2.) Cowok Tamvan
.
.
.
"Pelan-pelan dong ah, kaki gue juga sakitnih!" Bella mendengus sebal.
Dalam keadaan memapah cowok mabuk bagian tangan kanan membuat kakinya terasa lebih sakit.
Pasalnya sekarang dia jadi korban tabrak yang sialnya melukai kakinya, dan anehnya malah ikut membantu seorang cowok memapah orang mabuk disini.
Ino melirik. "Bentar lagi nyampe, tuh pintunya." tunjuknya dengan dagu.
"Btw sorry soal tadi. Nih bocah nih yang rese nggak ketulungan." Ino membuka pintu. Melempar tubuh Reza dalam sofa. "Makasih bantuin."
Bella memutar bola mata. "Lo kan yang maksa. Mohon mohon nggak ngelaporin and malah nyuruh ngebantu."
"Ngegas amat mbaknya," kekeh Ino duduk.
"Gue cuma jelasin."
Harus bersyukur Bella memiliki hati prihatin. Tapi bukan Bella jika tidak memanfaatkan.
Cowok ini berjanji mengantarnya pulang ke kost. Bella tidak bodoh membaca situasi kosong yang tentu tidak akan ada pengendara dijam 12 malam gini.
"Ngomong-ngomong nama gue Ino, kalau ini Reza," katanya menggaruk tengkuk.
Bella hanya mengangguk. "Gue Bella. Dan gue haus banget." ucapnya menyandar pada dinding.
Ino menselonjorkan kaki diatas meja, dan punggung disofa. "Disana tuh dapur, kulkasnya sebelah sana," ucapnya menunjuk bagian kanan.
Langsung saja Bella pergi. Menoleh sebentar memastikan Ino masih berkutat pada ponsel. Lalu lanjut mengambil satu kaleng sprit dari kulkas. Meneguknya santai sampai suara Ino menginterupsi.
"Nih ada betadin, lo bisa make sendirikan? Gue taruh meja sini."
Bella menyandar kulkas, meneguk sprint sambil melihat-lihat ruangan. "Oke, nanti gue pake."
"Eh Bel jagain Reza bentar gimana? Gue balik dulu."
Bella membulat. Tenggorokannya langsung tersedak. "Maksut lo?"
"Mami gue dah koar-koar nyuruh balik nih." Ino menghampiri, ikut mengambil sprint dan meneguknya. "Entar Egil kesini bawain mobilnya Reza, nah orangnya dah gue chatt nih biar anterin lo pulang—"
"Yang janji di mobil anterin gue pulang tadi siapa? Gue udah berbaik hati nih nggak laporin lo ke polisi." decak Bella jadi kesal sendiri. "Gue juga udah bantu lo ngangkat tuh orang."
Ino mengacak rambutnya. "Nih urgent banget Bel."
"Lo kira gue nggak urgent?" ketus Bella. "Sendirinya yang ngomong, sendirinya juga yang batalin seenaknya."
"Nggak gitu anjir! Nih Mami gue—"
"Lo udah janjiya sama gue tadi. Nggak mau tahu, pokoknya lo anter gue balik," putus Bella meraih tas.
Ino menunduk, masih menspam kontak Egil yang dari tadi hanya centang dua.
"Arah kos lo sama rumah gue beda arah Bel, lo tadi bilangkan di mobil."
"Ya lo juga ngiyain kan? Bilang gpp tadi, lupa?!" Bella berhenti didepan pintu. Menengok sebal mengatahui Ino fokus ke hp.
"Ya kan nih masalah Mami," cicit Ino
mematikan panggilan masuk yang dari tadi berdering.
Bella menghela nafas, bersidekap. "Bilang aja lo nggak mau nganter gue? Ya kan?"
YOU ARE READING
When. You. Go
Teen FictionPemilik rambut hitam legam sebahu yang selalu menguncit belakang rambutnya itu hanyalah gadis biasa bernama Bella. Sosok gadis yang kehilangan kabar tentang pacarnya, dan dengan otak gila mencari pacarnya ke Bali. Sangat konyol bukan? Tapi lebih k...
