Telphon

3.4K 590 3
                                    

Yuk bisa yuk 300 vote buat book ini ~(ˊᗜˋ*)~


Let's get it!

JaemRen in your areah~

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>


Jaemin perlahan menurunkan kekasihnya di kasur. Tapi saat ingin melepas, keningnya tiba-tiba dibuat mengerut.


Bukannya melonggar, Renjun malah semakin mengeratkan pelukan.


"Injunnie, wae?"


"Tidur bersama."


"Kita belum cuci tangan dan kaki, di luar itu banyak kuman."


Renjun merengut. "Yasudah ke kamar mandi dulu." Jaemin menurut. Membawa si mungil ke kamar mandi yang beruntung di dalam kamar. Karena jika diluar Jaemin harus berjalan lumayan jauh dulu.


"Masih tidak mau turun?"


"Mau duduk." Jaemin langsung mendudukkan Renjun di dekat wastafel. "Airnya dingin."


"Pindah yang hangat?"


"Tidak perlu, sudah, ayo tidur."


Renjun tidak lagi digendong. Ia berjalan sendiri ke luar kamar mandi. Lalu meloncat dengan posisi telentang tepat di atas kasur.


Bugh.


Karena begitu nyaman, Renjun mengusak pelan seprai, lembut dan harum. Membuatnya ingin segera terlelap.


Jaemin yang sedari tadi memperhatikan tertawa kecil. Renjun lucunya sudah kelewatan. Bisa-bisa ia terkena penyakit gula.


"Mengantuk sekali ya?"


"Eh iya ada Jaemin, sini tidur." Renjun memperbaiki posisi, memberikan tempat untuk Jaemin berbaring.


Drrtt.


Saat ingin naik ke kasur, Jaemin mendengar telphonnya bergetar.


"Siapa?" Renjun penasaran saat Jaemin melihat ke arahnya. Bermaksud meminta ijin.


"Entah, nomor tidak dikenal."


"Coba bawa kemari." Jaemin menurut, kini dirinya duduk sambil bersandar di headboard. Renjun mengambil alih ponsel Jaemin. "Aku loadspeaker, bisa saja orang salah nomor."


"Iya."


Terdengar suara berisik, kening Renjun dan Jaemin berubah kusut.


"Sepertinya benar salah no—"


"Ini Jaemin Sunbaenim 'kan?"


Jaemin menggedikkan bahu saat Renjun menatapnya meminta penjelasan.


"Jawab saja?" tanya Jaemin dengan cara berbisik. Renjun punya firasat tidak enak. Suara yang menelpon itu perempuan.


"Terserah."


"Oke."


"Sunbae—"


"Iya ini Jaemin, siapa ya?"


Dari seberang kembali berisik oleh suara orang menjerit histeris.


"Sstt, kalian berisik."


"Kalau tidak penting saya matikan."


"Tunggu dulu sunbae, maaf temanku memang berisik."


"Oh, lalu tujuanmu?"


"Ini aku yang tadi meminta tolong sunbae mengenai matkul yang belum dimengerti."


"Terus?"


"Tadi sunbae sudah pergi dulu, aku ingin meminta ijin sunbae."


"Jangan berbelit."


"Maaf sunbae, tapi apa sunbaenim benar-benar tidak bisa membantu? Aku dengar sunbae ahlinya."


"Kau salah orang, saya tidak ahli dimatkul apapun."


"Tap—"


Tut.


"Benar-benar tidak ahli apapun?"


Jaemin mengangkat bahu acuh.


"Tidak boleh pelit Jaem, nanti ilmumu tidak bermanfaat."


"Kukira kau akan merajuk dan tidak mengijinkan."


"Tidak, kan dia niatnya baik. Kutebak, pasti dia besok akan menemuimu."


"Lalu?"


"Ya diajari lah, kasihan."


"Nanti kau bagaimana?"


"Aku bisa pulang naik bus."


"Ei tidak boleh, kalau dia tetap meminta diajari, kau juga harus ikut. Nanti aku rindu."


"Ck, dasar."


"Hehe."


"Mau membuat tanda tidak?"


"Buat apa?"


"Supaya aku tidak diambil orang."


"Eh." Wajah Renjun merah padam.


Keduanya ini memang pasangan yang punya firasat sama. Tidak mudah percaya dengan orang baru. Meskipun awalnya terlihat ramah dan tidak mempunyai niat buruk. Tapi siapa yang tahu kedepannya.


Tbc

Fluffy • JaemRen✔Where stories live. Discover now