1. Awal dari hukuman Tuhan

2.8K 92 3
                                    

1. Awal dari hukuman Tuhan

Badai terlalu menerpaku tanpa ada pertanda sebelumnya. Mungkin ini harga yang harus aku bayar atas semua yang telah aku lakukan dengan takdir seseorang.

-Annα

[Now Playing]

Aku yang salah- Nuca x Mahalini

00:15 ━━━━⬤─────── 03:35
↺ << ll >> ⋮≡

***

Malam menuju tahun baru yang menyenangkan bagi 2A--Alan dan Anna--yang baru saja menghabiskan waktu mereka di Pasar Malam. Menaiki Bianglala bersama, memakan permen kapas, dan kesenangan lainnya.

"Na kayanya bentar lagi hujan, nih kamu pake jaket aku dulu. Dingin" kata Alan sambil menyampirkan jaket di bahu Anna dan membenarkan posisinya. "Makasih" ucap Anna sambil tersenyum bahagia melihat kepedulian Alan.

Dan benar, langit langsung menumpahkan rintik airnya dengan banyak. Mereka sedang berteduh di sebuah rumah milik paman Alan yang dekat dari Pasar malam. Pamannya lembur, jadi hanya ada mereka berdua disana.

Disinilah kisah rumit mereka berdua dimulai. Dengan rasa yang sudah tak bisa ditahan dan keadaan alam yang mendukungnya. Entahlah, bagi mereka hari itu adalah penyempurnaan rasa cinta yang diberikan satu sama lain. Yang berakhir dengan penyesalan,mungkin.

***

Satu bulan kemudian, Anna menatap kalendernya. Sudah satu bulan dia telat menstruasi, entah mengapa. Saat dia mengingat apa dia memakan es terlalu banyak sepertinya tidak, Anna sudah mengurangi kebiasaannya memakan es batu karena dilarang oleh Alan.

Alan, dia mengingat sesuatu tentang mereka. Jantung Anna tiba-tiba berdebar tidak karuan. "Anna? Apa yang udah lo lakuin? Bodoh! Bodohh!!" Anna mengutuk dirinya sendiri sambil memukul kepalanya berkali-kali.

Oke Anna, tenangin diri lo. Cek dulu, siapa tau nggak. Dan seandainya itu beneran Alan bilang akan tanggung jawab kan? Tenang oke, tenang. Anna menarik napasnya panjang lalu mengembuskannya perlahan, dia memesan testpack lewat aplikasi ojek online.

Tak lama alat tes kehamilan itu diantar oleh seorang berjaket hijau.

"Makasih pak" tutur Anna pada ojol itu lalu memberikan uang selebaran 50 ribu. Lumayan rejeki nomplok, batin si bapak tapi sedetik kemudian merasa tidak enak karena dia mengingat apa yang di pesan si 'neng' tadi.

"Kelebihan neng, saya gak ada kembalian." Pria paruh baya berjaket hijau itu menyodorkan kembali uang dari tangannya.

Anna menggeleng sambil tersenyum kecil "Buat bapak aja, makasih ya."

"Makasih banyak ya neng" ucapnya pada Anna. Untung aja Mama sama Papa lagi perjalanan bisnis ke USA batin Anna. Jadi dia dapat leluasa tanpa harus mengendap-endap saat mengecek kebenaran ini.

Iya, Anna terbiasa mengurus dirunya sendiri di rumah. Bahkan terbiasa membereskan seisi rumah di pagi hari. Sebenarnya Anna memang anak rajin dan pintar, hanya saja otaknya sedang gangguan saat melakukan 'itu' dengan Alan.

Anna mengikuti tatacara yang tertulis pada bungkus alat itu. Dia sedang menunggu hasilnya dengan gelisah. Tentu saja, siapa yang tidak gelisah jika ada orang yang diposisinya saat ini. Hasil itu sudah terlihat sekarang, Anna memberanikan menatap testpack-nya.

Satu garis.

.

.

.

Dua garis?

Jantung wanita dengan baju piyama itu berdetak kencang. Keseimbangan badan gadis itu tidak stabil membuatnya tersentak terduduk ke lantai. Air bening dari mata cantik itu meluncur bebas.

Sebuah kesalahan [End] Where stories live. Discover now