Mulai peduli

377 30 0
                                    


"HAIKALLL!!!!" Teriak Aldebara menggema ke seluruh ruang kelas.

Setelah mengantar Chika ke kelasnya. Ia segera bergegas ke kelas Haikal. Siapa pun tidak ada yang berani menghalangi jalannya.

Walau terlihat tenang dan santai. Aldebara dapat menyerupai singa yang kelaparan jika sedang marah.

"Berani lo Al masuk ke kandang singa" ujar Haikal meremehkan. Ia yang tadinya sedang bercanda gurau dengan teman-temannya kini bangkit menghampiri Al di ujung pintu kelas.

Tanpa basa basi lagi, Al menarik kerah baju Haikal lalu melayangkan pukulan secara tiba-tiba. Karena tak siap, pukulan itu sukses membuat Haikal jatuh tersungkur di lantai. Haikal merasakan memar yang luar biasa di pipinya. Ia bangkit hendak membalas Al. Namun belum sempat ia membalas Al sudah lebih dulu menghajar perutnya.

Aldebara membabi buta, ia membanting Haikal kesana-kemari hingga membuat meja dan kursi di kelas itu berantakan.

Darah sudah bercucuran dari hidung dan bibir Haikal. Semakin lama Aldebara semakin membabi buta. Tidak ada satupun yang berani memisahkan mereka. Semua hanya menonton dari luar kelas.

Al menyandarkan Haikal yang telah lemas di dinding papan tulis "Lo denger baik-baik. Jangan pernah ganggu apapun yang berhubungan dengan Aldebara"

"Lo tahu kan Kal. Gue gak akan ganggu orang kalo dia gak ngusik ketenangan gue"

"Dan, Rachika itu bagian dari Gue. Jadi jangan berani macem-macem.."

"Sekali lagi lo nyentuh dia apalagi berani bikin dia nangis. Lo inget muka gue baik-baik" ujar Aldebara panjang lebar memperingati Haikal yang sudah tak berdaya.

Tangan Al sudah siap melayangkan pukulan lagi. Namun Azam dan Fadil datang. Mereka segera menarik mundur Al dengan sekuat tenaga. Karena Al masih saja berniat maju dan menghabisi Haikal tanpa ampun.

"Al stop. Anak orang bisa mati" ujar Azam mengingati.

Melihat Haikal sudah tergeletak lemah di lantai. Al menahan diri. Ia merapikan seragamnya yang sedikit berantakan. Dengan geram Al mendekati Haikal lalu menendangnya kasar kemudian melenggang pergi keluar. Ia menerobos kasar kerumunan murid yang dari tadi menontonnya. Manda yang melihat kejadian itu hanya bergidik ngeri melihat Al. Sempat berpapasan dengan Al namun dirinya menunduk dan melangkah pergi. Ia buru-buru ingin mencari Chika dan ingin menceritakan semuanya.

***

Fadil dan Azam berusaha menenangkan Aldebara. Azam memberikannya sebotol Air mineral yang ia beli tadi sedangkan Fadil mengipasi tubuh Al yang penuh keringat dengan buku catatan miliknya.

Mereka duduk di meja Al dan Azam sedangkan Al duduk dengan tenang di bangku miliknya. Ia hanya menampilkan raut wajah datar. Jujur saja Fadil dan Azam tidak pernah melihat Aldebara semarah ini. Entah kenapa akhir-akhir ini ia mudah terbawa emosi.

Padahal dulu Al adalah orang yang paling malas untuk beradu jotos. Karena dulu Ia orang yang sangat cuek dan tertutup. Ya walau sekalinya ia berantem itu berati seseorang yang mulai lebih dulu. Anehnya sekarang setiap kali mendengar nama Rachika ia mudah sekali untuk mengangkat tangannya.

"Heran deh gue Al. Kok bisa sih, akhir-akhir ini lo sering berantem. Kalo kegep guru BK kan bisa fatal bego" cerocos Azam.

Fadil sudah merasa lelah mengipasi Al. Ia membalikan buku di tangannya kemudian mengipasi dirinya sendiri "Iya. Kok bisa sih. Dulu aja mau dipancing pake umpan apapun lo gak mudah tuh ke pancing emosi" ujar Fadil ikut bicara.

"Oh gue tau. Lo beneran suka ya sama Chika. Ngaku lo" desak Azam dengan senyum jahil.

Al hanya memasang wajah datar "mungkin" jawabnya seadanya.

CHIKAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang