Awal

31.8K 2.2K 200
                                    

Attention!!!

Boy × Boy √

Don't get your hopes up with this story √

If you don't enjoy my story ... you can leave~ √

I hope you know how to respect the author √

Short Story √

If i make a typo, you can comment, i will correct it

If you want to speak harshly, must be censored! Or better not ^^

.
.
.


Let's get it~

JaemRen in your areah~

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

"Jaem."

"Jaem."

"JAEMMM!!"

Jaemin yang sedari tadi sibuk dengan game online langsung menyimpan ponselnya mengabaikan voice game mengatakan jika ia kalah. Tanpa rasa bersalah, ia malah menampilan senyum pepsodent. Lalu tangannya terulur, mencoba meraih tangan si pemanggil, tapi dengan tegas ditepis membuat Jaemin sedikit terlonjak kaget. Padahal tangannya tidak sakit ditepis, tidak sama sekali tapi ia malah mengelus dengan tangan lainnya, berpura-pura sakit sambil mengerucutkan bibirnya.

"Sakit," cicitnya, memandangi sendu tangannya, sesekali mencuri perhatian pada pemuda mungil yang tangannya terlipat di depan dada.

"Budu, aku mau pulang aja." Suara ketus memasuki indra pendengaran Jaemin, dan segera menahan si pemilik kalimat supaya tidak berhasil menggerakkan kakinya barang selangkah.

"Katanya ingin menginap?"

"Kitinyi ikin minginip." Renjun mencibir dengan wajah dibuat sedemikian rupa. Bukannya menakutkan malah jatuhnya menggemaskan. Membuat Jaemin ingin mencubit pipi bak mochi pemuda Huang. Tapi sekali lagi tangannya terkena tabokkan.

"Injunnie, hiks."

"Ck, geli aku! Sudah ah lebih baik aku pergi daripada jadi pajanganmu."

"Hehe, ya maaf. Tadi tiba-tiba ada yang mengajak mabar."

"Nah jadi dirimu lebih mementingkan game daripada aku."

"Ya bukan gitu juga, sudah ya jangan marah lagi, sini sini duduk." Sambil menepuk pahanya, Renjun mendelik nyalang, tapi tetap saja menyetujui isyarat tangan Jaemin. "Ulululu, baby Injunnie ku sayang."

"Tanganmu!"

"Kenapa hm? Ini kan punya Nana." Menoel pipi berisi pemuda Huang gemas.

"Ck, aku lapar." Dengan suara pelan tak lupa mata berbinar membuat Jaemin berteriak gemas dalam hati.

"Oke, akan aku pesankan."

"Ih tidak, aku maunya kau yang masak."

"Baiklah, kalau begitu kau berdiri dulu." Renjun malah menggeleng. "Tetap seperti ini sambil kau memasak."

"Nanti kau kepanasan bagaimana?"

"Uh, tapi aku pernah melihat mama digendong baba saat memasak." Bibirnya mengerucut lucu.

"Benarkah? Lalu bagaimana caranya?"

"Ya itu seperti koala. Lagipula aku kan enteng."

"Mengaku rupanya."

"Heh!"

"Apa? Kau kan yang bilang."

"Huh, pesan makanan saja, tapi aku yang pilih."

"Oke."

"Yasudah mana!" Memandang dengan tatapan garang.

"Apanya?"

"Ponselmu!"

"Memangnya punyamu dimana?"

"Ish kalau pake ponselku ya aku sendiri yang makan."

Jaemin menghela nafas pelan. Untung dirinya tampan plus plus, jadi tidak mudah tersulut emosi. "Ini." Walaupun dengan segenap hati karena jika sudah seperti ini kantongnya bisa ludes sekejapan mata.

"Sudah, tinggal tunggu pesanan datang." Dengan senyum sumigrah memberikan ponselnya kembali ke pemiliknya.

Nah benar, Jaemin memasang senyum palsu saat memandangi layar ponselnya yang retak disetiap bagian sudutnya.

Poor Na Bucin Jaemin.

Tbc

A/n Gimana gimana? Ada rasa manis asem pahitnya? Atau hambar?

Wkwk.

Dan kayaknya setiap part ga akan banyak..yang enteng enteng aja.

Sudah cukup book 'Bad Sub' yang berat hehe.

Pay pay~ 🙌

Fluffy • JaemRen✔Where stories live. Discover now