Chapter 10: Exhausting day

32 28 22
                                    

Please vote dan kommentnya🙏🏻

Vinka menyusuri jalan dikota seoul dengan tatapan kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vinka menyusuri jalan dikota seoul dengan tatapan kosong. Sesekali menabrak orang yang berlalu lalang sampai dimaki, tapi vinka hanya meminta maaf setelah itu pergi, seperti tidak terjadi apa-apa. Dia berhenti didepan toko tteokbokki, lalu masuk kedalam dan memesan dua porsi untuk dimakannya nanti diapartemen. Hari ini dia baru saja menjenguk hajoon dirumah sakit. Tadi malam selepas perginya jungkook dan dua kakaknya itu pulang, tak lama dia mendapat telfon dari hajoon yang menelfon dengan telfon rumah sakit. Dia menangis meminta tolong pada vinka untuk menemaninya dirumah sakit. Bukan, bukan hajoon yang sakit, tapi Wang hayoung, adik perempuannya yang masih balita. Ayahnya tidak ada disana, karena harus kejeju untuk masalah pekerjaan. Sesampainya vinka dirumah sakit, dia melihat hajoon yang menenggelamkan wajah sembari memeluk lututnya, duduk diatas kursi didepan ruangan yang bertuliskan ICU. Bahkan kehadiran vinka tidak membuatnya mendongakkan kepala dan masih saja sesenggukkan menyembunyikan wajahnya. Vinka lalu duduk disebelahnya, memeluk tubuh bergetar itu dengan mati-matian menahan air matanya. Belum pernah melihat anak nakal itu serapuh ini.

Vinka menjaga hayoung sekaligus hajoon ketika hayoung sudah dipindahkan keruang rawat inap. Mengetahui bahwa hayoung dilarikan kerumah sakit karena diare parah disertai muntah, yang menyebabkan sibalita dehidrasi dan lemas. Hajoon yang tidak tau apa-apa karena pembantu yang biasanya bersih-bersih dirumahnya sudah pulang. Ia langsung berlari keluar sambil menggendong adik kecilnya, menyetop taxi untuk menuju rumah sakit. Bahkan dia tidak membawa apapun, termasuk uang, yang ada dipikirannya hanyalah menyelematkan sang adik. Jadi vinka yang bertanggung jawab semuanya, menjadi wali dan membayar tagihan rumah sakit itu.

Vinka kelelahan, semalaman tidak tidur, hanya waktu menjelang pagi hari ia tidur. Tidak lama, tapi cukup mengisi energinya. Beruntung pembantunya hajoon datang kerumah sakit dan menyuruhnya untuk beristirahat. Tau jika vinka pasti kurang tidur, terlihat dari kantung matanya yang menghitam.

Sesampainya diapartemen, vinka buru-buru membersihkan diri, setelah itu makan dan dilanjutkan dengan merebahkan dirinya diatas ranjang empuknya. Memejamkan mata, sejenak berpikir betapa hidupnya sangat berat dinegara ini. Melawan kemalasan yang sudah menjadi hobinya ketika dirumah, saat tinggal bersama kedua orangtuanya. Belum pernah vinka merasakan hidup sulit seperti yang saat ini ia rasakan. Dengan berperan sebagai gadis sebatang kara yang mengharuskannya mendengar kata 'kau dipecat' berkali-kali. Hidup lebih tidak adil karena ternyata ia ditakdirkan menjadi seorang pengasuh anak-anak yang bermasalah, anak-anak kekurangan yang membutuhkan kasih sayang orangtua, yang tidak pernah mereka dapatkan. Dia mengesah ketika bel pintunya berbunyi. Bangun dari ranjang, menuju pintu utama dan membukanya, tanpa mengecek layar interkom. Lagi. Dia mengesah lagi saat melihat sebuah kursi roda dengan gadis kecil duduk diatasnya. Tersenyum. Sendirian didepan pintu apartemennya. "Kau sendirian? Dimana Im hari?" Tanya vinka.

Lala menggeleng. "Eomma urusan, jadi aku tadi diantar sampai lobi saja"

Vinka tersenyum. "Sepenting itukah urusannya? Sampai membuat kau kemari sendirian"

Life Goes On || JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang