BAB XI: Hari Damar

Start from the beginning
                                    

Wah begitu sempurna, cantik, aktif berorganisasi, kaya, bijak, dan baik. "Kak Retno udah punya pacar?" celetuk Bia begitu saja.

Retno menoleh dan menatapnya sejenak. Menyadari pertanyaannya begitu menyinggung privasi orang, Bia langsung membekap mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"Udah," sahut Retno. Ia menjeda beberapa saat ketika ada seorang pengendara motor memotong jalan begitu saja di depannya, tangannya menekan klakson panjang, "aish, kebelet apa ya?!"

"Ini dari pacarku." Ia tunjukkan cincin di jari telunjuknya.

Sebenarnya Bia penasaran kenapa tak ia kenakan di jari manis seperti cincin couple pada umumnya meski belum meresmikan pernikahan. Namun Retno memiliki hak untuk mengenakannya dimanapun yang ia suka, bukan?

"Cantik," pujinya kemudian.

Yang dipuji hanya tersenyum simpul. "Nanti minta Choky kalo pengen."

"Ha?" Bia terkejut bukan main dengan ucapan Retno yang tiba-tiba mengarah kemana. Sedangkan Retno yang merasa berhasil mengisengi gadis polos di sampingnya hanya terkekeh. Bia pikir-pikir benar-benar mirip Kak Damar.

Bia menghentakkan kedua tangannya pada pahanya sendiri hingga mengeluarkan suara plak yang sangat keras dan membuat Retno ganti kaget hingga tersentak. Untung mobilnya sedang berhenti karena lampu merah. Retno melototinya. "Kaget tahu!"

"Dari Kak Damar ya?" Bia memicingkan matanya dan mengarahkan telunjuknya penuh tuduh ke arah Retno.

"Pala lu." Tangan Retno mengacak rambut Bia dengan kesal dan gemas. Lalu menekan pedal gas dan menyeimbangkan kopling ketika lampu berubah warna menjadi hijau.

Mobil Choky dan Rendy sudah tampak terparkir di park area restoran tersebut. Retno memarkirkannya agak jauh dari tempat mereka karena sedang penuh. Usai mematikan mesin, Retno melangkah diikuti oleh Bia. Dari dinding kaca terlihat Choky, Rendy, dan Rania duduk melingkar di kursi dekat coffee corner. Retno menambah kecepatan langkahnya.

"Lu gak bawa mobil, Ran?" tanyanya ketika sampai di hadapan mereka.

"Nebeng Rendy, males ribet."

"Ya udah yuk langsung aja, mana kuenya? Itu box isinya apa? Gede banget." Retno masih saja nyerocos seperti biasanya.

"Surprize" Choky menyahut. Bia yakin bahwa itu adalah kado khusus dari Choky untuk Damar mengingat mereka adalah sahabat yang paling dekat di antara semuanya.

"Trus kenapa lu bawa ke sini, Bambank?" Retno mencubit lengan Choky.

Choky meringis kesakitan dan berusaha melepaskan cubitan Retno. "Aish, sakit bego!"

Retno mengangkat sebelah alisnya.

"Eh nggak, maksud gue cantik. Nitip ya kakak cantik." Ekspresi Choky dipasang sok imut yang membuat semua teman-temannya ingin muntah.

"Emang mobil lu kenapa? Oiya kuenya mana?"

Rendy tiba-tiba berdiri mengagetkan semua orang. Wajahnya merunduk, penuh sesal. Seperti orang dari dinasti Joseon yang pantas mati atas suatu kesalahan fatalnya. "Beli donat di sini aja, Ret. Tadi kuenya jatuh di lift pas gue bantu bawa dari apartment Rania."

"Kalian, bener-bener ya." Retno menatap Rendi dan Rania bergantian, "mobil lu kenapa?!" atensinya beralih pada Choky.

"Ban gue bocor pas sampek sini, gue nitip sekalian nebeng." Choky menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan dengan jari-jari yang direnggangkan di bagian mata kiri untuk melihat ekspresi Retno yang masih marah.

Rudinmeter (End)Where stories live. Discover now