🄲 🄷 🄰 🄿 🅃 🄴 🅁 🄴 🄽 🄰 🄼

Start from the beginning
                                    

"Tidak akan ku biarkan kau melakukan hal itu!!!". Ucap Sandy dengan amarahnya.

"Bahkan, saya bisa membuat perusahaan ayahmu bangkrut, dalam waktu lima menit, karena saya tau, perusahaan itu, telah melakukan kesalahan besar yang sudah dirahasiakan". Ujar pak Ridho, sambil melipat kedua tanganya didada.

"B-bagaimana kau tau hal i-itu?". Tanya Sandy dengan gugup.

"Kau tidak perlu tau, saya tau hal itu darimana." Jawab pak Ridho, dan langsung mengandeng Yoga masuk kedalam mobil.

Sandy menatap kepergian mereka dengan tatapan tajam. Namun, setelah itu, Sandy tersenyum kecil, "hm, kita lihat aja, gue akan memulai permainan ini!". Ujar Sandy.

Sedangkan didalam mobil, pak Ridho masih saja menatap Sandy. Ia tau, Sandy adalah anak yang dimanja dikeluarganya, jadi, ia tau, jalan pikiran Sandy.

'Kau baru saja membangunkan singa yang tidur Sandy, kita lihat saja, siapa yang akan memenangkan permainan ini, apapun yang kau lakukan, saya tidak akan pernah menerima orang seperti kamu, Sandy Atmaja!'. Ujar pak Ridho dalam hati.

"Dia siapa sih, yank?". Tanya Yoga dengan penasaran.

"Dia Sandy, dia pernah mengungkapkan perasaannya kepada saya, tapi, saya tolak." Jawab pak Ridho, dan Yoga hanya menganggukan kepalanya.

Pak Ridho melajukan mobilnya menuju pasar, Yoga masih ingat tentang kejadian tadi, dimana sang kekasih yang sedang bertengkar dengan orang yang ditolak cintanya.

'Ya, tidak ada yang salah sih, namanya juga cinta, tapi, setidaknya, kalau sudah ditolak, ya biarkan saja, masih banyak juga yang lain diluaran sana. Sepertinya dia selalu dimanja, jadinya kaya gitu, ya, semoga saja tidak menjadi terobsesi sama pak Ridho.'  Ujar Yoga dalam hati.

Mobil sudah sampai dipasar, pak Ridho mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Setelah itu, mereka berdua masuk kedalam pasar. Banyak pasang mata yang menatap kearah mereka, dikarenakan baju mereka berdua yang sama. Dan, juga pemilik perusahaan ternama di kota mereka, turun ke pasar.

Yoga berhenti di sebuah penjual sayuran, Yoga dengan cekatan mengambil sayuran yang segar, bahkan sesekali menawar. Pak Ridho hanya tersenyum saja, selain pintar dalam hal akademik, memasak, Yoga juga pandai berbelanja mana yang bagus dan tidak, serta tawar menawar.

"Kemana lagi?". Tanya pak Ridho, sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Kita keatas, beli bumbu dapur." Jawab Yoga, dan pak Ridho, hanya mengikuti Yoga dari belakang.

Belanja dipasar, menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam. Dan Yoga benar-benar sangat lelah, Yoga duduk dulu disebuah warung nasi, dan memijit pelan tanganya, yang terasa sakit, biasanya Yoga tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Sudah saya bilang, saya saja yang bawa barangnya, jadi gini kan jadinya." Ujar pak Ridho, dan membantu memijit tangan Yoga.

"Maaf, soalnya kan, aku sudah terbiasa dengan hal ini, hehe." Ujar Yoga dengan cengirannya.

"Tapi, sekarang kamu punya saya, saya berhak membawakan apa yang kamu bawa, mengerti." Ujar pak Ridho, dan Yoga hanya menganggukan kepalanya, sambil tersenyum manis, "masih sakit tidak?". Tanya pak Ridho.

Menaklukan Pak Ridho [ END ]Where stories live. Discover now