"Iya, baru sampai," katanya. "Saya turun duluan." pamitnya.

Dyta mengangguk, lalu mengambil tasnya. Dia melihat fotonya dan Aben sebelum akhirnya merapikan penampilan seadanya dan turun ke bawah.

"Handphonenya Mas Aben nggak aktif Mama," samar, Dyta mendengar suara adik Aben mengoceh. "Nggak bisa dihubungin, lah!" katanya lagi.

Hati Dyta mencelos. Rupanya bukan hanya dia, tapi semua orang berusaha menghubungi Aben. Kelewatan benar Aben. Bahkan, keluarganya sendiri pun tak dia hubungi.

"Oh, Kak Dyta?" seru Gira melihat Dyta yang berdiri di anak tangga, mematung.

"Hai, Gi," kata Dyta melambaikan tangannya. "Hei, um.."

"Kakak ngapain disini? Maa.." seru Gira. "Ada Kak Dyta nih!"

"Um," Dyta menggumam. "Darimana, Gi?"

"Dari rumah keluarganya Papa. Ada nikahan sepupu, Kak. Gira ke kamar dulu ya, capek banget kak. Oh ya, Mas Aben.."

"Dyta.." seru Mama Aben.

Dyta mendongak menatap mama Aben. Dia memegang dua buah tas di tangannya "Dek, ambil tasmu ini," perintahnya sambil menjatuhkan salah satu tas ke lantai.

"Ah, taruh aja disana, biar bibi yang bawain. Adek capek, Ma!" katanya ngeloyor pergi tanpa mempedulikan mamanya.

Langkah kaki Dyta tak lagi seringan saat dia datang. Berhadapan dengan mama Aben seperti ini, adalah pilihan terakhir yang mau dia pilih. Dia belum siap kalau saja Mama Aben menanyakan apa yang terjadi pada anaknya.

"Hai Sayang, sudah lama disini," ujarnya.

"Ee, iya Tan, itu saya mau ambil sesuatu dari Aben."

"Ketemu apa yang dicari?" tanyanya.

BELUM! Seru Dyta dalam hatinnya.

Mama Aben mengusap wajahnya seraya menghela nafas panjang.

"Tante darimana? Capek banget kelihatannya," ujar Dyta.

"Iya, ada acara nikahan keponakan Oom di luar kota. Kamu kok tahu Tante capek banget," dia tertawa. "Kamu mau kemana sekarang? Ayo duduk sebentar, sudah lama Tante nggak ngobrol sama kamu." dia memegang tangan Dyta.

Dyta menelan ludah. Dia tidak bisa. "Kayaknya nggak hari ini deh, Tan. Tante lebih baik istirahat aja dulu. Saya bisa mampir lain kali kok. Tante capek banget soalnya,"

"Hm, iya sih tapi ya sudah deh. Janji ya kamu mampir lagi."

Dyta menggigit bibirnya, lalu memaksakan senyum "Iya, Tan."

Wanita itu kembali mengambil tas yang tadi dia jatuhkan "Oh ya, apa kamu bisa ngubungin Aben beberapa hari ini?" tanyanya.

Dyta menatap Mama Aben, lalu menggeleng "Maaf, Tante, tapi kayaknya Aben.."

"Lho.. ada Dyta!" seru papa Aben kali ini. Laki-laki yang baru masuk ke dalam rumah itu tampak santai dengan setelan kemeja lengan pendek dan celana katun hitam. Kacamata hitam baru di lepasnya saat menyapa Dyta.

"Hai, Oom," sapa Dyta. "Maaf, Dyta kesini pas nggak ada orang, mau ambil sesuatu soalnya, Oom."

"Oh nggak papa. Oom masuk dulu ya kalau gitu," katanya tersenyum. Senyum yang dia wariskan pada Aben. "Oh ya, ketemu yang kamu cari?"

Dyta mengedipkan matanya beberapa kali "Iya, iya Oom sudah ketemu."

"Oh kirain belum ketemu,"

Mama Aben tertawa "Kalau nggak ketemu tanya aja sama orangnya simpen dimana!"

Tukar PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang