"Semoga kamu menemukan bahagiamu di sini dan aku gak bisa janji kalau aku akan bahagia di sana. Karena bahagiaku ada di sini, bahagiaku adalah kamu, Diffa." ucap Farent. Diffa sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ini bukan akhir yang Diffa inginkan, sama sekali bukan.
Lagi-lagi Diffa meneteskan air matanya. "Take care, Rent." Dan itu adalah kata-kata terakhir sebelum Diffa benar-benar pergi dari hadapan Farent.
Hatinya hancur, bukan hanya Diffa, tetapi kedua manusia yang baru saja memutus hubungan indah mereka. Menyerah atas segala perjuangan, keduanya telah hanyut terbawa ombak masalah yang begitu besar. Ombak itu bukan hanya mampu menyapu dan menenggelamkan kapal yang sedang berlayar, tapi meluluhlantakkan daratan.
Sementara itu Farent masih berdiam diri di samping motornya, ia tak pernah menduga bahwa melepas Diffa akan jadi sesakit ini, air mata yang tadinya ia tahan, jatuh dengan sangat derasnya.
Ombak itu adalah perbedaan. Dan dan perbedaan mereka terlalu sulit untuk di terjang. Karena ini bukan lagi tentang sikap, umur, ras atau jarak. Ini tentang Tuhan. Sang pencipta yang maha kuasa. Farent kini sadar, betapa bodohnya ia, memperjuangkan segala hal yang sudah jelas tidak bisa tercapai. Walau sebenarnya, Diffa masih terang-terangan bersinggahsana di lubuk hatinya yang terdalam.
Dan sekarang dengan berat hati, ia usir secara paksa. Seseorang yang sangat berharga bagi Farent. Seseorang yang membuat hidup Farent lebih berwarna. Seseorang yang telah mengubah segalanya. Kini kandas di telan perbedaan.
"I love you, Diffa. But the differences are real. Semoga kamu bahagia tanpa aku di sisimu. Because what is always there for you is your God, bukan aku." Farent bergumam pelan dan di akhiri dengan senyum hambar yang terukir di bibirnya. Setelah itu dia memutuskan untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, dia melihat banyak sekali barang dan koper berada di ruang tengah. Tak ketinggalan Reano yang sedang bermain ponsel dengan asyiknya di sofa. Melihat hal tersebut membuat Farent tersenyum hambar dan memutuskan untuk duduk di sofa samping Rean.
Reano tau jika kakaknya pulang, melihat penampilan kakaknya yang sudah acak-acakan membuatnya diam tak berani ikut campur.
"Ayo kalian segera masuk ke dalam mobil, pesawat yang sudah Mami pesan sebentar lagi akan berangkat," ujar Asya yang baru saja pulang dari restoran.
"Kenapa secepatnya ini, Mi? Kalau kita berangkat sekarang, gimana dengan sekolah Farent?"
"Mami sudah urus dari jauh-jauh hari, Farent. Mami sudah menyiapkan yang terbaik untuk kamu dan Reano," ucap Asya tak terbantahkan dan langsung berjalan ke luar.
Sementara Adijaya dan Reano mengangkat beberapa barang dan koper, Farent memutuskan untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu dan melamun melihat ke arah jendela.
Sesampainya di bandara, mereka segera menuju check in dan menuju ke pesawat yang sudah mereka pesan. Tak butuh waktu lama pesawatnya lepas landas dan berangkat menuju Jogja.
Farent menatap ke arah jendela pesawat, wajah Diffa masih saja terlihat. Awan-awan sedikit mendung bergumpal, seolah-olah turut bersedih atas berpisahnya Farent dan Diffa.
"Sampai ketemu lagi ... Nadiffa Gevira Mahendra," gumam Farent sendu tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela pesawat.
Sementara itu, Diffa yang sedari tadi sudah sampai di rumah bersama kedua orang tua dan Neneknya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan menguncinya, dia sedang tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa sekarang.
"Kenapa aku dan kamu harus bertemu kembali kalau akhirnya akan seperti ini?"
"Ya Allah, mengapa engkau begitu tega menjatuhkan perasaan hamba-mu ini pada sesuatu yang jelas tidak akan bisa menyatu? Mengapa engkau tega membiarkan hamba berjuang pada seseorang yang jelas-jelas sudah lebih dulu kalah, sekarang perjuangan sudah sangat sia-sia, semuanya telah selesai. Terima kasih atas semuanya. Selamat jalan dan selamat tinggal Krisna Farent Adijaya. Semoga kamu cepat mendapat pengganti yang lebih baik dari aku di sana, Aku mencintaimu selalu Krisna Farent Adijaya ...." lirih Diffa dan langsung terlelap dalam tidurnya.
Semesta selalu mempunyai cara tersendiri dalam mempertemukan, maka tak aneh jika semesta juga punya cara tersendiri untuk memisahkan.
Since putting two different things together is not easy, there will always be an end where we have to accept one of the answers that converge or diverge. Kini jawaban untuk Diffa dan Farent adalah menjauh. Mengikhlaskan semuanya, menerima takdir yang telah di rancang rapi oleh sang pemilik cinta.
Kau adalah kesalahan terindahku, yang sampai kapan pun akan selalu ku simpan dalam sebuah rasa
~Nadifa Gevira Mahendra
––END––
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu .....
Hallo teman-teman
Terima kasih sudah bertahan hingga akhir.
Enggak kerasa, ternyata cerita ini sudah ending, terima kasih banyak sudah berkunjung dan meninggalkan jejak.
Finally, cerita ini benar-benar tamat. Alhamdulillah selalu diberi kelancaran setiap nulisnya.
Terima kasih sudah bersedia membaca hingga akhir. Semoga ada hal baik yang bisa di ambil dari cerita ini, ya.
Terima kasih banyak sudah menemani kami untuk belajar dan berproses.
Mungkin, cukup sekian dari kami. Sekali lagi terima kasih banyak
YOU ARE READING
Diffarent
Teen Fiction"Wih, ketemu lagi sama nih cewek songong." "Emangnya dosa, kalau gue suka sama lo?" **** Bersatu atau melepaskan? Dulu emang musuhan, tapi ga ada yang tau kan kalo akhirnya bisa jadi cinta, belum tentu jugaa...
Epilog
Start from the beginning
