Tidak bisa melihat

350 16 0
                                    

"Kenapa pada saat besar kita disuruh menulis menggunakan pena sebagai pengganti pensil? Jawabnya, agar kita tahu betapa beratnya menghapus sebuah kesalahan. Walau di hapus menggunakan tip-x pun masih tetap akan membekas dan tentunya tidak akan seindah seperti dulu lagi"
-Aldebara Lavinio Abraham-

Dengan ganas dan mengerikan, Haikal berjalan ke arah Aldebara yang tengah berdiri diparkiran sekolah hendak pulang. Ia menarik tas Aldebara secara tiba-tiba ke belakang hingga sempat membuat Al terseret kebelakang. Namun dengan sigap, Al menepis tangan Haikal.

"Cari gara-gara lo?" Tanya Aldebara tak suka.

"Lo tuh bener-bener kelewatan bangsat. Chika udah mohon-mohon sama lo sampe jatohin harga dirinya di depan semua orang. Tapi lo malah gak peduli?"

Aldebara tertawa sinis "Emang dia punya harga diri"

"Bangsat!!!!" desis Haikal tak suka. Aldebara benar-benar sudah kelewatan sekarang. Ia melayangkan sebuah pukulan tepat di sudut bibir cowok itu.

"Lo kenapa? Lo peduli banget sama dia? Apa jangan-jangan lo suka sama dia?"

Haikal memejamkan matanya "Dia sakit bego!!!! Dia bakal meninggal. Umur dia udah gak lama lagi" ujar Haikal dalam sekali tarikan. Ia benar-benar emosi hingga kelepasan.

Aldebara sempat terkejut, namun ia tak percaya. Terlalu banyak kebohongan di hidup Chika baginya. Al hanya tertawa sinis "Lo pikir gue percaya?"

Haikal menggeleng tak habis pikir "Lo bener-bener kelewatan. MANA ALDEBARA YANG KATANYA SANGAT MENGHORMATI WANITA DAN GAK TERIMA KALO WANITA DI INJEK-INJEK HARGA DIRINYA?!!! LO SENDIRI SEKARANG YANG INJEK-INJEK HARGA DIRI CHIKA!!!....."

"Lo sama aja kaya anjing yang jilat ludahnya sendiri!!" Ujar Haikal menusuk di akhir kalimatnya.

Bughhhh.

Sebuah pukulan keras melayang di pipi Haikal. Kini Al tengah terpancing emosi, mungkin dirinya sedikit tersinggung dengan ucapan Haikal. "Lo gak usah asal ngomong yah" peringat Al lalu menunjuk wajah Haikal.

"Kita ketemu di tempat biasa. Udah lama gak balapan. Dan kalo lo kalah, lo harus siap-siap minta maaf ke Chika bahkan kalo perlu lo sujud dan bikin bokapnya dapat hak dia kembali"

Aldebara diam sejenak nampak berpikir "Oke. Dan kalo lo yang kalah?"

"Gue bakal jadi babu lo selama seminggu"

"Deal" ujar Aldebara menjulurkan tangannya. Namun Haikal tak menyambutnya. Ia sudah terlanjur muak dengan cowok itu. Dengan kasar ia menabrak bahu Aldebara lalu naik ke atas motornya melenggang pergi.

*****

Malam ini cuaca sangat buruk. Sedang turun hujan dengan angin yang begitu deras mengguyur jalanan kota. Bahkan di sertai dengan suara gemuruh petir seolah langit ingin runtuh dari atas sana.

Aldebara dan Haikal sudah siap dengan motor mereka. Kini hanya ada mereka berdua di jalan mati yang biasa menjadi area balap ini, karena Haikal yang menyuruh agar mereka benar-benar satu lawan satu. Deruman motor dengan suara yang keras pun tidak dapat di hindari. Baik Haikal maupun Aldebara saling melemparkan tatapan tajam seolah ada dendam pribadi satu sama lain antara mereka. Asap pun berterbangan di udara seolah menjadi saksi permusuhan antara mereka.

CHIKAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang