"Kenapa gue harus kenal sama cewek nyebelin kayak lo?" ucap cowok dengan hasduk merah putih kebanggaannya.
"Eh siapa juga yang mau kenal sama cowok keras kepala kaya lo," ucap gadis dengan rompi merah kebanggaan di badannya.
Dua cucu Adam ini sedang saling tatapan tajam, suasana di sekitar pun mendadak menjadi panas. Mereka sedang merebutkan ruangan yang akan mereka tempati, tanpa ada satupun di antara mereka yang berniat mengalah.
"Pokoknya gue mau di ruangan ini," kekeh cowok berhasduk merah putih itu.
"Enak aja, Pak Diki udah nyuruh gue buat isi ruangan ini."
Tanpa menunggu jawaban dari cowok berhasduk merah putih itu, gadis mungil dengan rompi merah itu langsung masuk ke dalam ruangan yang cukup luas dan menyimpan semua barang bawaannya.
Tak mau kalah cowok berdasi itupun ikut masuk ke dalam, dan menyimpan barang-barang bawaannya juga.
"Nggak peduli, Keluar lo sekarang," ucap cowok itu dingin.
"Lo yang harusnya keluar. Heran deh gue, kenapa sih anak Pramuka dari dulu suka semena-mena," ucap gadis tadi kesal.
"Heran deh gue kenapa sih anak PMR dari dulu suka aja sirik," ucap cowok tadi meniru gaya bicara sang gadis.
Gadis yang bernama Diffa itu mendengus dan keluar dari ruangan itu dengan kaki yang di hentakan.
Dia duduk di kursi depan ruangan yang tadi mereka rebutkan dengan muka cemberut dan mata berkaca-kaca. Selang beberapa menit, Farent datang menghampirinya dan melempar sebuah kunci tepat di depan wajahnya.
"Tuh kunci ruangannya. Lo aja yang pake," ucap Farent tanpa melihat Diffa.
Diffa yang mendengar ucapan Farent langsung berdiri dan menampilkan giginya yang gingsul serta mengangkat kunci itu di depan wajahnya.
"Beneran?" tanya Diffa tak percaya.
"Iya, tapi nggak segampang itu," ucap Farent sambil merampas kunci itu dari tangan Diffa.
Diffa menggelengkan kepala tak percaya, "Terus mau lo apa hah?"
Farent tersenyum licik sambil menatap Diffa, ia simpan kembali kunci itu ke tangan Diffa dan dengan pelan mendekati Diffa.
"Eskul PMR harus mengalah dari eskul Pramuka dari segi apapun," bisik Farent tepat di samping telinga Diffa.
Setelah mengatakan itu Farent pergi meninggalkan Diffa yang masih tercengang di tempat.
"Mimpi, sampai kapan pun eskul PMR gak akan mengalah dari eskul coconut lo itu Farent!" ucap Diffa sedikit membentak dan itu masih terdengar oleh Farent yang belum berjalan jauh dari Diffa.
"Terserah, asal lo tahu. Sekeras apapun eskul lo berjuang untuk jadi nomor satu di sekolah ini. tetep aja eskul lo gak akan pernah bisa ngalahin eskul Pramuka di sekolah ini."
"Awas ya lo ketua Coconut nyebelin, kalau anggota lo butuh bantuan dari anak PMR, gue gak akan bantu!" tegas Diffa.
"Modal teh anget sama minyak kayu putih aja belagu," final Farent
"DASAR KETUA COCONUT NYEBELIN."
Inilah mereka, Diffa dan Farent. Dua manusia yang sangat bertolak belakang. Satu sekolah tahu soal mereka yang tidak pernah bisa bersatu dalam hal apapun. Entah ada masalah apa hingga membuat mereka seperti ini. Akankah mereka terus bersaing merebutkan posisi pertama untuk eskulnya masing-masing? Apa akan ada takdir lain yang merubah semuanya? Semuanya tidak ada yang tahu bukan? Hanya pemilik semesta lah yang tahu akan jadi apa takdir seseorang.
Dia yang kau benci saat ini bukan berarti akan kau benci selamanya. Jangan terlalu membenci, karena bisa jadi suatu saat kehilangan dia adalah ketakutan terbesarmu.
~Author
***
Hallo teman-teman! Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini.
Ah, iya. Cerita ini di buat oleh Nays_z dan Rohmah198 untuk mengikuti Event soslab yang di selenggarakan oleh SWOCI_
J
angan lupa dukung kami dengan cara vote dan komen nya, ya.
Semoga suka dengan ceritanya!
Ikuti terus kisahnya:)
See you next part 👋🏻
YOU ARE READING
Diffarent
Teen Fiction"Wih, ketemu lagi sama nih cewek songong." "Emangnya dosa, kalau gue suka sama lo?" **** Bersatu atau melepaskan? Dulu emang musuhan, tapi ga ada yang tau kan kalo akhirnya bisa jadi cinta, belum tentu jugaa...
