[23] MURID PINDAHAN

Mulai dari awal
                                    

Lea membelalakkan matanya. "Loh, masa sih? Kamu anak baru?"

Raskal memutar kedua bola matanya. "Iya. Ayo tunjukkin ke gue dimana kelasnya."

Dengan semangat Lea menarik tangan Raskal, membawanya menuju kelas 12 MIPA 1. Selama diperjalanan, Lea terus berceloteh. Gadis itu memberitahu ruangan-ruangan fasilitas sekolah seperti perpustakaan, lab komputer, dll.

Raskal tidak fokus terhadap penjelasan Lea. Laki-laki itu lebih fokus menatap raut wajah Lea yang amat menggemaskan dimatanya ketika mulutnya terus berceloteh.

"Nah, kita sampai," ucap Lea lalu melepaskan tangannya dari tangan Raskal.

Raskal memandangi kelas barunya. Cukup bersih dan rapi, beberapa hiasan dan pigura foto pahlawan terpajang di dinding. Tidak buruk, Raskal menyukai kelas barunya ini.

"Ayo masuk," ajak Lea masuk ke dalam kelas.

Raskal mengikuti langkah kaki Lea dari belakang. Para siswa yang ada di kelas tampak heran dengan kedatangan seorang laki-laki yang tidak mereka kenali. Lain halnya dengan para siswi, mereka menjerit tertahan melihat kedatangan Raskal.

Baru saja Lea hendak duduk di kursinya, Raskal menahannya.

Lea mengernyitkan dahinya, menatap ke arah Raskal dengan penuh tanda tanya. "Kenapa?"

"Lo duduk sama gue."

"Tapi—"

"Lo." Raskal menunjuk ke arah Stella. "Duduk sama dia," titahnya seraya beralih menunjuk ke arah Zia yang tengah membaca buku.

Baru saja Stella hendak memaki-maki orang yang sudah mengganggunya mengerjakan tugas, tapi Stella mengurungkan niatnya saat melihat Raskal. Stella tahu siapa Raskal. Laki-laki mostwanted SMA MENTARI sekaligus selebgram dengan wajah tampannya membuat para gadis terkagum-kagum.

Stella bangkit dari duduknya, mengambil tas dan buku-bukunya lalu pindah duduk di samping Zia yang masih asik membaca bukunya.

"Udah, puas kan lo?" tanya Stella dengan sinisnya membuat Raskal tersenyum miring.

Lea hanya pasrah saja ketika Raskal menyuruhnya untuk duduk di pojok, dekat jendela. Sedangkan laki-laki itu duduk tepat di sebelahnya.

Seperti biasa, sebelum pelajaran dimulai Lea selalu menyempatkan dirinya untuk membaca buku pelajaran terlebih dahulu.

Raskal menyengol lengan Lea. "Gue liat."

"Mana buku kamu?" tanya Lea saat melirik tas Raskal hanya berisikan beberapa buku tulis di dalamnya.

"Belum ambil di perpus," jawab Raskal.

Lea manggut-manggut. Gadis itu menggeser buku yang tengah dibacanya ke tengah-tengah meja. Keduanya pun membaca buku bersama.

Para siswi yang melihat itu nampak iri dengan Lea. Sudah dekat dengan Leo, kini gadis tersebut dekat dengan Raskal.

▪️▪️▪️

"Raskal," panggil Gani ketika guru yang mengajar sudah keluar kelas.

Raskal hanya menaikkan sebelah alisnya sebagai respon. Terlalu malas rasanya bagi Raskal bisa satu kelas kembali dengan Gani, temannya saat SD. Dulu, Gani selalu membully-nya.

"Mau ke kantin bareng?" tawar Gani.

Raskal berdecih, menatap Gani dari atas kepala hingga kaki. "Nggak sudi gue deket-deket sama laki-laki munafik kayak lo." Setelah mengatakan itu, Raskal menarik tangan Lea keluar kelas.

"Kita mau kemana?" tanya Lea bingung.

"Kantin. Gue laper, belum makan dari pagi," balas Raskal diangguki oleh Lea.

Keduanya pun berjalan beriringan menuju kantin dengan Lea yang menunjukkan dimana letak kantinnya berada.

"Raskal kenal Gani?" tanya Lea penasaran.

Raskal mengangguk. "Iya, dia dulu sering bully gue."

