"Tenang gue gak ceroboh kok."

•●•

"KARA FOLDERNYA ILANG." Kamu berteriak di depan Kara dengan frustasi.

Perempuan yang ada dihadapanmu sekarang hanya menatapmu datar.

"Lagian jelas-jelas hyunsuk bilang jangan taro di kolong meja." gerutu Kara kesal kepadamu.

" ta-tapi biasanya gak ilang ra." rasanya kamu ingin menangis saat itu juga.

Sebenarnya jika folder itu hilang kamu akan sangat merasa bersalah pada Hyunsuk.

Karena laki-laki itu sudah sangat bekerja keras menyusun folder itu hingga tersusun rapi seperti tadi.

"Terus sekarang mau gimana?" Tanya Kara kepadamu.

Kamu yang masih menangis tersedu-sedu langsung menatap Kara.

"Apa bilang Hyunsuk aja ya?" Tanyamu yang langsung di angguki tegas oleh Kara.

"Tanggung jawab, lo kan waketos." Ujar Kara sembari menepuk bahumu memperintahkanmu agar lebih semangat.

"Itu Hyunsuk." Kara memutar badanmu mengarah ke arah ujung lorong dimana Hyunsuk yang tengah berjalan ke arahmu sembari melambaikan tangannya.

"Ra kalau dia marah gimana." Tanyamu khawatir dan Kara langsung memegang kedua bahumu.

"Semangat, gue pergi dulu ya." Dia menepuk bahumu mengucapkan semangat dan meninggalkanmu sendiri.

"KARA! TEMENIN!" Perempuan itu tidak menggubris teriakanmu sama sekali membuatmu menghentakkan kakimu kesal ke lantai.

"Kenapa nangis?" Tanya Hyunsuk yang sudah berada di sampingmu sekarang.

"Mm-itu maaf banget gue gak sengaja ngilangin foldernya, tadi gue simpen dengan baik di laci biasanya juga gak ilang tapi sekarang hilang maaf banget gue bakal nyusun ulang jadi gue minta datanya ke lo boleh gak?" Ucapmu dengan cepat tanpa berniat sedikitpun menatap Hyunsuk.

Kamu benar-benar meminta maaf sebagai waketos yang ceroboh.

Tangan laki-laki itu tergerak mengangkat wajahmu dan menghapus air matamu.

"Jangan nangis lah, gue ada copyannya kok tinggal di print, gak usah khawatir." Ujarnya sambil tersenyum

Mendengar hal itu kamu langsung menyingkirkan tangan Hyunsuk dari wajahmu.

"Kenapa gak bilang dari tadi." Ujarmu kesal yang langsung membuat Hyunsuk bingung.

"Ya udah kalau gitu kirim file nya ke gue nanti gue print." Ujarmu lalu pergi meninggalkannya.

Hyunsuk yang melihat tingkahmu langsung mendengus pelan sembari tertawa kecil

"Kepribadiannya berubah sangat cepat."

•●•

Kamu memutuskan untuk pergi ke rumah sakit menjenguk papa Winwin.

Entah mengapa feelingmu mengatakan bahwa winwin juga ada disana.

Kamu menggeser pintu putih di hadapanmu yang langsung menampakkan pria paruh baya yang tertidur di ranjangnya.

"Selamat siang om." Papa Winwin langsung menatap ke arahmu dan langsung mengembangkan senyumannya.

"Oh (y/n) siang juga, ada apa?" Tanyanya sembari menaikkan ranjangnya menjadi posisi duduk.

Kamu langsung masuk kedalam dan menghampiri papa Winwin, tidak luma salim kepadanya untuk menghormatinya.

"Mau cariin Winwin ya?" Terka Papa Winwin yang membuatmu tersenyum canggung.

"Iya saya mau bahas proposal osis." Jelasmu yang langsung di angguki Papa Winwin.

"Oh iya om saya mau nanya, tumben winwin tidak masuk sekolah hari ini om? Ada apa ya?" Tanyamu

Mungkin Papa Winwin akan menganggapmu sedikit kepo tapi entah rasa penasaranmu sangat besar untuk hal ini.

"Tadi rumah sakit butuh wali untuk administrasi pembayaran dan cukup memakan waktu. Dia udah siap pakai seragam sekolah tapi tidak jadi berangkat karena sudah telat 2 jam." Jelas Papa Winwin yang membuatmu mengangguk mengerti.

"Pah aku bel-" kamu langsung menoleh ke arah pintu dimana ada Winwin dengan tentengan makanannya.

"Winwin ayo masuk, tolong ambilkan air putih untuk (y/n)." Suruh Papa Winwin kepada anaknya yang membuatmu langsung menggeleng.

"Ah tidak terima kasih om, saya belum haus nanti bisa ambil sendiri kok." Tolakmu halus tidak ingin merepotkan mereka berdua.

Winwin mendekat ke arah kalian berdua dan membuka bubur yang di belinya tadi, menarik meja dari ranjang rawat sang ayah.

Kamu yang melihat winwin sangat perhatian kepada papanya mengingatkanmu akan papamu.

Andai kamu bisa melakukan ini juga ke Papamu.

Winwin menyuapkan bubur ke Papanya perlahan-lahan.

Kamu yang melihat ada sisa bubur yang menempel di mulut Papa Winwin langsung mengambil tissue.

"Ma-af om." Dengan segan kamu mengelap bibir papa winwin yang sedikit berantakan dengan bubur.

"Ada bubur tadi." Ujarmu sembari membuang bekas tissue tadi.

Papa Winwin langsung tersenyum dan menatap ke arah putranya sembari mengacungkan jempol.

"Papah setuju." Bisik sang papa kepada Winwin yang membuat putranya itu menghela nafas panjang.

"Apa coba." Winwin mengabaikan kode sang papah yang membuat dirimu menjadi sedikit bingung dengan suasana ini.

"Ah iya ini gue bawa USB prposal osis sekolah, tadi niatnya mau bahas ini di rapat tapi lo gak dateng jadi gue tunda rapatnya." Jelasmu sembari memberikan flashdisk kepada Winwin.

"Tujuan gue kesini buat nganter itu, jadi pamit dulu ya." Kamu langsung membungkuk hormat lalu pamit pulang.

Papa Winwin menatap punggungmu yang mulai hilang di balik pintu lalu menatap putranya yang tengah bersiap menyendokkan bubur ke arahnya.

"Papah setuju banget sama dia." Ujar Papa Winwin yang membuat laki-laki itu menghela nafasnya panjang.

"Dengerin papah." Winwin langsung menatap ke arah orang tuanya itu.

"Kalau kamu gak mau pacarin dia, langsung nikahin dia aja." Saran sang papah yang membuat winwin menggeleng pelan.

"Nggak pah, jangan aneh-aneh." Sang Papah langsung berdecak kesal mendengar jawaban dari putranya.

"Papah beneran nak." Terdengar helaan nafas di akhir ucapan sang papa.

"Dia mirip seperti ibumu, jadi Papa yakin 100% dia cocok denganmu."

🐣🐣🐣

To be continued....

Jangan lupa vote & comment! See you next part guys. Semoga sukaaa💙💚❤

ᴄᴀᴍᴀʀᴀᴅᴇʀɪᴇ [ᵂⁱⁿʷⁱⁿ ˣ ʸᵒᵘ]Where stories live. Discover now