya sedang memandangi Kanaya tanpa kedip.

Kanaya kebingungan ketika semua orang menatap Satria. Akhirnya, ia menoleh ke kiri dan baru menyadari Satria tengah menatap ke arahnya. "Kamu ngapain, Sat?"

"Eh? Nggak. Anu ...," gagap Satria. Pasalnya, dia sudah tertangkap basah tengah memandangi Kanaya. Bukan hanya oleh Kanaya, tetapi seluruh manusia di ruangan ini.

"Kamu ...," pekik Kanaya dengan tatapan bengis. "Dasar mesum! Bisa-bisanya kamu kepikiran kayak gitu sama sahabat kamu sendiri!"

Satria berusaha menangkis semua pukulan Kanaya yang datang bertubi-tubi ke arahnya. Bahkan dengan tega, tak ada satu pun orang di rumah ini yang mau menolongnya. Minimal, menahan serangan yang Kanaya berikan. Bukan malah tertawa-tawa melihat Kanaya melampiaskan kekesalannya.

SAHABAT SATU ATAP ✓Where stories live. Discover now