"Sejak?"

"SD."

Lea membelalakkan matanya. "Nggak nyangka Lea kalo Gani suka bully orang dari SD. Padahal dia baik banget sama Lea."

Tak terasa saat diperjalanan mereka terus mengobrol, kini keduanya pun sampai di kantin. Raskal dan Lea menjadi pusat perhatian para siswa-siswi yang melihat ke arah keduanya.

Raskal menarik kursi, menyuruh Lea untuk duduk. Perlakuan manis Raskal pun membuat beberapa siswi yang melihatnya memekik tertahan. Menurut mereka, Raskal tampak gentleman dan romantis.

"Lo mau pesen apa?" tanya Raskal.

Lea terdiam. Seketika gadis itu menepuk jidatnya. "Lea bawa bekal dari rumah. Tadi kamu main tarik tangan Lea gitu aja, jadinya ketinggalan di kelas deh."

Raskal menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa bersalah pada Lea. "Nanti gue ambil deh ke kelas. Ada di tas lo, kan?"

Lea mengangguk. Sedetik kemudian Raskal berlari keluar kantin menuju kelas. Setelah kepergian Raskal, Lea merasa bosan. Untungnya saja tadi Lea sempat membawa ponselnya.

Beberapa menit kemudian Raskal datang menghampiri Lea dengan nampan berisikan semangkuk mie ayam dan es jeruk. Tak lupa juga ada kotak bekal milik Lea.

"Makasih," ucap Lea seraya membuka kotak bekal miliknya. Isinya terdapat nasi goreng sosis beserta telur mata sapi.

"Itu lo yang buat sendiri?" tanya Raskal. Bekal yang dibuat Lea persis seperti bekal anak TK. Dibuat sedemikian rupa sehingga mirip seperti Mickey Mouse.

Dengan semangatnya Lea mengangguk. "Lucu, kan? Kamu mau cobain?"

Ragu-ragu Raskal menganggukkan kepalanya, merasa penasaran dengan rasa nasi goreng buatan Lea. Raskal akui bahwa nasi goreng itu tampak mengiurkan di matanya.

Lea mulai menyuapkan sesendok nasi goreng buatannya pada Raskal. "Gimana? Enak nggak?"

Raskal terus mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya. Hal itu membuat Lea merasa tidak sabar dengan respon Raskal.

"Raskal, enak nggak?" tanya Lea sekali lagi.

Raskal mengacak rambut Lea dengan gemas. "Enak kok, kapan-kapan buatin buat gue juga ya?"

Lea berpose hormat pada Raskal. "Siap, pasti Lea buatin."

Keduanya pun mulai memakan makanan masing-masing. Lea tak henti-hentinya tertawa dan tersenyum saat beberapa kali Raskal melemparkan candaan untuknya.

"Itu cowok yang sama Lea siapa sih?" tanya Aldo penasaran karena sedari tadi para siswi yang ada di sekitar mereka terus membicarakan Lea dan laki-laki yang tidak dikenalnya.

"Oh, itu Raskal. Dia anak pindahan. Kebetulan sekelas sama Lea," balas David melirik sekilas ke arah Lea dan Raskal yang terlihat semakin akrab.

Tatapan tajam Leo sedari tadi tak pernah lepas dari Lea dan laki-laki yang bernama Raskal itu. Tanpa Leo sadari tangannya mengepal kuat, tidak suka melihat kedekatan keduanya.

"Shit," umpat Leo mendorong kursi yang didudukinya hingga jatuh ke lantai, menimbulkan suara yang begitu berisik hingga hampir seluruh kantin menatap ke arahnya. Tapi sayang, suara yang ditimbulkan oleh Leo tak membuat Lea dan Raskal menghentikan obrolannya. Hal itu pun membuat Leo semakin kesal.

Dengan emosi Leo keluar kantin, meninggalkan teman-temannya yang menatap Leo dengan tanda tanya.

"Itu si Leo kenapa sih?" tanya Bobby seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, masih merasa kaget dengan ulah Leo tadi.

"Cemburu, tapi gengsi mau bilang," balas David dengan santainya seraya melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda.

TBC

aku rajin update, kalian harus rajin juga vote dan comentnya. simple kan?

yuk bisa yukk 400 vote, aku tunggu loh wkwk

NEXT?

ANTALEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang