Part 3

13K 1.3K 80
                                    

"Usia tujuh belas tahun. Dia layaknya bunga yang sedang mekar, dan kumbang akan berlomba-lomba ingin menghisap madunya."

- Aaron Maxwell -

--------------------

Arabella melirik jam di pergelangan tangan kanan. Pukul 20.00 waktu setempat, belum terlalu larut untuk bersantai dan menyantap menu makan malam di sebuah café. Malam itu, ia baru saja selesai berjalan-jalan di mall, membeli satu set accessories untuk kado ulang tahun salah satu temannya.

Suasana café cukup ramai. Arabella mengedarkan pandangan ke sekitar tempat duduknya. Di sebelah kanan, sekumpulan remaja asyik menikmati burger dan minuman soda. Sementara di sebelah kiri meja, seorang anak berusia sekitar tujuh tahun, bersemangat mengoceh menceritakan kegiatan sekolah pada ayah dan ibunya. Oke, yang paling menyebalkan di mata Arabella adalah meja di depan Arabella. Seorang lelaki yang bersikap sok romantis menyuapkan sepotong daging untuk sang kekasih.

Arabella mendengus. Seharusnya ia tidak mengambil tempat duduk di dekat pasangan itu. Astaga, bagaimana mungkin mereka tega bermesraan di hadapan seorang gadis yang menikmati menu makan malamnya seorang diri. Seketika Arabella mengutuk Aaron.

Ya, Aaron menolak ajakan Arabella untuk makan bersama. Lelaki itu lebih memilih berjaga di luar ruangan café. Dari pintu kaca, Aaron leluasa mengawasi nonanya. Menggunakan insting dan mata elangnya untuk mendeteksi setiap bahaya yang sewaktu-waktu mengancam nyawa Arabella.

It's okay, setidaknya selama beberapa hari sejak Aaron menjadi pengawal, lelaki itu tidak membosankan. Di balik sikap dinginnya, Aaron merupakan pribadi menyenangkan ketika diajak berbicara. Meski Aaron lebih mengarah ke type seorang pendengar setia.

Arabella menghirup aroma khas steak daging yang baru saja disajikan di atas meja. Tampilan menggiurkan, dilengkapi dengan makanan pembuka berupa salad yang terdiri dari irisan kecil wortel, alpukat, daun selada, paprika merah, tomat, serta kacang polong.

Secangkir cokelat panas mengepul di tengah meja, menguarkan aroma harum yang menggugah selera. Baiklah, saatnya Arabella mengalihkan perhatian dari keromantisan sepasang kekasih yang membuat ia merasa iri. Tatapan Arabella terpusat pada irisan steak berlumur mushroom sauce favoritnya.

Oh, astaga! Entah sampai kapan Arabella harus duduk dan menikmati makan malam seorang diri. Menunggu sampai ksatria pemberani hadir dalam hidupnya? Membosankan!

Arabella mengiris steak, lalu membawa potongan kecil itu ke dalam mulut. Tekstur daging lembut dan terasa juicy. Sangat memanjakan lidah, terlebih jika dimakan ketika perut dalam keadaan lapar. Di suapan kelima, Arabella terpaksa meletakkan sendok di atas piring karena Aaron terburu-buru masuk dan menghampirinya.

Lelaki dengan T-shirt hitam itu membungkuk dan berbisik tepat di telinga Arabella. "Tuan Osvaldo baru saja menelepon. Mansion diserang musuh, dan beliau meminta saya untuk membawa Anda ke tempat yang aman. Malam ini Anda tidak bisa pulang."

Serentetan kalimat itu membuat Arabella membeliakkan mata lebar-lebar. "Kau bercanda?"

"Saya serius, Nona. Kita harus segera pergi dari sini."

"Bisa tunggu sebentar? Aku belum selesai makan."

"Tidak bisa, Nona. Kita tidak tahu jika seandainya musuh saat ini sedang mengincar Anda."

"Tiga menit saja."

"Dan menjadikan ini sebagai makan malam terakhir Anda?" Aaron menarik lengan Arabella agar beranjak dari kursi. Kemudian, lelaki itu mengambil beberapa lembar uang dari dompet dan meletakkan di atas meja.

Fallen [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang