PART 1

93 23 12
                                    

"Mari kita akhiri sebuah hubungan yang salah, ayo kita sama sama memperbaiki diri, untuk hubungan yang di ridhai alloh kelak"

Muhammad Yusuf Ibrahim

Bandung, 2 tahun yang lalu

Cuaca kota bandung pada pagi ini terlihat sangat cerah, secerah hatiku yang sedang merasakan kebahagiaan tiada tara. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari wisudaku, hari dimana aku akan mengakhiri masa masa sekolah, dan resmi menyelesaikan program wajib belajar 12 tahun.

Kebahagiaan yang lainnya adalah, hari ini aku akan bertemu lagi dengan dia, pacarku. Setelah satu tahun lamanya kami berpisah, akhirnya hari ini pun tiba. Hari dimana, rindu diantara kami akhirnya menjadi temu.

Dia, Muhammad Yusuf Ibrahim, dia adalah mantan kakak kelasku. Kami sudah berpacaran selama empat tahun, tiga tahun kami menjalaninya di sekolah, dan satu tahunnya lagi, kami terpaksa harus menjalani hubungan jarak jauh.

Dia memutuskan untuk masuk ke pesantren yang di pimpin oleh kakeknya, yang berada di kota Yogyakarta. Sebenarnya kami masih satu pulau, satu negara, satu benua dan satu planet bumi. Tapi entah mengapa aku merasa, ia selama ini sangat jauh, dan tak jarang membuatku menangis setiap malamnya, karena teringat akan dirinya.
......
Aku sampai di depan gerbang sekolahku, langsung saja aku masuk ke area sekolah dengan semangat dan senyuman bahagia yang tak pernah luntur dari wajahku.

Suasana sekolah sudah cukup ramai, banyak siswa siswi seangkatanku yang sedang berbincang bincang dengan orang tuanya. Mengingat orang tua, aku jadi berkecil hati, karena nyatanya aku sendiri pun tak tahu siapa orangtuaku. Selama ini aku tinggal di panti asuhan. Bunda Aisyah, pemilik panti tempatku tinggal, adalah sosok yang ku jadikan orang tua, Bagiku dia segalanya dalam hidupku.

Hari ini beliau tidak bisa datang, karena sedang tak enak badan. Alhasil aku pergi sendiri, dan hal tersebut menjadikan ku semakin terlihat saja seperti anak sebatangkara.

"Kaisa" langkahku yang sedang menyusuri koridor terhenti. Aku menoleh kebelakang, ke arah seorang pria yang sedang berdiri sambil tersenyum, dia melangkah ke arahku. dan setelah sampai. Matanya melihat penampilanku dari atas sampai bawah, setelahnya ia mengacungkan kedua jari jempolnya padaku.
Dia, Malik Abimana, kakak kelasku sekaligus sahabat baik kak Yusuf.

Aku dan dia sangat akrab bahkan bisa dikatakan sahabatan, karena panti tempatku tinggal dan rumahnya berhadapan. Jadi kami sudah saling mengenal sejak lama, bahkan sejak aku dan dia masih sama sama kecil. Saking dekatnya, aku tidak memanggil dia dengan sebutan kakak. Walau aku tahu umurnya satu tahun diatasku, aku sudah terbiasa memanggil dia....

"Malik, kok kamu ada disini?" aku bertanya seperti itu, karena aku merasa heran, kenapa dia datang ke sekolah, di hari wisudaku ini? Dia kan sudah keluar? Gak mungkin kan dia mau di wisuda lagi?

"Yaa terserah aku lah, ini kan masih sekolahku, dan aku datang kesini karena aku mau liat, kamu pakek hijab. Gila sih, kamu cantik banget hari ini"

Hari ini memang hari pertama aku mengenakan hijab. Sebenarnya ini bukan keinginanku, tapi keinginan kak Yusuf. Ia berpesan, jika nanti kami bertemu kembali, dia ingin melihatku mengenakan hijab, dan aku pun menyetujuinya.

"Masa sih? Justru aku ngerasa gak percaya diri banget, tadi aja di sepanjang koridor, anak anak pada natap aku aneh, jangan bohong deh! Kalau aku jelek, bilang aja"

Menanti Sang ImamTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon